Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Langka, Kucing Rembah Muncul di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

image-gnews
Sebuah foto seekor kucing remaja yang menggemaskan muncul di grup Facebook Sahabat Gimbal Alas pekan lalu. Kredit: Toni Artaka
Sebuah foto seekor kucing remaja yang menggemaskan muncul di grup Facebook Sahabat Gimbal Alas pekan lalu. Kredit: Toni Artaka
Iklan

TEMPO.CO, Malang - Sebuah foto seekor kucing remaja yang menggemaskan muncul di grup Facebook Sahabat Gimbal Alas pekan lalu. Grup ini kepunyaan komunitas pegiat alam bebas Gimbal Alas Indonesia. 

Kucing lucu itu sedang berdiam di antara dedaunan dan semak hutan bagian selatan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Ia dipotret pada 24 Agustus 2021 oleh Toni Artaka, petugas Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) dan juga Kepala Resor Ranu Darungan, Balai Besar TNBTS. 

“Aku sedang pengamatan burung di dalam hutan, eh tiba-tiba ada meong melintas dan lantas dia diam sebentar. Ya, langsung kusodrek (kufoto) beberapa frame,” kata Toni kepada Tempo, Rabu pagi, 1 September 2021. 

Tentu saja kemunculan si meong sangat berharga dan menyenangkan TNBTS karena yang difoto Toni bukanlah kucing sembarangan. Ia masuk keluarga besar kucing hutan dari jenis kucing rembah (Prionailurus bengalensis atau Felis bengalensis), yang populasi dan sebarannya di dalam kawasan TNBTS belum terdata secara rinci.

Menurut Toni, kemunculan kucing rembah di dalam kawasan TNBTS, taman nasional seluas 50.276 hektare, sangat jarang. Selama 21 tahun berkarir di TNBTS, Toni sudah lima kali melihat kucing rembah.

Seingat Toni, kucing rembah pertama sekali terdokumentasikan pada 2014 dengan menggunakan perangkap kamera atau camera trap di area hutan Ranupani. Begitu pula penampakan kucing rembah yang nongol di layar camera trap pada 2015. 

“Aku pernah lihat juga satu kali di Ranu Darungan dan dua kali di Senduro. Tapi si meong yang terfoto langsung ya cuma satu kali, 24 Agustus lalu itu,” ujar Toni, spesialis anggrek TNBTS.

Kepala Subbagian Data, Evaluasi Laporan dan Hubungan Masyarakat Balai Besar TNBTS Sarif Hidayat pun mengaku belum mempunyai rincian data kucing rembah. 

Menurut Sarif, kemunculan kucing rembah menandakan kondisi habitat yang masih ideal untuk satwa tersebut. Kucing rembah beberapa kali ditemukan baik oleh petugas atau masyarakat. “Namun penelitian lebih lanjut mengenai populasi masih belum dilakukan. Semoga ke depan satwa tersebut tetap ada dan TNBTS tetap menjadi benteng/habitat yang lestari bagi satwa liar,” kata Sarif. 

Dari penelusuran Tempo, di Indonesia, kucing rembah mempunyai beragam sebutan nama, yaitu kucing akar, kucing tandang, kucing blacan, kucing congok, kucing kuwuk, macan akar, macan rembah, dan macan rembang. Karena corak bulunya mirip macan tutul, kucing hutan disebut juga leopard cat alias kucing macan tutul. 

Nama ilmiah Prionailurus bengalensis dan leopard cat juga resmi tertera di laman web lembaga konservasi dunia IUCN (International Union for Conservation of Nature), tapi nama Felis bengalensis masih sah dipakai walau nama ilmiah ini dianggap sudah usang oleh sebagian peneliti. 

Secara global di Indonesia terdapat tiga jenis kucing hutan endemik yang hidup di belantara Indonesia, yaitu javanensis (Jawa-Bali), sumatranus (Sumatera), dan borneoensis (Kalimantan). 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bodi kucing rembah tidak besar-besar amat, masih seukuran kucing rumahan. Badannya memiliki motif totol-totol hitam dan pada pada bagian bawah perutnya berwarna putih dengan totol cokelat tua. Ia berbulu halus pendek dengan warna khas kuning kecokelatan, dengan belang hitam di bagian kepala sampai tengkuk. Ekornya panjang dan bahkan panjangnya melebihi setengah badannya. 

Kucing rembah jago memanjat, gesit melompat, mahir berenang, dan piawai berburu. Mamalia ini masuk golongan hewan nokturnal yang biasa berburu mangsa di malam hari. Mangsa berukuran kecil yang diincar adalah burung, serangga, tikus, kelinci, ayam hutan, tupai, musang, hewan amfibi seperti kodok, serta reptil seperti kadal, dan bunglon, dan ular kecil. 

Habitat macan akar biasanya berupa hutan dataran rendah dan jarang ditemukan di hutan dataran tinggi. Kendati masuk golongan kucing hutan, macan akar tidak hanya mendiami rimba. Ia pun kerap muncul di kawasan permukiman atau perkebunan warga yang ekosistemnya masih lestari. Itu pula sebabnya macan akar dijuluki pula sebagai kucing tandang alias kucing yang suka “bertamu” di permukiman manusia. 

Populasi kucing rembah diduga masih sangat banyak. Status konservasi Prionailurus bengalensis dalam Daftar Merah IUCN 2014 disebutkan berstatus least concern (LC) alias spesies dengan tingkat risiko rendah yang sudah dievaluasi, tapi tidak masuk dalam kategori mana pun. 

Sedangkan dalam Konvensi Perdagangan Internasional Flora dan Fauna Liar Spesies Terancam (CITES), kucing rembah masuk dalam Apendiks II. Hal ini berarti kucing rembah masuk daftar spesies yang tidak terancam kepunahan tapi mungkin terancam kelestariannya apabila perdagangannya terus berlanjut tanpa pengaturan. 

Kucing rembah acap jadi incaran pemburu untuk diperjualbelikan dan dijadikan kucing rumahan. Bahkan, secara kasuistis, kucing rembah juga dikonsumsi. Selain perburuan, keberadaan kucing rembah juga terancam oleh kerusakan habitat akibat penebangan pohon, kebakaran, dan alih fungsi lahan. 

Pemerintah Indonesia sendiri menabalkan status konservasi bagi kucing rembah sebagai satwa dilindungi seperti disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. 

Dalam beleid itu disebutkan kucing rembah dan 5 jenis kucing hutan lainnya berstatus hewan predator yang dilindungi. Kelima jenis kucing hutan lainnya adalah Catopuma badia (kucing merah), Pardofelis marmorata (kucing batu), Felis planiceps (kucing dampak), Catopuma temmincki (kucing emas), dan Prionailurus viverrinus (kucing bakau). 

Maka, walau populasinya belum terancam, kucing rembah dan seluruh jenis kucing lainnya dilarang diburu, ditangkap, diperjualbelikan, dan dipelihara. Pelanggar larangan itu bisa dipidana penjara maksimal 5 tahun dan denda paling banyak Rp 100 juta, sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Baca:
Guru Besar IPB Jelaskan Mengapa Kucing Jantan Belang Tiga Langka

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Rachel Vennya Tunjukkan Diagnosis Dokter Hewan: Niko Al Hakim Biarkan Kucing Berhari-hari Tanpa Makan

2 hari lalu

Niko Al Hakim dan kucingnya. Foto: Twitter.
Rachel Vennya Tunjukkan Diagnosis Dokter Hewan: Niko Al Hakim Biarkan Kucing Berhari-hari Tanpa Makan

Rachel Venya langsung menyelamatkan kucing yang diletakkan Niko Al Hakim di rumah mereka saat masih menjadi suami istri.


Inilah 5 Alasan Kucing Takut Air

2 hari lalu

Ilustrasi kucing (Pixabay)
Inilah 5 Alasan Kucing Takut Air

Ada beberapa hal yang membuat kucing takut dengan air. Salah satunya karena sifat genetik yang dibawa dari nenek moyang spesiesnya.


Penyebab Harimau Sumatera Masuk Kampung dan Timbulkan Konflik Manusia dan Satwa Liar

3 hari lalu

Seekor harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae) tertidur usai dibius di pahanya di Nagari Binjai, Kecamatan Tigo Nagari, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, Minggu, 4 Februari 2024. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat mengevakuasi seekor Harimau Sumatera berjenis kelamin betina, setelah masuk ke kandang jebak yang dipasang karena sebulan terakhir mendapatkan laporan hewan dilindungi itu memakan ternak warga. ANTARA/Iggoy el Fitra
Penyebab Harimau Sumatera Masuk Kampung dan Timbulkan Konflik Manusia dan Satwa Liar

Ekolog satwa liar Sunarto menjelaskan konflik Harimau Sumatera dengan manusia akibat beberapa faktor termasuk kondisi individual dan habitatnya.


Tanda-tanda Kucing Stres yang Perlu Anda Ketahui

6 hari lalu

Ilustrasi kucing. Sumber: Unsplash/asiaone.com
Tanda-tanda Kucing Stres yang Perlu Anda Ketahui

Penting untuk memperhatikan tanda-tanda kucing stres dan mengambil tindakan yang sesuai untuk membantu hewan peliharaan Anda.


Tips Merawat Kucing Anggora

10 hari lalu

Kucing anggora. Shutterstock
Tips Merawat Kucing Anggora

Pengetahuan ini sangat penting karena perawatan yang tidak tepat dapat meningkatkan risiko kucing anggora terkena berbagai penyakit.


Tips Memelihara Kucing bagi Pemula

10 hari lalu

Ilustrasi bermain dengan kucing. Shutterstock.com
Tips Memelihara Kucing bagi Pemula

Pemula akan merasa penasaran bagaimana cara merawat dan mengurus kucing dengan baik. Berikut tips yang bisa dilakukan.


Cara Berkomunikasi dengan Kucing yang Perlu Anda Ketahui

10 hari lalu

Ilustrasi kucing. Sumber: Unsplash/asiaone.com
Cara Berkomunikasi dengan Kucing yang Perlu Anda Ketahui

Kucing memiliki cara tersendiri dalam berinteraksi yang seringkali membingungkan bagi para pemiliknya.


5 Tipe Kepribadian Kucing yang Perlu Anda Ketahui

10 hari lalu

Ilustrasi kucing (Pixabay)
5 Tipe Kepribadian Kucing yang Perlu Anda Ketahui

Jika Anda memutuskan untuk memelihara kucing, penting untuk memahami dan mengenali berbagai karakter atau tipe kepribadian kucing.


Gunung Bromo Ditutup untuk Kunjungan Wisatawan saat Hari Raya Nyepi

19 hari lalu

Foto udara kondisi lahan di Kawasan Gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur, Senin, 16 Oktober 2023. Kawasan tersebut mulai ditumbuhi vegetasi sehingga tampak hijau setelah terbakar pada Rabu (6/9) dan padam pada Kamis (14/9). ANTARA FOTO/Muhammad Mada
Gunung Bromo Ditutup untuk Kunjungan Wisatawan saat Hari Raya Nyepi

Penutupan kawasan wisata Gunung Bromo dilakukan untuk menghormati Hari Raya Nyepi, Tahun Baru Saka 1946.


Mahasiswa ITS Ciptakan Inovasi Pasir Kotoran Kucing Ramah Lingkungan

23 hari lalu

Inovasi Facocat, pasir kucing ramah lingkungan berbahan dasar fly ash dan arang aktif besutan tim mahasiswa ITS. Dok. Humas ITS
Mahasiswa ITS Ciptakan Inovasi Pasir Kotoran Kucing Ramah Lingkungan

Mahasiswa ITS mengembangkan Facocat, pasir kotoran kucing ramah lingkungan berbahan dasar fly ash dan arang aktif dari sabut kelapa.