TEMPO.CO, Jakarta - Pongo Internasional, sebuah perusahaan ecommerce internasional dan pemasaran influencer, telah menerima putaran pembiayaan Seri A sebesar US$ 7,71 juta atau sekitar Rp 110 miliar dari SMZDM, Lenovo Venture Capital, dan Grit Ventures. Melalui investasi ini, Pongo International akan melakukan pendanaan bisnis video pendek dan live streaming di pasar Asia Tenggara, dengan Indonesia sebagai negara tujuan utamanya.
Secara lebih spesifik Pongo Indonesia akan berfokus pada video pendek dan ecommerce live streaming dengan memposisikan diri pada tingkat lokal sebagai perusahaan Multi-Channel Network (MCN).
Baca Juga:
Saat ini perekonomian Indonesia terdampak pandemi Covid-19 akibat penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Kondisi ini mendorong masyarakat Indonesia dan penjual tradisional untuk lebih kreatif dalam menemukan cara baru untuk mendapatkan penghasilan guna bertahan hidup di masa pandemi.
“Kami percaya bahwa Pongo mampu berkontribusi lebih jauh untuk industri ecommerce di Indonesia. Kami memberikan peluang kepada penjual tradisional untuk dapat menjangkau konsumen secara online sekaligus meningkatkan hasil penjualan produknya," kata Nathasya Kristianto, Direktur Pongo Indonesia, dalam keterangannya, Rabu 1 September 2021.
"Rekomendasi video pendek kami dan juga moda penjualan secara live akan membantu brand mendapatkan efek ganda dari publisitas brand dan penjualan,” tambahnya.
Pongo Indonesia mengambil pelajaran berharga dari kesuksesan live streaming dan video pendek dalam berinteraksi dengan konsumen di Cina. Model bisnis ini mengedepankan video pendek dan live streaming dalam melakukan promosi pemasaran, baik untuk brand maupun mitranya. Karena Indonesia merupakan pasar penting, Pongo Indonesia berupaya untuk merekrut orang yang memiliki potensi besar untuk menjadi pelaku live streaming di Indonesia.
Lebih jauh, Pongo Indonesia juga menawarkan cara baru untuk memperoleh pendapatan bagi masyarakat Indonesia sebagai pelaku live streaming di masa-masa sulit seperti sekarang ini. “Penjualan produk yang dibutuhkan masyarakat melalui live streaming tentunya membuka peluang bagi banyak orang untuk menjalani pekerjaan baru sebagai pelaku live streaming. Saat Indonesia terus berjuang melawan pandemi, kami ingin berkontribusi dalam upaya pemulihan ekonomi Indonesia,” tambah Nathasya.
Fenomena live streaming ecommerce tengah mengalami lonjakan popularitas di Cina dan juga berkembang pesat di seluruh dunia, terutama setelah merebaknya Covid-19. Menurut Forbes, industri tersebut diperkirakan menghasilkan USD 60 miliar per tahun atau sama dengan Rp 856 triliun.
Pada tahun 2019, sekitar 37 persen pembeli online di Cina (265 juta orang) melakukan pembelian melalui sesi live streaming. Faktor kunci yang menyebabkan keberhasilan live streaming ini adalah fakta bahwa kegiatan ini memicu kesegeraan atau “sense of urgency” untuk membeli produk tertentu melalui promosi penjualan besar-besaran, seperti flash sale dan nilai tambah dari pembelian atau purchase with benefit.
Baca:
Proyek Inovasi Terkini PT Dirgantara Indonesia, Ada Rudal Nasional