TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar 25 juta tahun lalu, nenek moyang manusia kehilangan ekor di organ tubuhnya. Sekelompok peneliti genetika kemungkinan telah menemukan mutasi gen spesifik yang mengungkap kenapa ekor tak bisa tumbuh pada bangsa kera yang menjadi nenek moyang manusia tersebut. Mutasi yang ditunjukkan menyebabkan ekor hilang secara tiba-tiba, dan bukannya memendek secara bertahap atau evolusif.
Tim peneliti itu adalah Itai Yana dari NYU Langone Health, New York, Amerika Serikat, dan koleganya Bo Xia. Mereka telah menginvestigasi basis genetika dari ekor yang tak bisa tumbuh dengan cara membandingkan 31 gen--yang dianggap mempengaruhi perkembangan ekor--milik monyet dan kera. Seperti yang dilaporkan preprint dalam situs biorxiv.org edisi 16 September 2021, mereka tak menemukan apapun dalam wilayah pengkodean protein.
Yana dan Xia kemudian mencari ke tempat sampah DNA di dalam gen-gen itu. Bayangkan protein sebagai satu set perabot yang masih terbungkus dan harus dirangkai, buku instruksi genetik untuk penyusunannya sangat tebal di antara informasi tak penting yang harus dipilah-pilah. Sampah ekstra ini, disebut intron, harus disiangi dari salinan-salinan mRNA gen sebelum protein dibuat.
Di antara gen-gen pada kera, mereka mendapati keunikan pada gen yang disebut TBXT. Sebuah elemen Alu mengoyak di tengah-tengah intron yang ada. Elemen Alu adalah parasit genetis yang meng-copy paste dirinya sendiri berulang kali. “Ada sejuta elemen Alu berserakan dalam genom kita,” kata Yana.
Normalnya, dia menerangkan, elemen Alu dalam sebuah intron tidak akan membuat perbedaan apa-apa—dia akan disisihkan. Tapi yang ditemukan dalam kasus ini adalah keberadaan elemen Alu lain di dekatnya yang memiliki susunan berkebalikan. Karena saling melengkapi, Xia menambahkan, kedua alu saling mengikat, membangu sebuah siklus sendiri dalam mRNA.
Pasangan elemen alu ini secara efektif mengikat beberapa halaman dari lembar instruksi genetis bersama-sama, yang artinya ketika beberapa halaman disisihkan, beberapa instruksi juga ikut hilang. Ini artinya perabot yang harus dirangkai—protein TBXT—kerap kehilangan satu bagian yang penting.
Yana dan Xia telah melakukan serangkaian eksperimen untuk mendemonstrasikan dampak dari pasangan alu itu. Contohnya, mereka menunjukkan kalau tikus dengan mutasi gen ini memproduksi sebuah campuran protein TBXT yang utuh dan yang cacat—seperti halnya kera—dan dari sini biasanya berujung hilangnya ekor secara utuh.
“Apa yang terjadi sungguh sangat signifikan, karena Anda tidak perlu menabung perubahan sedikit demi sedikit yang terakumulasi selama jutaan tahun,” kata Carol Ward dari University of Missouri.
Temuan Xia dan Yana menurutnya bisa jadi menjawab kenapa tiba-tiba kita semua melihat bangsa kera tak memiliki ekor tanpa asal usulnya yang jelas. Sampai sekarang, Ward menambahkan, bukti fosil sangat minim untuk bisa menjawab pertanyaan itu. Tepatnya, dia mengatakan, “Tidak ada rekaman fosil soal evolusi hilangnya ekor.”
Gambar evolusi manusia, perubahan manusia dari zaman prasejarah hingga zaman modern di Museum Sangiran, Sragen, Jawa Tengah, 27 Desember 2014. Museum yang diakui sebagai warisan dunia oleh UNESCO ini memamerkan diorama manusia purbakala dan fosil yang ditemukan di Jawa. TEMPO/Frannoto
Meski begitu, apa yang tak bisa dijawab dari temuan Xia dan Yana adalah kenapa nenek moyang manusia bisa kehilangan ekornya; atau kenapa mutasi gen itu terjadi? Penjelasan yang paling banyak ditawarkan adalah ekor menjadi tak menguntungkan saat bangsa kera awal mulai bisa melakukan aneka gerakan, semisal berjalan tegak pada dedahanan pohon. Tapi, kata Ward, dari fosil yang sudah ditemukan diduga kera pertama yang tanpa ekor pun masih berjalan dengan keempat tungkainya.
Xia dan Yana menyatakan harus ada keuntungan yang sangat besar dari mutasi gen yang menghilangkan ekor tersebut. Alasannya, mutasi gen yang terjadi itu bukan tanpa mudarat. Beberapa tikus percobaan yang mendemonstrasikan mutasi itu ditemukan mengidap kelainan tulang belakang yang biasa disebut spina bifida. Mereka pun berspekulasi kalau cukup tingginya tingkat cacat lahir spina bifida pada manusia adalah relik dari perkembangan yang menghilangkan bagian ekor jutaan tahun lalu.
NEW SCIENTIST
Baca juga:
Studi Terbaru Merokok dan Risiko Covid-19 Gunakan Data Observasi dan Genetika, Hasilnya?