Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bagaimana Perubahan Iklim Bisa Merusak Terumbu Karang di Laut?

Reporter

image-gnews
Terumbu karang yang memutih akibat tertutupi jaring yang terbengkalai di kawasan lindung Ko Losin, Thailand 19 Juni 2021. REUTERS/Jorge Silva
Terumbu karang yang memutih akibat tertutupi jaring yang terbengkalai di kawasan lindung Ko Losin, Thailand 19 Juni 2021. REUTERS/Jorge Silva
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Perubahan iklim atau climate change adalah salah satu konsep yang membentuk dunia kita saat ini. Berbagai kegiatan kita sehari-hari kerap kali dikaitkan dengan perubahan iklim atau pemanasan global. Misal penggunaan bensin, listrik dan lain sebagainya.  

Populasi manusia yang bertambah yang diikuti dengan meningkatnya aktivitas manusia mendorong semakin besarnya pemanfaatan energi. Ujungnya semakin banyak emisi yang dihasilkan.

Salah satu emisi yang berbahaya dan berdampak buruk bagi lingkungan adalah gas rumah kaca. Hal ini dapat mengakibatkan perubahan iklim dan pemanasan laut.  

Disebutkan dalam oceanservice.noaa.gov, perubahan iklim sama dengan perubahan laut. Hal ini karena laut menyerap karbondioksida (co2) yang dihasilkan. Meski dapat memperlambat pemanasan global, kimia laut akan ikut berubah.  

Apabila laut menyerap terlalu banyak karbondioksida, laut akan memanas dan menyebabkan stres termal. Lantaran stres termal ini akan terjadi pemutihan dan penyakit menular pada karang. 

Karena pemanasan, es yang ada lautan akan mencair dan permukaan laut naik. Dari kenaikan permukaan laut sedimentasi karang akan meningkat khususnya terumbu karang yang dekat dengan sedimen darat. Akibatnya zat-zat dan partikel akibat sedimentasi terbawa dan menghimpit karang sehingga terumbu karang menjadi tercekik.  

Limpasan dari sedimentasi, air tawar, dan polutan yang dibawa air hujan akan menyebabkan pertumbuhan alga sehingga air menjadi keruh. Hal ini terjadi lantaran curah hujan yang berubah. Tak hanya curah hujan yang berubah, perubahan iklim juga dapat mengubah pola badai. Badai akan semakin kuat hingga dapat merusak terumbu karang. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Perubahan iklim mengubah banyak hal, selain curah hujan dan badai, arus laut juga dapat berubah. Apabila arus laut ini berubah, konektivitas dan rezim suhu dapat menghambat pertumbuhan larva karang dan suplai makanan karang berkurang.  

Akibat kenaikan C02 atau karbondioksida di laut, kandungan asam di laut ikut baik. Saat tingkat pH tinggi pertumbuhan karang dan integritas struktural. Padahal, mengutip pernyataan Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Sesmenko Marves), Agung Kuswandono dalam maririm.go.id terumbu karang merupakan bagian penting dalam ekosistem laut. 

“Terumbu karang merupakan tempat asuh dari semua makhluk hidup di lautan. Kalau itu rusak tentu akan berdampak luar biasa, ikan kecil tidak bisa hidup maka habislah sumber daya alam kita,” ujar Agung pada Webinar “Dampak Perubahan Iklim Bagi Ekosistem Terumbu Karang Indonesia”, Senin, 21 Juni 2021.  

Mirisnya, menurut prediksi dari Ketua Tim Pokja Kelautan dan Perikanan Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF), Tonny Wagey, terumbu karang bisa saja hilang. Saat Sustainable Development Goals (SDGs) Annual Conference 2019, ia mengatakan, “Pada 2050 kita bisa gak lihat coral (karang) lagi, dampak perubahan iklim itu tidak dapat kita hindari.” 

TATA FERLIANA

Baca juga: Data NASA Tunjukkan Perubahan Iklim Mengacak-acak Pola Hujan dan Kekeringan

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tim Penyelamat Cari Korban Hilang dalam Banjir Bandang di Bosnia

9 jam lalu

Sejumlah warga Bosnia dievakuasi dari rumah mereka yang terendam banjir dengan menggunakan perahu, di Vidovice, Sarajevo, Minggu (18/5). AP/Amel Emric
Tim Penyelamat Cari Korban Hilang dalam Banjir Bandang di Bosnia

Sebuah alat berat excavator membersihkan puing-puing yang menutupi rumah dan kendaraan. Tim penyelamat berdiri untuk melihat apakah ada korban


Maladewa Bakal Punya Pulau Pribadi untuk Wisatawan Superkaya, Berapa Biaya Sewanya?

20 jam lalu

Kepulauan Maladewa. Wikipedia
Maladewa Bakal Punya Pulau Pribadi untuk Wisatawan Superkaya, Berapa Biaya Sewanya?

Segelintir orang superkaya rela mengeluarkan uang lebih banyak lagi untuk mendapatkan pengalaman eksklusif di pulau pribadi di Maladewa.


Gletser Tebal Ditemukan di Qinghai-Xizang Cina, Mengenali Lapisan Es Besar Ini

2 hari lalu

Gletser Perito Moreno. Wikipedia/Martin St-Amant
Gletser Tebal Ditemukan di Qinghai-Xizang Cina, Mengenali Lapisan Es Besar Ini

Tim peneliti dari Akademi Ilmu Pengetahuan Cina mengidentifikasi gletser paling tebal di Qinghai-Xizang. Apa itu gletser?


Transaksi Bursa Karbon RI Tembus Rp 37 Miliar

3 hari lalu

Peringatan satu tahun Bursa Karbon Indonesia atau IDXCarbon di Gedung Bursa Efek Indonesia, Kamis, 30 Oktober 2024. TEMPO/Hammam Izzuddin
Transaksi Bursa Karbon RI Tembus Rp 37 Miliar

Direktur Utama BEI Iman Rachman menargetkan pengguna jasa bursa karbon atau IDXCarbon tembus 100 pada akhir 2024.


Kemenko Marves Ungkap Tantangan Transisi Energi di Tingkat Global

3 hari lalu

Tamu undangan dan awak media tengah mengikuti forum Indonesia Sustainable Energy Week (ISEW) 2024 di Jakarta, Selasa, 10 September 2024. Dalam upaya menyongsong visi Indonesia Emas 2045, Indonesia berkomitmen mempercepat transisi energi berkeadilan guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan serta mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK). Langkah itu penting agar Indonesia bisa mencapai target net zero emission pada 2060 atau lebih cepat. TEMPO/Tony Hartawan
Kemenko Marves Ungkap Tantangan Transisi Energi di Tingkat Global

Butuh waktu untuk mewujudkan transisi energi, salah satunya di sektor transportasi yang masih didominasi moda darat.


BRGM Rangkul Generasi Muda Hadapi Triple Planetary Crisis

4 hari lalu

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya didampingi Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove Hartono, berfoto bersama peserta Youth Conservation Fest 2024 di Taman Nasional Kepulauan Seribu, pada 24 September 2024. Dok. BRGM
BRGM Rangkul Generasi Muda Hadapi Triple Planetary Crisis

Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) menggelar Youth Conservation Fest 2024 atau #YCFest2024 bertema Let's Fight Triple Planetary Crisis sebagai salah satu bentuk inisiatif untuk menghimpun semangat generasi muda dalam memerangi isu lingkungan serta upaya pelestariannya.


Jumlah Korban Banjir Capai 218 Jiwa dan Penundaan Bantuan Picu Kemarahan Publik Nepal

5 hari lalu

Warga menyelamatkan barang-barangnya di sepanjang jalan saat air banjir surut setelah hujan lebat di Kathmandu, Nepal, 29 September 2024. REUTERS/Navesh Chitrakar
Jumlah Korban Banjir Capai 218 Jiwa dan Penundaan Bantuan Picu Kemarahan Publik Nepal

Korban selamat dari banjir monsun yang melanda Nepal mengkritik pemerintah karena upaya bantuan yang tidak memadai


Hadapi Perubahan Iklim Global, BMKG Targetkan Cetak 500 Doktor Muda Hingga 2030

8 hari lalu

Pegawai BMKG menunjukkan bagan prediksi cuaca di Kantor BMKG Jakarta, Selasa 7 Januari 2020. (ANTARA/Katriana)
Hadapi Perubahan Iklim Global, BMKG Targetkan Cetak 500 Doktor Muda Hingga 2030

BMKG akan mencetak 500 doktor muda Indonesia sebelum 2030 dalam rangka menghadapi tantangan perubahan iklim global.


PUPR: Pemerintah Fokus Peta Jalan Pembangunan Gedung Hijau Sektor Publik

9 hari lalu

Pekerja melakukan perawatan rutin pada panel surya di kantor Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jakarta Selatan, Selasa 5 Maret 2024. Indonesia menargetkan pengurangan emisi karbon sesuai Enhanced-Nationally Determined Contribution (E-NDC) sebesar 358 juta ton CO2 pada 2030 dan bebas emisi karbon di tahun 2060. Knight Frank Indonesia mencatat sepanjang 2023, luas gedung perkantoran hijau di Jakarta mencapai 1 juta meter persegi (m) atau bertambah 15% setahun. TEMPO/Tony Hartawan
PUPR: Pemerintah Fokus Peta Jalan Pembangunan Gedung Hijau Sektor Publik

PUPR menyebut peta jalan penyelenggaraan bangunan gedung hijau (BGH) akan diprioritaskan pada sektor publik atau gedung-gedung pemerintah.


Target Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca, Ini Peta Jalan Gedung Hijau yang Dibuat Pemerintah

9 hari lalu

Pekerja melakukan perawatan rutin pada panel surya di kantor Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jakarta Selatan, Selasa 5 Maret 2024. Indonesia menargetkan pengurangan emisi karbon sesuai Enhanced-Nationally Determined Contribution (E-NDC) sebesar 358 juta ton CO2 pada 2030 dan bebas emisi karbon di tahun 2060. Knight Frank Indonesia mencatat sepanjang 2023, luas gedung perkantoran hijau di Jakarta mencapai 1 juta meter persegi (m) atau bertambah 15% setahun. TEMPO/Tony Hartawan
Target Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca, Ini Peta Jalan Gedung Hijau yang Dibuat Pemerintah

Penurunan emisi gas rumah kaca di subsektor bangunan gedung di Tanah Air ditarget mencapai 36 juta ton CO2 hingga 2030.