Efek utama terlihat pada kehidupan dalam air seperti yang ditunjukkan dalam hasil penelitian terkenal yang telah dipublikasikan, yakni feminisasi ikan. Ini terjadi akibat paparan dari bahan oestrogenic.
Ada juga pengaruh paparan dari bahan aktif obat fluoxetine (Prozac). Yang ini dikenal mengubah perilaku ikan dan mempengaruhi tingkat kesuksesan reproduki dan survival ikan.
Dampak yang signifikan adalah juga meningkatnya resistensi terhadap obat antimikroba. Dugaan penyebabnya, terus meluasnya keberadaan antibiotik dalam lingkungan. Ini juga seperti yang diungkap tim yang meneliti kandungan zat aktif obat-obatan di sungai di Nairobi, Kenya.
“Ancaman potensial dari resistensi obat antimikroba ini adalah sungai yang menjadi sumber air minum dan irigasi pertanian masyarakat setempat,” tertulis dalam laporannya yang dipublikasi dalam jurnal Science of The Total Environment, 10 February 2020.
Berdasarkan data WHO, sudah ada 700 ribu kematian setiap tahun karena kasus resisten terhadap obat antimikroba di dunia. Angkanya diyakini terus meningkat menjadi 10 juta kematian per 2050 nanti apabila tak ada upaya intervensi.
Penyebab lainnya yang membuat cemas dari temuan konsentrasi tinggi parasetamol ataupun zat aktif farmasi lainnya dalam sungai atau perairan pantai adalah risiko jangka panjangnya bagi manusia. “Terutama mereka yang termasuk rentan seperti perempuan hamil, bayi dan anak,” kata Sharon Pfleger, konsultan di Pharmaceutical Public Health.
Menurut European Environment Agency, paparan konsentrasi obat-obatan bisa menyebabkan penyakit tiroid, meningkatnya kolesterol, kerusakan hati, kanker ginjal, kanker ginjal, kanker testis dan berkembangnya efek pada bayi dalam kandungan.
“Obat-obatan meningkat untuk banyak alasan,” kata Sharon Pfleger, “Misalnya karena populasi yang tumbuh dan menua, kemajuan teknologi dan budaya ‘pil untuk setiap keluhan’. Menurut dia, orang berusia 80-85 tahun mengkonsumsi obat-obatan 20 kali lebih banyak daripada usia 20-25.
ENVIRO-TECH, TECHNOLOGY NETWORKS, SCIENCE DIRECT