TEMPO.CO, Jakarta -Vaksinasi bukanlah hal yang mudah. Ada banyak urusan teknis yang harus dilakukan secara hati-hati. Vaksin sendiri bukan barang yang bisa dibawa begitu saja, dimasukkan kotak lalu didorong. Tapi perlu penanganan secara khusus. Belum lagi soal kemampuan petugas vaksinasi.
Yang perlu diketahui, vaksin harus dijaga dengan suhu 2 sampai 8 derajat Celsius sampai ke tempat dilaksanakannya vaksinasi. Padahal, vaksin ini perlu dibawa dan didistribusikan ke daerah terpencil yang itu membutuhkan waktu berhari-hari. Lalu bagaimana cara membawa vaksin agar tetap terjaga dan aman?
Menanggapi permasalahan ini, lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada atau UGM memberi solusi dengan menciptakan Smart Vaccine Tube, yaitu alat penyimpanan vaksin Covid-19 yang dapat menyimpan vaksin tetap aman sampai ke daerah terpencil sekalipun.
Bentuk alat ini kotak dan ringan, sehingga dapat digendong atau disandang layaknya tas.
Melansir laman resmi Universitas Gadjah Mada pada situs ugm.ac.id,
Smart Vaccine Tube diciptakan dengan berbasis teknologi superthermos yang menggunakan bahan berupa aluminium bubble foil dan sterofoam.
Selaitu itu, Smart Vaccine Tube dirancang memiliki empat layer atau lapisan dari luar, suhu dalam kotak didinginkan menggunakan peltier. Pada bagian atas, penutup luar, terdapat LCD dan indikator LED yang berfungsi untuk memonitoring temperatur dalam kotak.
Indikator LED tersebut akan bewarna hijau jika temperatur dalam kotak berada di antara 2,5-7,5 derajat Celsius. Berwarna kuning jika temperatur berada di antara 2-2,5 derajat Celcius atau 7,5-8 derajat Celcius. Bewarna merah jika temperatur dalam kotak di luar suhu 2-8 derajat Celcius.
Dalam Smart Vaccine Tube pun terdapat wadah vaksin yang dibuat menggunakan teknologi 3D printing, dengan fungsi sebagai dudukan vaksin agar terhindar dari goncangan selama pendistribusian. Perlu diketahui juga, pembuatan Smart Vaccine Tube ini menghabiskan biaya yang terjangkau dengan karakteristik penyimpanan cukup lama sekaligus hemat energi.
“Tujuannya alat penyimpanan vaksin ini dapat mempercepat akselerasi program vaksinasional terutama ke daerah terpencil, seperti daerah 3T, ujar Muhammad Rizqiansyah, ketua tim pembuatan Smart Vaccine Tube seperti dikutip Tempo dari laman ugm.ac.id pada Jumat 3 September 2021.
Smart Vaccine Tube yang dikembangkan oleh Muhammad Rizqiansyah (Teknik Fisika 2018), Ananda Fikri Nugroho (Teknik Fisika 2018), Devara Zain Al Adid (Teknik Elektro 2018), Kaninda Khairunnisa (Teknik Fisika 2019), dan Fauzian Sekar Indrasyah (Farmasi 2019) ini diketahui masuk dalam program PKM-KC yang berhasil mendapat pendanaan penuh dari Kemdikbud Ristek tahun 2021.
DELFI ANA HARAHAP
Baca juga: Tutorial Cara Mengecek Stok Vaksin di Setiap Daerah