Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Peneliti Telisik Perilaku Induk Primata Gendong Bayi tak Bernyawa

image-gnews
Ibu monyet di Afrika Selatan terus menggendong bayinya yang sudah mati 10 hari. [Caters News Agency/Mirror.co.uk]
Ibu monyet di Afrika Selatan terus menggendong bayinya yang sudah mati 10 hari. [Caters News Agency/Mirror.co.uk]
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Para peneliti telah mengamatinya di alam liar berkali-kali: hewan primata dari babon hingga kera membawa bayinya yang sudah mati. Ini juga terjadi secara teratur di seluruh spesies non-primata, tapi yang tidak jelas adalah motivasi atau alasan di baliknya.

Dalam analisis terbesar dari perilaku pada primata sejauh ini, sebuah studi baru menunjukkan bahwa, sejauh yang diketahui, pembawa mayat bayi bisa menjadi bagian dari proses berduka. Misalnya, ada hubungan antara kekuatan ikatan ibu-bayi dan berapa lama perilaku menggendong itu berlanjut.

Penelitian ini melihat total 126 penelitian sebelumnya, yang mencakup 409 kasus ibu primata yang merespons kematian bayinya. Dari 50 spesies primata yang termasuk dalam analisis, 80 persen di antaranya menunjukkan beberapa bentuk perilaku itu.

Antropolog dari University College London (UCL), Inggris, Alecia Carter, menjelaskan bahwa primata mungkin dapat belajar tentang kematian dengan cara yang mirip dengan manusia. Mungkin, kata Carter lagi, diperlukan pengalaman memahami bahwa kematian menghasilkan ‘penghentian fungsi' yang bertahan lama, yang merupakan salah satu konsep kematian yang dimiliki manusia.

"Apa yang kita tidak tahu, dan mungkin tidak akan pernah tahu, adalah apakah primata dapat memahami bahwa kematian itu universal, bahwa semua hewan—termasuk diri mereka sendiri—akan mati,” ujar dia, seperti dikutip dari Science Alert, Senin, 20 September 2021.

Meskipun sulit untuk memastikan apakah primata benar-benar memahami ketika bayi mereka telah mati, penelitian menunjukkan bahwa ibu yang lebih muda lebih mungkin ditemukan dengan perilaku membawa bayi yang sudah mati. Dan bahwa kematian traumatis—seperti kecelakaan atau pembunuhan bayi—lebih kecil kemungkinannya untuk menyebabkan perilaku menggendong itu. 

Perilaku itu paling sering diamati pada kera besar dan monyet Old World, dua spesies yang rata-rata juga menggendong bayi mereka yang sudah tak bernyawa untuk waktu terlama. Bayi yang mati pada usia yang lebih muda—sehingga dianggap memiliki ikatan yang lebih kuat dengan ibu mereka—digendong paling lama.

Faktor-faktor lain yang dipertimbangkan, seperti iklim, tampaknya tidak berpengaruh, dan membawa bayi yang sudah mati sama sekali tidak universal di 409 kasus. Beberapa primata, seperti lemur, tidak menunjukkan perilaku itu tapi kadang-kadang kembali ke mayat dan melakukan panggilan kontak ibu-bayi.

Seorang antropolog biologi dari UCL, Elisa Fernández Fueyo, menerangkan, ibu primata dapat memperoleh kesadaran yang lebih baik tentang kematian dan oleh karena itu 'memutuskan' untuk tidak membawa bayi mereka yang sudah mati. “Bahkan jika mereka, bisa jadi, masih mengalami emosi terkait kehilangan," tutur Fueyo.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Seperti yang ditunjukkan oleh para peneliti, sejarah evolusi bersama manusia berarti bahwa ikatan sosial primata cenderung mirip dengan manusia. Namun, studi lebih lanjut akan diperlukan untuk memahami lebih banyak tentang apa yang sebenarnya terjadi soal perilaku menggendong bayi yang sudah mati.

Menurut Fueyo, ada kemungkinan bahwa manusia purba memperlakukan kematian bayi dengan cara yang sama seperti yang terlihat pada hewan primata kini. "Dan ritual seputar kematian yang manusia miliki di zaman modern berkembang dari titik itu." 

Sekarang tim sedang mencari hubungan lain antara manusia dan primata dalam hal perilaku thanatologis—ilmu yang mempelajari kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhinya. Untuk itu, mereka telah meluncurkan situs web bernama ThanatoBase untuk para peneliti merekam lebih banyak pengamatan tentang bagaimana primata bertindak di sekitar kematian dan bagaimana perasaan mereka tentang hal itu.

Carter juga menjelaskan bahwa studi yang dia lakukan memiliki implikasi tentang bagaimana kesedihan diproses di antara primata non-manusia. Menurutnya, sudah diketahui bahwa ibu manusia yang mengalami kelahiran mati dan mampu menggendong bayinya cenderung tidak mengalami depresi berat, karena mereka memiliki kesempatan untuk mengekspresikan ikatan mereka.

"Beberapa induk primata mungkin juga membutuhkan waktu yang sama untuk mengatasi kehilangan mereka, menunjukkan betapa kuat dan pentingnya ikatan keibuan bagi primata, dan mamalia pada umumnya,” kata Carter yang penelitiannya dipublikasikan di Proceedings of the Royal Society Publishing.

SCIENCE ALERT | PROCEEDINGS OF THE ROYAL SOCIETY PUBLISHING

Baca juga:
Macan Tutul Jawa Terekam Kamera di Hutan Karawang Disambut Gembira

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Begini Cara Menulis Artikel Ilmiah di Jurnal Terindeks Scopus

2 hari lalu

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Begini Cara Menulis Artikel Ilmiah di Jurnal Terindeks Scopus

Jurnal terindeks Scopus menjadi salah satu tujuan para peneliti di Indonesia untuk mempublikasikan artikel ilmiah atau penelitiannya, bagaimana cara menulis artikel ilmiah yang terindeks scopus?


Perempuan Mahardhika Nilai Penahanan Anandira Puspita Bersama Bayi Berpotensi Mereviktimisasi Korban

3 hari lalu

Ilustrasi selingkuh. Shutterstock
Perempuan Mahardhika Nilai Penahanan Anandira Puspita Bersama Bayi Berpotensi Mereviktimisasi Korban

Sekretaris Nasional Perempuan Mahardhika, Tyas Widuri, menilai penahanan Anandira Puspita dan bayinya berpotensi mereviktimisasi korban dugaan perselingkuhan suaminya.


Profil Korban Jiwa Penusukan di Australia: Ibu Baru, Mahasiswi Cina hingga Pengungsi Ahmadiyah

5 hari lalu

Korban penusukan di Australia. Istimewa
Profil Korban Jiwa Penusukan di Australia: Ibu Baru, Mahasiswi Cina hingga Pengungsi Ahmadiyah

Warga Australia berduka atas kematian lima perempuan dan seorang pria penjaga keamanan pengungsi asal Pakistan.


Ada Youtuber Siksa Kera di Angkor, Pemerintah Kamboja Bakal Ambil Tindakan

9 hari lalu

Candi Angkor Wat di Siem Reap, Kamboja, (1/12). Angkor Wat dibangun oleh Raja Suryavarman II pada pertengahan abad ke-12, dan kini menjadi tujuan wisata di Kamboja. ANTARA/Wahyu Putro A
Ada Youtuber Siksa Kera di Angkor, Pemerintah Kamboja Bakal Ambil Tindakan

Selama ini, penyiksaan terhadap kera di Angkor tidak mencolok, tapi lama kelamaan kasusnya semakin banyak.


Monash University Gelar World Health Summit, Demam Berdarah Hingga Penelitian Soal Obat Jadi Bahasan

9 hari lalu

Associate Professor Henry Surendra sebelumnya membahas kesenjangan pandemi dan kematian akibat Covid-19 di Indonesia/Monash University
Monash University Gelar World Health Summit, Demam Berdarah Hingga Penelitian Soal Obat Jadi Bahasan

World Health Summit akan pertama kali digelar di Monash University. Ada beberapa tema yang akan dibahas oleh peneliti, salah satunya, demam berdarah


Industri Mobil Listrik Ancam Sepertiga Populasi Kera Besar di Hutan-hutan Afrika

12 hari lalu

Seekor gorila gunung di Taman Nasional Hutan Perawan Bwindi, Uganda barat. (Xinhua/Yuan Qing)
Industri Mobil Listrik Ancam Sepertiga Populasi Kera Besar di Hutan-hutan Afrika

Penelitian mengungkap dampak dari tambang mineral di Afrika untuk memenuhi ledakan teknologi hijau di dunia terhadap bangsa kera besar.


Jelang Gerhana Matahari 8 April, Kenali Fenomena Gerhana Matahari Terlama di Alam Semesta

16 hari lalu

Penampakan gerhana bulan sebagian atau Parsial di langit Jakarta, Minggu, 29 Oktober 2023. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) peristiwa gerhana bulan parsial terjadi saat posisi Bulan, Matahari dan Bumi sejajar membuat sebagian piringan bulan masuk ke umbra (bayangan gelap) Bumi sehingga saat puncak gerhana terjadi Bulan akan terlihat gelap sedikit kemerahan di bagian yang terkena umbra Bumi. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S.
Jelang Gerhana Matahari 8 April, Kenali Fenomena Gerhana Matahari Terlama di Alam Semesta

Sistem yang disebut dengan kode astronomi TYC 2505-672-1 memecahkan rekor alam semesta untuk gerhana matahari terlama.


8 Tips Mengatur Bayi Agar Tak Mudah Rewel Saat Mudik

23 hari lalu

Ilustrasi mudik. TEMPO/Subekti
8 Tips Mengatur Bayi Agar Tak Mudah Rewel Saat Mudik

Ada berbagai trik dan cara supaya bayi tidak rewel saat dibawa mudik lebaran atau perjalanan jauh


Publikasi Ilmiah Senasib Gunung Padang dan SNBP 2024 di Top 3 Tekno Berita Terkini

23 hari lalu

Publikasi hasil penelitian situs Gunung Padang Cianjur yang dicabut dari jurnal ilmiah Wiley Online Library. Istimewa
Publikasi Ilmiah Senasib Gunung Padang dan SNBP 2024 di Top 3 Tekno Berita Terkini

Seperti situs Gunung Padang, ada banyak laporan penelitian yang pernah dicabut dari jurnal ilmiah internasional. Cek asal negaranya yang terbanyak.


Heboh Pencabutan Artikel Gunung Padang, Dua Negara Ini Catat Skor Tertinggi Penarikan Makalah di Jurnal

24 hari lalu

Menhir situs megalitik Gunung Padang yang sudah terlilit akar di Desa Karyamukti, Cianjur, Jawa Barat, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Heboh Pencabutan Artikel Gunung Padang, Dua Negara Ini Catat Skor Tertinggi Penarikan Makalah di Jurnal

Pencabutan artikel Gunung Padang pada 18 Maret 2024 didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.