“Berikutnya menilai respons, lakukan tepukan pada bahu tubuh sambil memanggil-manggil si korban,” tutur Radityo sambil menambahkan bahwa penolong bisa langsung mengaktifkan sistem kedaruratan dengan menelepon 119 atau meminta batuan orang sekitar.
Berikutnya adalah yang dikenal sebagai CAB yakni chest compression atau kompresi dada, airway atau jalan napas, dan breathing atau pernapasan. Kenapa kompresi dada menjadi awal atau lebih penting, karena pada henti jantung mendadak kadar oksigen dalam darah masih tinggi, sehingga yang dibutuhkan adalah artificial sirculation atau pemberian kompresi virtual.
Teknik kompresi dada yang baik adalah pasien dibaringkan di tempat alas yang keras, lokasinya di bagian tulang dada setengah bagian bawah, lalu tekan kuat dan cepat (100-120 kali per menit dengan kedalaman 5-6 cm). Posisinya, gunakan bagian bawah telapak tangan untuk menjadi bantalan, kemudian ditopang dengan tangan satunya.
Posisi siku harus tegak lurus, kemudian daerah yang dipakai menopangnya adalah bahu untuk tenaga menekannya. Berikutnya yang penting adalah tekan kuat dan cepat, lakukan complete chest recoil karena yang harus diingat bahwa fungsi jantung adalah sebagai pompa yang harus dapat menyedot dan memompa.
“Kalau pompa terus dan tidak ada cairan yang masuk ke dalam jantung dia tidak akan memberikan curah jantung yang baik. Berikutnya minimalkan interupsi terhadap kompresi dada,” katanya.
Sementara, airway bisa dilakukan dengan beberapa cara yaitu head tild dan chinlift, dan satu lagi adalah jaw thrust. Hal yang perlu diingat, Radityo melanjutkan, metode head tild dan chinlift tidak direkomendasikan jika ada kecurigaan cedera tulang belakang.
Ilustrasi pertolongan pertama orang yang terkena Serangan Jantung. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo. 20120403
Setelah itu adalah breathing, atau memberikan bantuan napas buatan selama satu detik, caranya bisa melalui mulut ke mulut, mulut ke hidung, atau mulut ke sungkup, atau menggunakan kantung pernapasan. Ini dilakukan setelah 30 kompresi dada tadi. “Tapi pemberian napas buatan pada masa pandemi tidak dilakukan. Hanya sampai kompresi dada saja,” tutur Radityo.
Selanjutnya ketika ambulans datang bisa langsung lakukan resusitasi lanjutan, kemudian perawatan pascahenti jantung dan pemulihan akibat serangan jantung. “Ini sangat penting untuk outcome dari tatalaksana bantuan hidup jantung dasar ini,” ujar dia menambahkan.