TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat (AS) melancarakan serangannya ke Kabul, Afganistan pada Ahad, 29 Agustus 2021. Serangan AS kali ini menggunakan drone yang menargetkan bom mobil bunuh diri diduga milik ISIS-K atau ISIS Khorasan yang bertujuan menyerang bandara Kabul, menurut para pejabat AS, ketika Amerika Serikat hampir selesai melakukan penarikan pasukan dari Afganistan.
Berdasarkan laporan Reuters, serangan itu adalah yang kedua dilakukan oleh pasukan AS di Afganistan sejak seorang pengebom bunuh diri ISIS-K menyerang bandara Kabul pada hari Kamis, 26 Agustus 2021, menewaskan 13 tentara AS dan sejumlah warga sipil Afghanistan yang berusaha melarikan diri dari Afganistan.
Seorang pejabat AS mengatakan serangan hari Minggu dilakukan oleh pesawat drone yang dikemudikan dari luar Afganistan, dan ledakan sekunder setelah serangan itu menunjukkan bahwa target telah membawa "sejumlah besar bahan peledak".
Seperti yang diketahui, di dunia yang melek akan teknologi saat ini, drone lebih dikenal sebagai pesawat yang bisa memvideokan pemandangan dari udara. Nyatanya, sebelum dikenal sebagai kamera yang mampu mengambil landscape dari udara, drone lebih dahulu dikenal sebagai artileri perang.
Berdasarkan mydronelab.com, istilah drone, atau dikenal sebagai Unmanned Aerial Vehicles (UAV) diambil dari lebah jantan yang ditandai dengan suara dengungnya. Suara ini cukup mendengung dan terkadang mengganggu. Ini bisa menjadi skenario serupa untuk drone awal tetapi drone modern telah berevolusi dan sifat utama yang menamakannya (drone) hampir tidak terlihat sekarang. Inilah sebabnya mengapa industri lebih suka menyebutnya Kendaraan Udara Tak Berawak sekarang.
Gagasan untuk memiliki pesawat tanpa awak, lahir selama Perang Dunia I ketika AS dan Prancis sedang mengembangkan pesawat otomatis. Pada akhirnya, Prancis lah yang benar-benar berhasil menyusun alat semacam ini. Perangkat itu disebut biplan Voisin BN3 dan mampu terbang sekitar 100 km.
Minat untuk mengembangkan kendaraan udara tak berawak semakin dipicu selama Perang Dunia II ketika berbagai pihak menderita kerugian besar yang disebabkan oleh pesawat pengintai. Walaupun teknologi ini sedang dikembangkan selama bertahun-tahun, pertama kali drone benar-benar digunakan untuk observasi pada 1973, selama Perang Vietnam.
Di dunia modern, UAV alias drone militer sangat digandrungi, terutama di medan perang. Senjata ini sangat nyaman karena tidak perlu khawatir untuk menempatkan orang di belakang garis musuh, karena tidak ada awak berada di dalam kabin pesawat jika perangkat tersebut hancur.
GERIN RIO PRANATA
Baca: Drone AS Serang Mobil Berisi Bom Milik ISIS-K, 3 Anak Jadi Korban Tewas