Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Benarkah Seribu Pekerja WhatsApp Bebas Baca Isi Pesan Pengguna?

image-gnews
Penjelasan dari WhatsApp tentang yang akan terjadi pada akun pengguna yang menolak menyetujui pembaruan kebijakan privasi di aplikasi itu per 15 Mei 2021. gsmarena.com
Penjelasan dari WhatsApp tentang yang akan terjadi pada akun pengguna yang menolak menyetujui pembaruan kebijakan privasi di aplikasi itu per 15 Mei 2021. gsmarena.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Hasil investigasi yang dilakukan organisasi nirlaba, ProPublica, meragukan praktik privasi Facebook dan enkripsi aplikasi pesan miliknya, WhatsApp. Laporan itu menyoroti beberapa temuan utama berupa kemampuan yang tidak diungkapkan secara eksplisit kepada dua miliar basis pengguna. 

"Meskipun WhatsApp memiliki fitur enkripsi end-to-end sejak 2016, ada beberapa keadaan di mana 1.000 tenaga kontrak dengan perangkat lunak khusus Facebook dapat membaca pesan yang dikirim dari seorang pengguna," tulis laporan itu, seperti dikutip GSM Arena, Rabu, 8 September 2021.

Menurut hasil investigasi, sebagian besar tenaga kontrak yang bekerja memoderasi konten di WhatsApp itu berusia 20-30 tahun, dengan pengalaman latar belakang sebagai pegawai toko, pemeriksa bahan makanan, dan barista. Mereka dipekerjakan oleh Accenture, kontraktor perusahaan besar yang bekerja untuk Facebook dan perusahaan besar lainnya.

Daftar pekerjaannya, mereka mengiklankan posisi 'Tinjauan Konten' tapi tidak menyebutkan Facebook atau WhatsApp. Dokumen ketenagakerjaan juga mencantumkan jabatan awal pekerja sebagai 'rekan moderasi konten' dengan upah mulai US$ 16,50 per jam (Rp 236 ribu).

Secara kolektif, para pekerja itu meneliti jutaan keping pesan WhatsApp setiap minggu. Setiap orang menangani lebih dari 600 sehari, yang memberi mereka kurang dari satu menit per pesan.

Misalnya, laporan itu mencontohkan, ketika seseorang melaporkan pesan, bahkan dalam obrolan pribadi, algoritme kecerdasan buatan (AI) akan mencari aktivitas mencurigakan. Aktivitas itu di antaranya seperti yang terkait dengan terorisme, pelecehan anak, dan lainnya.

Kemudian akan meneruskan pesan yang dilaporkan bersama dengan empat pesan sebelumnya ke petugas tinjauan konten. "Pengguna kemudian dapat diblokir, diberhentikan atau dimasukkan ke dalam daftar pantauan," bunyi laporan investigasi.

Pesan tidak terenkripsi dari pengguna dalam daftar 'proaktif' dapat dibaca bersama dengan data pengguna lain seperti identitas grup, nomor telepon, ID telepon unik, pesan status, tingkat baterai, dan kekuatan sinyal.

Laporan tersebut mengatakan bahwa semua praktik ini diuraikan dalam kebijakan privasi pengguna. Namun, jika kondisi ini benar, maka Facebook jelas perlu bekerja lebih baik untuk melatih moderator kontennya. Laporan itu juga menyatakan bahwa moderator konten WhatsApp sebagian besar harus berurusan dengan, "Orang-orang yang bermain-main dengan teman-teman mereka."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Facebook segera menanggapi laporan tersebut. Dalam komunikasinya dengan 9to5Mac, raksasa teknologi itu menganggap laporan ProPublica didasarkan pada kesalahpahaman. Facebook menegaskan bahwa WhatsApp di-enkripsi end-to-end dan tidak dapat dibaca oleh siapa pun selain penerima.

"Namun, jika Anda melaporkan sebuah pesan, tim moderasi konten WhatsApp akan dapat melihatnya untuk menyelesaikan masalah tersebut," ujar Facebook.

Enkripsi end-to-end berarti pesan diacak saat meninggalkan perangkat pengguna dan disusun kembali saat sampai ke penerima. Jadi tidak seorang pun, bahkan WhatsApp dan Facebook, yang tahu isi pesan. Enkripsi ini adalah salah satu alasan terbesar popularitas aplikasi pesan itu.

Laporan ProPublica, kata Facebook, memberi kesan bahwa WhatsApp dapat membaca pesan pengguna, "dan itu menyesatkan." WhatsApp, ditegaskannya kembali, "Hanya bisa membaca pesan ketika dilaporkan oleh seseorang."

Pengguna dapat melaporkan kontak dengan meng-klik detail kontak dari obrolan, lalu Laporkan Kontak, dan pilih untuk melaporkan dan memblokir, atau cukup laporkan. Menurut pusat bantuan WhatsApp, ketika pengguna melaporkan sebuah akun, WhatsApp menerima pesan terbaru yang dikirimkan oleh pengguna atau grup yang dilaporkan, serta informasi tentang interaksi terakhir dengan pengguna yang dilaporkan.

GSM ARENA | FOSSBYTES

Baca juga:
Dideteksi di Laut Selatan Jawa, Milky Sea Bukanlah Monster Laut

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Demi Konten, Turis di Cina Mempertaruhkan Nyawanya Bergelantungan di Tebing

1 detik lalu

Paiya Mountain, Cina (dpxq.gov.cn)
Demi Konten, Turis di Cina Mempertaruhkan Nyawanya Bergelantungan di Tebing

Warganet menyayangkan sikap turis di Cina tersebut karena tidak hanya membahayakan diri sendiri tetapi juga pihak lain.


Cara Login WhatsApp Web Tanpa Kode QR

4 jam lalu

Logo WhatsApp. (whatsapp.com)
Cara Login WhatsApp Web Tanpa Kode QR

Kini masuk ke akun di WhatsApp Web menjadi lebih mudah dengan opsi Tautan dengan nomor telepon tanpa kode QR.


WhatsApp Aplikasi Perpesanan Paling Populer, Semua Bermula di Sebuah Garasi Rumah pada 2009

8 jam lalu

Pendiri WhatsApp, Brian Acton. successstory.com
WhatsApp Aplikasi Perpesanan Paling Populer, Semua Bermula di Sebuah Garasi Rumah pada 2009

WhatsApp dibuat 2 mantan karyawan Yahoo, Brian Acton dan Jan Koum pada 2009 di sebuah garasi rumah di California. Begini perkembangannya.


Mengapa Penggunaan Aplikasi Tidak Resmi Sebabkan Akun WhatsApp Diblokir?

1 hari lalu

Logo WhatsApp pada layar ponsel. (thenextweb.com)
Mengapa Penggunaan Aplikasi Tidak Resmi Sebabkan Akun WhatsApp Diblokir?

Banyak dampak negatif dari menggunakan aplikasi WhatsApp tidak resmi, salah satunya adalah pemblokiran akun.


Menawarkan Banyak Fitur Menarik, Amankah Aplikasi WhatsApp Aero?

1 hari lalu

Logo WhatsApp. (whatsapp.com)
Menawarkan Banyak Fitur Menarik, Amankah Aplikasi WhatsApp Aero?

WhatsApp Aero adalah aplikasi modifikasi yang punya banyak fitur menarik, namun pengguna harus lebih cermat tentang keamanannya.


Enik Waldknig, Bos SHB Tersangka Dugaan TPPO Magang Jerman Asal Madiun, Diduga Tukang Atur Mahasiswa

2 hari lalu

Enik Waldkonig, WNI tinggal di Jerman tersangka dugaan  TPPO, FOTO: istimewa
Enik Waldknig, Bos SHB Tersangka Dugaan TPPO Magang Jerman Asal Madiun, Diduga Tukang Atur Mahasiswa

Tersangka kasus TPPO berkedok program magang di Jerman Enik Waldknig bernama lahir Enik Rutita merupakan perempuan kelahiran Madiun, Jawa Timur.


Cara Mengaktifkan Kode Rahasia WhatsApp untuk Menyembunyikan Pesan Penting

2 hari lalu

Logo WhatsApp. (whatsapp.com)
Cara Mengaktifkan Kode Rahasia WhatsApp untuk Menyembunyikan Pesan Penting

Fungsi kode rahasia ini dirancang untuk memberikan lapisan keamanan ekstra pada percakapan yang terkunci di dalam aplikasi WhatsApp.


Fitur Khusus Meta untuk Batasi Konten Politik, Begini Cara Mengaktifkannya

2 hari lalu

Fitur Khusus Meta untuk Batasi Konten Politik, Begini Cara Mengaktifkannya

Meta menambahkan fitur khusus untuk membatasi konten politik pada platform yang dinaunginya, terutama Instagram.


Serangan Teror di Rusia, Kremlin: Tidak Ada Negara yang Kebal dari Terorisme

3 hari lalu

Seorang tersangka penyerangan penembakan di tempat konser Balai Kota Crocus dikawal di dalam pengadilan distrik Basmanny di Moskow, Rusia 24 Maret 2024. REUTERS/Shamil Zhumatov
Serangan Teror di Rusia, Kremlin: Tidak Ada Negara yang Kebal dari Terorisme

Juru bicara Kremlin menepis adanya kegagalan dinas keamanan Rusia dalam mencegah penembakan di Moskow.


Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Buntut Pencabutan Artikel Gunung Padang, Fitur Edit Gambar dan Stiker AI WhatsApp, Suara Kontra Arkeolog Asing

3 hari lalu

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Buntut Pencabutan Artikel Gunung Padang, Fitur Edit Gambar dan Stiker AI WhatsApp, Suara Kontra Arkeolog Asing

Topik tentang pencabutan artikel Gunung Padang bisa mencoreng nama penulis dan reviewer menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.