TEMPO.CO, Bandung - Institut Teknologi Bandung (ITB) membuat museum digital yang berisi aneka benda keseharian di Indonesia. Koleksinya terentang dari benda khas tradisional hingga buatan pabrik. Karya desainer produk juga mendapat tempat di https://museumbenda.id/.
Sejak diluncurkan 8 September lalu, sekarang baru sekitar 100-an benda yang dipajang di bagian arsip. “Masih banyak yang lain tapi belum ditampilkan,” kata Prananda L. Malasan dari Design Ethnography Lab ITB kepada Tempo, Kamis, 23 September 2021.
Sementara ini, tim museum mencari sendiri benda keseharian di masyarakat, memotret, mengukur dimensi bendanya, dan memberikan deskripsi.
Benda keseharian yang dikumpulkan museum digital itu seperti kipas tangan dari bambu, piring, guci, perangkap tikus, botol kecap, golok, wajan, lampu. Selain benda yang dipakai keseharian oleh masyarakat, ada juga beberapa karya desainer produk. Dari sekian banyak benda keseharian, pihak museum hanya menampilkan produk lokal.
Bisa diakses publik dari berbagai kalangan, target awal museum adalah menyasar kalangan desainer produk. Karena itu format dan informasinya berstandar desain, seperti foto bendanya dari berbagai sisi dan ukuran dimensinya.
Menurut Prananda, gagasan pembuatan museum itu terinsipirasi dari museum serupa di Jepang saat ia studi program doktoral di sana hingga lulus 2019. “Sekarang semua barang keseharian diarsipkan dulu, untuk melihat seperti apa desain produk Indonesia,” ujarnya.
Selain mencari sendiri, tim museum berencana mengajak partisipasi publik untuk menambah koleksi data benda keseharian. Saat ini tengah disiapkan format dan aksesnya. “Karena format bendanya digital jadi perlu standar tertentu,” kata Prananda. Tim inti museum yang aktif kini berjumlah lima orang. Mereka dibantu para mahasiswa yang magang.
Baca:
Peneliti ITB Ungkap Keunggulan Bioavtur Indonesia dari Minyak Sawit