Riset yang dipublikasikan dalam jurnal Rhinology edisi Desember 2008 itu membandingkan efek dari tonik apel dengan blackcurrant yang diminum hangat-hangat atau pada suhu kamar, terhadap 30 sukarelawan penderita gejala flu. Para sukarelawan direkrut dari staf dan pelajar di perguruan tinggi itu, dengan syarat telah mengalami gejala flu setidaknya seminggu, tidak minum obat apapun, atau mengonsumsi makanan dan minuman panas beberapa jam sebelumnya.
Sebagian dari sukarelawan diminta minum tonik buah panas dan sebagian lagi minum tonik dengan suhu kamar 10 menit sebelum menjalani tes rhinomanometry. Dalam tes itu, mereka harus bernafas menggunakan topeng dengan mulut tertutup di sekitar tabung pengukur bertekanan.
Meski minuman panas tidak terbukti memperbaiki aliran udara hidung dalam tes itu, namun para peserta melaporkan radang tenggorokan, demam dan batuknya mereda setelah minum tonik buah panas. Tonik buah bersuhu kamar juga tidak melegakan pernafasan para sukarelawan, namun meringankan gejala bersin, batuk dan hidung berair, tetapi tidak mempengaruhi radang tenggorokan dan demam.
Direktur Common Cold Centre, Profesor Ron Eccles, menyarankan orang yang menderita batuk atau flu mengonsumsi minuman hangat untuk membantu mengurangi gejala penyakit itu. "Sungguh mengejutkan bahwa ini adalah riset ilmiah pertama tentang manfaat segelas minuman panas untuk mengobati gejala batuk dan flu," katanya. Common Cold Centre adalah satu-satunya pusat riset di dunia yang didedikasikan untuk meneliti dan menguji obat-obatan baru untuk mengobati gejala flu dan batuk.
Minuman panas juga cocok diminum ketika temperatur udara turun pada musim hujan atau musim dingin, seperti yang sekarang dialami penduduk yang mendiami belahan bumi bagian utara. Virus flu kerap menyerang pada saat-saat seperti ini. "Memiliki persediaan tonik buah dalam lemari dan meminum tonik hangat dapat membantu memerangi gejala flu dan batuk," tutur Eccles. "Keuntungan besar dari jenis perawatan ini adalah murah, aman, dan efektif."
TJANDRA|SCIENCEDAILY