TEMPO.CO, Jakarta - Pisang tongkat langit (Musa troglodytarum) merupakan jenis pisang yang unik, karena memiliki tangkai buah tegak lurus ke langit. Di Papua, pohon pisang prasejarah itu biasa dikenal tumbuh dan mudah dijumpai di Pulau Kapotar, sebuah pulau kecil di Teluk Cenderawasih, Distrik Kepulauan Moora, Kabupaten Nabire.
Peneliti dari Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto, menjelaskan, data terbaru menunjukkan bahwa pisang tongkat langit juga ditemukan di Fakfak, Papua Barat. “Ini berdasarkan buah pisang yang dijual secara sistem barter di Pasar Mambuni Buni, Distrik Kokas, Kabupaten Fakfak,” ujar dia melalui pesan WhatsApp, Minggu, 26 September 2021.
Pisang tongkat langit ditanam di lahan semi hutan atau tumbuh secara alami di Hutan Fakfak. Tinggi tanaman pisang tongkat langit, rata-rata 5-7 meter, batangnya tegak lurus, sedangkan buahnya menengadah ke langit.
Buahnya berukuran panjang sekitar 20-30 cm dengan diameter 5-10 cm. Pisang tongkat langit berkulit tebal, daging buah oranye, saat dimakan terasa seperti mentega lembut dan tidak terlalu manis.
Pisang muda kulitnya hijau, pisang tua siap panen kulitnya kuning tua. Pisang ini merupakan tumbuhan endemik Nugini dan Melanesia. “Pada masa prasejarah, pisang ini banyak dibudidayakan bersama sukun, buah merah, tebu dan keladi,” tutur Hari.
Arkeolog lulusan Universitas Udayana, Bali itu, menambahkan, buah pisang tongkat langit berwarna oranye karena mengandung betakaroten—pigmen dominan merah-jingga yang ditemukan alami pada tumbuhan dan buah-buahan—yang sangat tinggi. Betakaroten kaya vitamin A yang umumnya dijumpai pada wortel.
“Kandungan betakaroten sekitar 4960 µg per 100 gram buah pisang tongkat langit. Hanya dengan mengkonsumsi 250 gram pisang ini, kebutuhan vitamin A per hari seseorang akan langsung terpenuhi,” katanya.
Baca juga:
Kabel Bawa Laut Telkom Rusak, Begini Teknik Perbaikannya