TEMPO.CO, Kupang - Sebanyak 13 kura-kura leher ular atau kura-kura rote (Chelodina mccordi) dipulangkan dari Singapura ke Nusa Tenggara Timur (NTT). Selanjutnya, satwa tersebut akan dilepas kembali ke habitat aslinya di Danau Peto, Kabupaten Rote Ndao.
"Selama enam bulan 13 ekor kura-kura ini akan ditempatkan di sini dulu, jika sudah bisa beradaptasi maka akan langsung dilepas ke Danau Peto," kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam NTT, Arief Mahmud, kepada wartawan di Kota Kupang, Kamis 23 September 2021.
Kura-kura itu, terdiri dari enam jantan dan tujuh betina, dipulangkan dari Singapura ke NTT dan tiba di Kupang pada Kamis. Arief menyatakan senang menyambutnya karena kura-kura leher ular menurut lembaga internasional untuk konservasi alam (IUCN) telah berstatus critically endangered (CR) atau kritis di habitat liar.
Menurutnya, kura-kura rote bisa sampai ke Singapura karena banyak warga yang menangkap dan menjual kura-kura tersebut. Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bekerja sama dengan Wildlife Reserves Singapore yang kemudian memulangkan kura-kura rote ke NTT supaya bisa dikembalikan ke habitat aslinya dan dilestarikan populasinya.
Arief menjelaskan, Danau Peto merupakan habitat asli kura-kura rote. Meski tidak termasuk dalam kawasan konservasi, danau itu merupakan tempat hidup dari kura-kura tersebut. "Danau itu sudah ditetapkan oleh Gubernur NTT sebagai kawasan ekosistem esensial," kata Arief sambil menambahkan kura-kura leher ular bisa menjadi ikon bagi Kabupaten Rote Ndao dan NTT.
Baca juga:
Gelombang Rossby dan Kelvin di Balik Hujan Angin yang Mengacak-acak Kota Depok