TEMPO.CO, Yogyakarta - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta mengevaluasi uji coba pembelajaran tatap muka secara terbatas di sekolah-sekolah di wilayahnya. Ini menyusul merebaknya klaster Covid-19 di sekolah di beberapa wilayah lainnya.
“Kemunculan klaster di sekolah-sekolah di luar Yogya jelas menjadi bahan evaluasi kami, dan jangan sampai terjadi di Yogya,” ujar Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga DIY, Didik Wardaya, Kamis 23 September 2021.
Didik meminta sekolah di Yogya mematuhi instruksi Gubernur DIY yang telah dituangkan melalui surat edaran bahwa sekolah yang menggelar pembelajaran tatap muka dimulai dari jenjang tertinggi dulu yakni SMA/SMK. “Memang belum ada instruksi menghentikan uji coba tatap muka di sekolah dari gubernur sampai saat ini, namun yang boleh tatap muka tetap hanya yang memenuhi ketentuan,” ujar Didik.
Tak hanya jenjang tertinggi, yang bisa menggelar tatap muka juga hanya sekolah yang tingkat vaksinasi siswanya di atas 80 persen, setidaknya untuk dosis pertama. “Jadi sekolah yang tidak memenuhi ketentuan itu jangan curi start menggelar tatap muka,” ujar Didik merujuk kepada kebijakan yang berbeda dari Kementerian Pendidikan yang tidak menetapkan syarat vaksinasi.
Didik mengatakan, untuk tingkat SMA/SMK di DIY saat ini hanya sekitar 20-an sekolah yang menggelar tatap muka. Meski total di DIY ada 396 SMA/SMK dan lebih dari separo menyatakan sudah menggelar vaksinasi di atas 80 persen.
“Untuk SD-SMP yang ditangani kabupaten/kota DIY sebagian memang sudah mulai curi start menggelar tatap muka,” ujar Didik menambahkan.
Untuk jenjang SD ini, Didik meminta pemerintah kabupaten/kota agar tatap muka itu dihentikan lebih dahulu. Dia meyakini jumlah siswa SD yang sudah menerima vaksin Covid-19 tidak banyak. "Paling baru berapa persen karena kan baru menyasar usianya 12 tahun. Jadi kami imbau dihentikan dulu,” kata dia.
Aktivis Forum Pemantau Independen Yogyakarta, Baharuddin Kamba, mendesak agar kemunculan klaster di sekolah menjadi perhatian pemerintah. “Apalagi pantauan kami di Yogya untuk siswa SD khususnya kelas 5 dan 6 sudah mulai menggelar tatap muka, baik negeri juga swasta,” kata Kamba.
Kamba menuturkan meskipun dari pantauannya sekolah–sekolah yang tatap muka itu tertib menerapkan protokol kesehatan, namun penularan harus diantisipasi sedini mungkin. “Yang sulit dipantau dalam tatap muka sekolah ini adalah kejujuran dari orang tua dan siswa terkait kondisi kesehatannya, ini yang berbahaya, jangan sampai sekolah dan orang tua memaksakan,” ujarnya.
Data Kementerian Pendidikan Kebudayaan dan Ristek menyebutkan sudah ada 1.296 sekolah yang menjadi klaster penularan Covid-19 dari total 45.600 sekolah yang menggelar pembelajaran tatap muka. Hingga kemarin, total klaster di SD sebanyak 581 sekolah, SMP 241 sekolah dan SMA 107 sekolah.
Baca juga:
Reproduksi Virus Covid-19 Indonesia Sudah di Bawah 1, Ini Pesan Eks Direktur WHO