TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) terpilih periode 2021-2024, Muhammad Arif Angga, bicara kecepatan internet di tanah air. Dia merujuk beberapa laporan yang mengungkapkan bahwa kecepatan internet di Indonesia cenderung lambat daripada negara lain.
Dalam virtual Press Conference Munas XI APJII Tahun 2021, Kamis 30 September 2021, dia mengatakan tidak bisa membandingkan kecepatan internet di Indonesia dengan negara lain. Alasannya, topologi wilayah Indonesia yang luas dan terdiri banyak pulau. "Ini tantangan buat kita semua. Penetrasi broadband kita masih di bawah 20 persen,” ujar dia.
Berdasarkan data WebsiteToolTester tahun lalu, kecepatan internet Indonesia berada di posisi 92 secara global dengan kecepatan 6,65 Mbps. Posisi tertinggi dipegang Taiwan yang memiliki kecepatan internet 85,02 Mbps, nomor dua Singapura 70,86 Mbps, dan ketiga New Jersey (AS) 67,46 Mbps.
Sementara, ditempat keempat hingga kesepuluh secara berurutan ditempati oleh negara berikut: Swedia 55,18 Mbps, Denmark 29,19 Mbps, Jepang 42,77 Mbps, Luksemburg 41,69 Mbps, Belanda 40,21 Mbps, Swiss 38,85 Mbps dan San Marino 38,73 Mbps.
“Kalau Singapura kenapa cepat sekali internetnya, ya karena wilayah di sana kondisinya berbeda dari Indonesia,” kata dia.
Angga berjanji, dalam kepengurusannya selama tiga tahun ke depan, akan lebih mendorong penetrasi dan penyebaran internet yang lebih luas lagi. Namun, kata dia, upaya tersebut tidak mungkin dilakukan oleh APJII sendiri, perlu dukungan pemerintah daerah.
Kerja sama khususnya tentang data wilayah mana saja yang masih belum terjangkau internet atau masih black spot. Angga mencontohkan di Jakarta pada tahun lalu Gubernur Anies Baswedan memberikan data ada 400 RW kumuh, tapi setelah disortir menjadi 113 yang sudah pasti operator internet tidak masuk karena tidak ada layanan broadband.
“Ketika kami mengetahui data itu, kami bisa masuk ke sana. Nah kita akan meminta data tersebut ke daerah lain,” tutur Angga sambil menambahkan nanti APJII akan mengajak kerja sama dengan penyedia jasa internet yang ada di daerah itu.
Baca juga:
Kabel Bawah Laut seperti Milik Telkom Bisa Rusak Karena Alam, Human Error atau Sabotase