TEMPO.CO, Bandung - Tim peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB) membuat alat respirator bernama VitaFlo yang ditujukan bagi pekerja medis kasus Covid-19. Gagasan alat ini muncul dari keprihatinan saat melihat tenaga kesehatan memakai alat pelindung diri berlapis-lapis di bagian wajah.
Ketua tim dari Laboratorium Energi Terbarukan di Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB, Yuli Setyo Indartono, mengatakan pemakaian alat pelindung diri secara berlapis itu dinilai tidak praktis, membuat pengap, dan tidak nyaman. Kondisi itu memunculkan ide untuk membuat alat pelindung yang lebih mudah digunakan dan sederhana.
VitaFlo merupakan alat pelindung diri jenis PAPR (Powered-Air Purifying Respirator) yang menghimpun fungsi masker, pelindung wajah, dan kacamata pelindung. Alat itu memiliki dua komponen utama, yaitu box blower dan filter untuk mengalirkan dan menyaring udara, serta penutup wajah (full-face protector). Adapun alat pelindung diri lain seperti hazmat masih tetap digunakan.
Untuk pemakaian alat, kotak udara kecil dikaitkan dengan sabuk dan digendong pengguna. Sementara aliran udaranya ke topeng seperti pemain anggar, disalurkan lewat selang di atas kepala. Aliran udara yang masuk menghasilkan tekanan udara yang lebih tinggi ke dalam topeng daripada udara di luar topeng. “Sehingga mencegah kontaminasi bakteri atau virus dari luar," kata Yuli di laman ITB, Jumat 17 September 2021.
Fungsi alat VitaFlo diklaim telah melalui beberapa pengujian, misalnya pengujian di laboratorium ITB untuk mengetahui kemampuan alat dalam menyaring bakteri dan virus. "Hasilnya sangat baik," kata dia. Efektivitas filtrasi bakteri sebesar 99,9 persen untuk ukuran bakteri 0,5-2 um, dan 97 persen untuk partikel kurang dari 0,1 um atau seukuran virus.
VitaFlo dilengkapi masker N95 di dalam topeng dan baterai 12 volt 10.000 mAh. Pemakaian bisa sampai 5,5 jam. Alat versi keduanya akan diberikan ke rumah sakit di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera. Pengembangan alat itu didukung oleh Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) ITB dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITB.
Baca:
Peneliti ITB Ungkap Keunggulan Bioavtur Indonesia dari Minyak Sawit