Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bagaimana Nenek Moyang Manusia Tiba-tiba Kehilangan Ekor Jutaan Tahun yang Lalu?

image-gnews
Ilustrasi Simpanse Liar. shutterstock.com
Ilustrasi Simpanse Liar. shutterstock.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar 25 juta tahun lalu, nenek moyang manusia kehilangan ekor di organ tubuhnya. Sekelompok peneliti genetika kemungkinan telah menemukan mutasi gen spesifik yang mengungkap kenapa ekor tak bisa tumbuh pada bangsa kera yang menjadi nenek moyang manusia tersebut. Mutasi yang ditunjukkan menyebabkan ekor hilang secara tiba-tiba, dan bukannya memendek secara bertahap atau evolusif.

Tim peneliti itu adalah Itai Yana dari NYU Langone Health, New York, Amerika Serikat, dan koleganya Bo Xia. Mereka telah menginvestigasi basis genetika dari ekor yang tak bisa tumbuh dengan cara membandingkan 31 gen--yang dianggap mempengaruhi perkembangan ekor--milik monyet dan kera. Seperti yang dilaporkan preprint dalam situs biorxiv.org edisi 16 September 2021, mereka tak menemukan apapun dalam wilayah pengkodean protein. 

Yana dan Xia kemudian mencari ke tempat sampah DNA di dalam gen-gen itu. Bayangkan protein sebagai satu set perabot yang masih terbungkus dan harus dirangkai, buku instruksi genetik untuk penyusunannya sangat tebal di antara informasi tak penting yang harus dipilah-pilah. Sampah ekstra ini, disebut intron, harus disiangi dari salinan-salinan mRNA gen sebelum protein dibuat.

Di antara gen-gen pada kera, mereka mendapati keunikan pada gen yang disebut TBXT. Sebuah elemen Alu mengoyak di tengah-tengah intron yang ada. Elemen Alu adalah parasit genetis yang meng-copy paste dirinya sendiri berulang kali. “Ada sejuta elemen Alu berserakan dalam genom kita,” kata Yana.

Normalnya, dia menerangkan, elemen Alu dalam sebuah intron tidak akan membuat perbedaan apa-apa—dia akan disisihkan. Tapi yang ditemukan dalam kasus ini adalah keberadaan elemen Alu lain di dekatnya yang memiliki susunan berkebalikan. Karena saling melengkapi, Xia menambahkan, kedua alu saling mengikat, membangu sebuah siklus sendiri dalam mRNA.

Pasangan elemen alu ini secara efektif mengikat beberapa halaman dari lembar instruksi genetis bersama-sama, yang artinya ketika beberapa halaman disisihkan, beberapa instruksi juga ikut hilang. Ini artinya perabot yang harus dirangkai—protein TBXT—kerap kehilangan satu bagian yang penting.

Yana dan Xia telah melakukan serangkaian eksperimen untuk mendemonstrasikan dampak dari pasangan alu itu. Contohnya, mereka menunjukkan kalau tikus dengan mutasi gen ini memproduksi sebuah campuran protein TBXT yang utuh dan yang cacat—seperti halnya kera—dan dari sini biasanya berujung hilangnya ekor secara utuh.

“Apa yang terjadi sungguh sangat signifikan, karena Anda tidak perlu menabung perubahan sedikit demi sedikit yang terakumulasi selama jutaan tahun,” kata Carol Ward dari University of Missouri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Temuan Xia dan Yana menurutnya bisa jadi menjawab kenapa tiba-tiba kita semua melihat bangsa kera tak memiliki ekor tanpa asal usulnya yang jelas. Sampai sekarang, Ward menambahkan, bukti fosil sangat minim untuk bisa menjawab pertanyaan itu. Tepatnya, dia mengatakan, “Tidak ada rekaman fosil soal evolusi hilangnya ekor.”

Gambar evolusi manusia, perubahan manusia dari zaman prasejarah hingga zaman modern di Museum Sangiran, Sragen, Jawa Tengah, 27 Desember 2014. Museum yang diakui sebagai warisan dunia oleh UNESCO ini memamerkan diorama manusia purbakala dan fosil yang ditemukan di Jawa. TEMPO/Frannoto

Meski begitu, apa yang tak bisa dijawab dari temuan Xia dan Yana adalah kenapa nenek moyang manusia bisa kehilangan ekornya; atau kenapa mutasi gen itu terjadi? Penjelasan yang paling banyak ditawarkan adalah ekor menjadi tak menguntungkan saat bangsa kera awal mulai bisa melakukan aneka gerakan, semisal berjalan tegak pada dedahanan pohon. Tapi, kata Ward, dari fosil yang sudah ditemukan diduga kera pertama yang tanpa ekor pun masih berjalan dengan keempat tungkainya.

Xia dan Yana menyatakan harus ada keuntungan yang sangat besar dari mutasi gen yang menghilangkan ekor tersebut. Alasannya, mutasi gen yang terjadi itu bukan tanpa mudarat. Beberapa tikus percobaan yang mendemonstrasikan mutasi itu ditemukan mengidap kelainan tulang belakang yang biasa disebut spina bifida. Mereka pun berspekulasi kalau cukup tingginya tingkat cacat lahir spina bifida pada manusia adalah relik dari perkembangan yang menghilangkan bagian ekor jutaan tahun lalu.

NEW SCIENTIST

Baca juga:
Studi Terbaru Merokok dan Risiko Covid-19 Gunakan Data Observasi dan Genetika, Hasilnya?

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hindari Pendarahan, Ini yang Perlu Diperhatikan Pasien Hemofilia

1 hari lalu

Hidup Normal dengan Hemofilia
Hindari Pendarahan, Ini yang Perlu Diperhatikan Pasien Hemofilia

Hemofilia terjadi karena adanya gangguan dalam pembekuan darah. Penderita dapat mengalami pendarahan meski tidak terjadi trauma.


Apa Itu Penyakit Pneumotoraks yang Diderita Winter Aespa?

3 hari lalu

Winter Aespa. Instagram
Apa Itu Penyakit Pneumotoraks yang Diderita Winter Aespa?

SM Entertainment secara resmi mengkonfirmasi laporan bahwa Winter Aespa telah menjalani operasi untuk pneumotoraks. Penyakit apa itu?


Ada Youtuber Siksa Kera di Angkor, Pemerintah Kamboja Bakal Ambil Tindakan

8 hari lalu

Candi Angkor Wat di Siem Reap, Kamboja, (1/12). Angkor Wat dibangun oleh Raja Suryavarman II pada pertengahan abad ke-12, dan kini menjadi tujuan wisata di Kamboja. ANTARA/Wahyu Putro A
Ada Youtuber Siksa Kera di Angkor, Pemerintah Kamboja Bakal Ambil Tindakan

Selama ini, penyiksaan terhadap kera di Angkor tidak mencolok, tapi lama kelamaan kasusnya semakin banyak.


Industri Mobil Listrik Ancam Sepertiga Populasi Kera Besar di Hutan-hutan Afrika

11 hari lalu

Seekor gorila gunung di Taman Nasional Hutan Perawan Bwindi, Uganda barat. (Xinhua/Yuan Qing)
Industri Mobil Listrik Ancam Sepertiga Populasi Kera Besar di Hutan-hutan Afrika

Penelitian mengungkap dampak dari tambang mineral di Afrika untuk memenuhi ledakan teknologi hijau di dunia terhadap bangsa kera besar.


Mengenal Kuda Nil Kerdil, Satwa Langka yang Hanya Tersisa Dua Ribu Ekor di Alam

23 hari lalu

Induk kuda nil membawa anaknya menuju kolam, untuk diperkenalkan kepada sejumlah anggota kelompok kuda nil. Namun naas bayi kuda nil diserang oleh sejumlah kuda nil dewasa, binatang ini dikenal sebagai salah satu hewan paling agresif. Zimbabwe, 10 Agustus 2015. Dailymail
Mengenal Kuda Nil Kerdil, Satwa Langka yang Hanya Tersisa Dua Ribu Ekor di Alam

Kelahiran bayi kuda nil kerdil di Yunani mendatangkan harapan bagi spesies langka tersebut.


Cara Berkomunikasi dengan Kucing yang Perlu Anda Ketahui

31 hari lalu

Ilustrasi kucing. Sumber: Unsplash/asiaone.com
Cara Berkomunikasi dengan Kucing yang Perlu Anda Ketahui

Kucing memiliki cara tersendiri dalam berinteraksi yang seringkali membingungkan bagi para pemiliknya.


Tambahan Asam Folat pada Garam Dapat Cegah Cacat Bawaan

36 hari lalu

Ilustrasi menaburkan garam. shutterstock.com
Tambahan Asam Folat pada Garam Dapat Cegah Cacat Bawaan

Melengkapi garam meja dengan asam folat menjadi strategi diet baru untuk lebih melindungi terhadap cacat bawaan.


Cari Durian Jatuh, Mahasiswa KKN Unpad Temukan Fosil Gastropoda dan Pelecypoda

1 Februari 2024

Kolase foto dua jenis fosil Gastropoda atau siput (kiri) dan Pelecypoda atau kerang (kanan) yang ditemukan mahasiswa Universitas Padjadjaran (Unpad) di pelataran rumah warga di Pangandaran. (Dok. Unpad)
Cari Durian Jatuh, Mahasiswa KKN Unpad Temukan Fosil Gastropoda dan Pelecypoda

Penemuan fosil tersebut menjadi bekal untuk akademisi dalam melakukan penelitian lanjutan terkait keberadaan fosil satwa purba di Pangandaran.


Mengenal Anoreksia, Begini Gejala dan Penyebabnya

11 Januari 2024

Gangguan Makan dari Media Sosial
Mengenal Anoreksia, Begini Gejala dan Penyebabnya

Anda mungkin sudah familiar dengan istilah penyakit Anoreksia, gangguan makan dan kondisi kesehatan mental yang serius. Ini gejala dan penyebabnya.


Benarkah Golongan Darah Memiliki Peran dalam Risiko Penyakit Autoimun?

25 November 2023

Ilustrasi kantong darah/golongan darah. Shutterstock
Benarkah Golongan Darah Memiliki Peran dalam Risiko Penyakit Autoimun?

Beberapa penelitian mendukung korelasi antara golongan darah dan penyakit autoimun tertentu.