TEMPO.CO, Jakarta - Bisa saja bumbu masakannya aneka rupa, tapi satu yang tidak boleh dilupakan adalah micin, sebagai penyedap rasa. Seperti namanya, sebagai penyedap rasa. Atau bahasa ilmiahnya MSG atau monosodium glutamat.
Di masyarakat, sda sejumlah kontroversi tentang penggunaan micin atau MSG ini. Ada yang mengatakan bahwa micin ini bisa menurunkan tingkat kecerdasan dan mengganggu kesehatan bila sering mengkonsumsi MSG.
Peduli akan kesehatan masyarakat Trajeng, lima mahasiswa Universitas Airlangga yang tergabung dalam tim Program Kreatifitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) Universitas Airlangga mengajak masyarakat untuk membuat penyedap rasa alami dari bahan ikan lemuru dan rumput laut.
Mengutip laman resmi Universitas Airlangga di situs news.unair.ac.id,
Ketua Tim PKM-PM Lailatus Sa’diya menyatakan, pembuatan penyedap rasa alami mampu mengurangi risiko penyakit dan gangguan kesehatan. Selain itu, karena memanfaatkan ikan balo alias ikan lemuru, maka dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
Sebab Kelurahan Trajeng berdekatan dengan pesisir dan pelabuhan, yang mana mayoritas masyarakat berprofesi sebagai nelayan dengan berbagai macam ikan hasil tangkapan. Salah satunya ikan lemuru (Sardinella lemuru) atau ikan Balo.
Lailatus menyebut, dalam satu tahun, jumlah dan proporsi perikanan tangkap di laut dapat mencapai 1.785,6 ton dan didominasi ikan lemuru sebanyak 76,7 ton, dan selebihnya tangkapan ikan laut lainnya.
"Didominasi ikan Lemuru sebanyak 76,7 ton, dan tangkapan ikan laut lainnya,” tutur Lailatus seperti dikutip Tempo dari laman news.unair.ac.id pada Minggu, 5 September 2021.
Pada studi awal, Tim PKM-PM menemukan masyarakat Trajeng masih menggunakan micin. Padahal masyarakat mengerti efek keseringan mengonsumsi makanan dengan micin seperti asma, sakit kepala, obesitas, hipertensi, kerusakan sel, kerusakan ginjal, dan depresi.
Mengawali pengmas itu, tim melakukan survei lokasi, berdiskusi dengan mitra tentang permasalahan dan mencari solusi mengatasi rasa candu micin. Pada tahapan kedua, tim mengenalkan program micin alami kepada ibu-ibu PKK. Selanjutnya, di pertemuan ketiga tim melaksanakan kegiatan penyuluhan secara luring dengan protokol kesehatan.
“Masyarakat menunjukkan keinginan kuat untuk beralih penyedap rasa sintetik ke alami,” tutur Lailatus.
Bagaimana potensi ikan lemuru?
Melihat potensi banyaknya hasil ikan lemuru, PKM-PM mengusulkan pemanfaatannya dikombinasikan dengan rumput laut Sargassum sp. sebagai bahan pembuatan penyedap rasa alami. Ikan lemuru mengandung asam glutamat, yang mana penyedap rasa sebanyak 1,268 persen, protein, lemak, kalsium, dan zat besi membutuhkan asam glutamat.
Sargassum mengandung asam glutamat yang lebih tinggi dari ikan lemuru, yakni 22-24 persen sehingga dapat memunculkan rasa sedap dan gurih (umami) pada pengganti micin yang akan dibuat.
“Serta memiliki kandungan protein sebesar 13-17 persen, dan antioksidan 5-15 persen,” ucap Lailatus.
Pada pelaksanaannya Tim PKM-PM yang terdiri dari Isnaini Dwi Yuliani Akuakultur 2020, Siti Aisyah Cahya Panglipuringtyas Akuakultur 2018, Tika Patmawati Akuakultur 2020, dan Rio Marcelino Akuakultur 2020 dengan dosen pendamping Wahyu Isroni, S.Pi., MP.
DELFI ANA HARAHAP