TEMPO.CO, Jakarta - Seperti yang juga terjadi di banyak negara lain, lonjakan kasus Covid-19 memukul paling parah barisan tenaga medis di Filipina. Mereka kepayahan merawat para pasien yang terus berdatangan, sementara banyak rekannya yang juga terinfeksi Covid-19. Sebagian lainnya memilih stop kontrak sebagai tenaga medis karena kompensasi yang dianggap tak memadai dari pemerintahnya.
“Di awal pandemi lalu kami masih memiliki hampir 200 perawat tapi per September ini bersisa 63 saja,” kata Lourdes Banaga, direktur bagian keperawatan di sebuah rumah sakit swasta di Manila. Dikutip dari PHILSTAR, Minggu 19 September 2021, Banaga menambahkan, “Mereka lelah dan burn out.”
Secara nasional, terdata sebanyak 75 ribu perawat bekerja di seluruh rumah sakit milik pemerintah dan swasta di Filipina saat ini. Diperhitungkan, Filipina membutuhkan 109 ribu lagi untuk situasi pandemi saat ini. Kondisi sekarang dipandang ironi karena Filipina dikenal selama ini sebagai negara pengekspor tenaga perawat ke banyak negara.
“Kondisi kekurangan saat ini diperparah oleh upah yang sangat rendah di dalam negeri,” kata Maristela Abenojar, Presiden Persatuan Perawat Filipina.
Berdasarkan data Asosiasi Rumah Sakit Swasta Filipina, total sekitar 40 persen perawat di rumah sakit swasta telah mundur dari profesinya sejak awal pandemi di negara itu. Sementara, lebih dari 5 ribu yang diberi lampu hijau untuk bekerja di luar negeri menyusul dicabutnya larangan gara-gara pandemi.
Izin dan kuota itu diberikan dengan syarat kebutuhan dalam negeri sudah terpenuhi, tapi syarat ini dianggap tak berjalan. Menurut Jose Rene de Grano dari Asosiasi Rumah Sakit Swasta, “Kami tetap tak mendapat tambahan tenaga, kami tidak bisa memaksa mereka untuk mendaftar.”
Dalam beberapa pekan terakhir, para pekerja kesehatan telah berulang kali berunjuk rasa menuntut upah yang lebih layak karena risiko yang mereka tanggung karena pekerjaannya. Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah meminta mereka bersabar karena pemerintahannya sedang berusaha memenuhinya. “Kami merasa tidak diperhatikan,” kata Melbert Reyes dari Asosiasi Perawat Filipina dalam seruannya.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte menerima dosis pertama vaksin Covid-19 Sinopharm Cina di Filipina, 3 Mei 2021. Video yang diunggah ke media sosial oleh ajudan senior Duterte dan senator Christopher Bong Go menunjukkan Menteri Kesehatan Francisco Duque memberikan vaksin di lengan kiri Duterte.[Xinhua]
Menurut Asisten Profesor Sosiologi di Universitas Manajemen Singapura, Yasmin Ortiga, kurangnya tenaga medis di Filipina bukan karena lebih banyak yang pergi ke luar negeri sebagai pekerja migran. Tetapi, karena banyak para perawat di Filipina yang telah meninggalkan profesinya.
“Mereka menyadari bahwa, ‘Jika saya tak mampu pergi ke luar negeri (sebagai pekerja migran), maka tak akan ada gunanya saya menjadi perawat di dalam negeri’.”
Filipina baru saja mencatat penambahan jumlah kasus baru Covid-19 tertinggi kedua sebesar 23.134 pada Sabtu 18 September 2021. Untuk setidaknya selama tiga hari ke belakang, Filipina terus mencatatkan jumlah kasus harian Covid-19 di atas 20 ribu—tertinggi di kawasan Asia Tenggara.
PHILSTAR, WORLDOMETERS, JOHNS HOPKINS UNIVERSITY
Baca juga:
Majalah TIME Pilih Profesor UGM Ini Orang Paling Berpengaruh 2021, Simak Alasannya