TEMPO.CO, Jakarta - Setiap menatap Candi Borobudur, akan terbersit di benak kita, bagaimana bangunan sebesar itu, dengan kemegahan yang masih terasa hingga kini, bisa dibangun pada masa itu? Pada masa abad ke-8 Masehi.
Di pedalaman tanah Jawa, yang merupakan bagian dari sebuah lembah besar Kedu yang kini disebut Magelang, berdiri megah sebuah candi besar. Bagaimana orang pada masa itu, atau rezim atau wangsa Syailendra mendirikan Candi Borobudur.
Telah banyak para ahli yang menelisik rahasia di balik Candi Borobudur. Mulai dari ahli arkeologi, filologi, antropologi hingga para saintis di bidang matematika.
Yang terakhir ini berhasil mengungkap rahasia yang membuat kita jadi paham, bagaimana Candi Borobudur dibangun. Yakni, penggunaan konsep matematika. Ilmu modern yang telah dipraktekkan pada masa tahun 700-800 Masehi.
Konsep matematika pada Candi Borobudur yang dibangun selama 75-100 tahun itu dapat ditelusuri dari bentuk struktur bangunan yang menyerupai konsep bangun datar dan bangun ruang dalam matematika.
Rahmi Nur Fitria Utami dan kawan-kawan dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Universitas Siliwangi pada Maret 2020, mengungkapkan bahwa konsep desain Candi Borobudur juga dapat dikaitkan dengan Euclidean Geometry.
Euclidean Geometry merupakan sebuah geometri klasik, terdiri atas 5 postulat, yang dinisbahkan terhadap matematikawan Yunani Kuno Euklides. Struktur bangunan Candi Borobudur terdiri dari dua bentuk utama, yaitu lingkaran dan persegi.
Merujuk pada bentuk utama tersebut dapat diperoleh beberapa konsep dasar bangunan Candi Borobudur berkaitan dengan geometri, yaitu bangun datar, bangun ruang, dan fraktal.