TEMPO.CO, Jakarta - Sebagian besar pencinta satwa tahu bahwa hewan pemakan bangkai seperti burung nasar mampu beradaptasi dengan bakteri berbahaya yang terkandung dalam daging busuk yang dimakannya. Itulah mengapa hewan ini tidak pernah keracunan bakteri mematikan seperti Clostridia, Fuso dan Anthrax. Ironisnya, kehadiran hewan yang cukup berpengaruh bagi lingkungan di bumi ini terancam punah. Bukan karena keracunan bakteri, tetapi di antaranya akibat memakan bangkai hewan yang diracun.
Salah satu kasus burung nasar keracunan yang menyedihkan adalah pada Juni 2019 lalu. CNN melaporkan setidaknya sebanyak 537 ekor burung nasar dan dua burung elang di kawasan pengelolaan satwa liar atau WMA yang dilindungi di Distrik Tengah bagian timur Bostwana didapati tewas setelah memakan bangkai gajah yang mati diracun pemburu liar.
Padahal burung nasar tersebut merupakan jenis yang terancam punah atau kritis terancam punah berdasarkan klasifikasi oleh International Union for Conservation of Nature Red List. “Keracunan itu diyakini disebabkan oleh tiga bangkai gajah yang diburu dengan bahan kimia beracun yang menyebabkan kematian yang signifikan pada burung nasar dan elang,” kata pemerintah Bostwana seperti dikutip dari CNN.
Tak hanya kasus di Bostwana, organisasi konservasi Vulture Conservation Foundation atau VCF, yang berbasis di Zurich, Swiss, melaporkan dalam kurun waktu Februari hingga Maret 2020, lebih dari 1.000 burung nasar juga mengalami kematian misterius secara masal di Guinea Bissau.
Peneliti memperkirakan jumlah tersebut akan terus bertambah dan mengancam keberlangsungan spesies. Sementara penyebabnya masih belum diketahui. Dugaan kematian burung akibat racun juga masih belum dapat dipastikan lantaran tidak ada bukti terhadap klaim tersebut.
World Animal Foundation melaporkan, burung nasar secara global adalah jenis burung yang paling terancam punah. Beberapa burung nasar hampir punah dan telah menurun hingga 99 persen. Mereka menyebut, kepunahan satwa yang berjasa membuat bumi tetap bersih dari pencemaran bangkai hewan ini diakibatkan oleh keracunan setelah memakan bangkai hewan lain yang mati karena mengonsumsi racun dan timbal. “Ini adalah ancaman terbesar bagi burung nasar,” kata mereka dikutip Tempo dari laman worldanimalfoundation.com.
Selain itu, burung nasar juga terancam punah akibat hilangnya habitat, tabrakan mobil, turbin angin, tiang listrik, hilangnya makanan, dan perburuan liar. Burung nasar sering dianiaya oleh petani dan peternak yang secara keliru percaya bahwa burung nasar adalah ancaman bagi ternak.
Melansir dari worldanimalfoundation.com, burung nasar merupakan karnivora besar yang terkenal karena sifat pemulungnya. Kendati karnivora, sangat jarang ditemui kasus burung nasar memangsa hidup-hidup hewan lain. Mereka hanya makan daging hewan yang telah mati. Sebab mereka lebih suka mengais makanan daripada berburu.
Burung nasar memakan sisa-sisa hewan yang mati, namun ada kalanya mereka akan menyerang hewan yang terluka dan sekarat ketika bangkai tidak tersedia, bukan hewan yang segar bugar. Burung nasar memakan semua bagian bangkai hewan kecuali tulang dan mampu memakan bangkai yang telah membusuk, yang mungkin menjadi racun bagi hewan lain.
Burung nasar sangat penting secara ekologis karena dapat menghentikan potensi penyebaran penyakit dari bangkai yang membusuk. Kemampuan burung nasar menekan risiko keracunan akibat makan bangkai busuk lantaran asam lambung burung nasar mampu membunuh bakteri dan virus berbahaya.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Baca juga: Alasan Burung Nasar Tahan Makan Bangkai