TEMPO.CO, Jakarta - Obat pil molnupiravir bukan kemasan ulang dari ivermectin. Keduanya, meski diproduksi oleh pabrik obat yang sama, Merck, sangat jauh berbeda dalam hal struktur dan cara kerjanya.
Penilaian itu diberikan Christopher J. Cramer, kimiawan yang juga Wakil Presiden untuk Riset di University of Minnesota, Amerika Serikat. Dia mengunggah struktur kimia molnupiravir dan ivermectin di akun media sosial twitter pada Jumat, 1 Oktober 2021. Terlihat bentang ikatan molekul yang sangat berbeda di antara keduanya.
Pada molnupiravir ada, misalnya, ikatan atom Nitrogen yang tidak terlihat pada struktur ivermectin. "No, Merck's molnupiravir is NOT repackaged ivermectin," tulis Cramer dalam unggahannya itu.
Cramer adalah juga Wakil Presiden dan Chief Research Officer Senior di Underwriters Laboratories--perusahaan sertifikasi keselamatan global berbasis di Illinois. Bersama unggahannya itu, dia menyertakan narasi bahwa para kimiawan dihadapkan kepada potensi datangnya badai hoax tentang molnupiravir dan ivermectin.
Sebelumnya, Merck melaporkan bahwa hasil sementara dari uji klinis yang dilakukannya menunjukkan molnupiravir mampu memangkas hingga 50 persen peluang gejala berat seseorang yang telah terinfeksi Covid-19. Uji melibatkan 775 pasien dan separuhnya diberikan obat pil itu selama lima hari dan diminum dua kali sehari.
Hasilnya, di antara pasien penerima pil molnupiravir itu, sebanyak 7,3 persen yang membutuhkan perawatan di rumah sakit pada akhir 30 hari. Bandingkan dengan 14,1 persen besarnya di antara mereka yang dalam studi itu hanya menerima plasebo.
“Setelah jangka waktu tersebut, juga tidak ada kematian di antara mereka yang menerima obat tersebut, dibandingkan dengan delapan orang pada kelompok plasebo,” kata Merck menambahkan.
Laporan dari Merck disambut antusias besar, terlebih obat pil sangat memudahkan dalam perawatan pasien Covid-19. Selama ini pengobatan yang diberikan melalui suntikan ke pembuluh darah (remdesivir).
Sedang potensi misinformasi disebabkan kontroversi yang pernah dikembangkan sebagian kalangan yang meyakini ivermectin efektif untuk mengobati Covid-19. Ivermectin juga diproduksi Merck tapi untuk mengobati infeksi cacing parasit pada hewan.
Di antara kontroversi yang semakin tinggi di awal tahun, Merck menyatakan tidak yakin obat cacing yang diproduksinya tersebut bisa digunakan untuk Covid-19. "Perusahaan tidak yakin data yang ada saat ini mendukung keselamatan dan efikasi ivermectin untuk digunakan mengobati Covid-19," bunyi bagian dari pernyataan Merck pada 4 Februari 2021, seperti dikutip dari situs web resmi perusahaan itu.
Baca juga:
Uji Klinis Molnupiravir Pernah Dihentikan April lalu, Kenapa?