TEMPO.CO, Jakarta - Sejak SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19, pertama kali terdeteksi di Wuhan, Cina, pada Desember 2019, ada upaya global untuk menemukan asal-usul pasti virus itu. Kebanyakan fokus pencarian dilakukan di Cina, dengan asumsi bahwa, ketika virus pertama kali terdeteksi di sana, virus itu mungkin dimulai dari sana pula.
Sekarang, dua makalah yang sedang ditinjau oleh jurnal Nature dan diterbitkan sebagai pracetak meragukan asumsi itu. Keduanya menunjukkan bahwa untuk menemukan asal-usul virus, para peneliti mungkin harus melihat lebih jauh.
Salah satunya studi yang dilakukan tim peneliti dari Institut Pasteur di Paris, Prancis, dan dari Laos. Mereka menemukan virus dengan domain pengikatan reseptor yang sangat mirip SARS-CoV-2 pada kelelawar gua di Laos Utara, yang dekat perbatasan dengan Cina.
Para peneliti itu mengambil sampel darah, air liur, feses dubur, dan urine dari 645 kelelawar dari 46 spesies berbeda yang ditemukan di gua-gua batu kapur di sana. Mereka menemukan tiga jenis virus terpisah dalam tiga spesies kelelawar Rhinolophus yang berbeda, umumnya dikenal sebagai kelelawar tapal kuda.
“Sekuensing RNA mengungkapkan bahwa virus-virus ini lebih dari 95 persen identik dengan SARS-CoV-2, dan satu virus terdekat dengan SARS-CoV-2 yang ditemukan sejauh ini adalah 96,8 persen serupa,” tertulis dalam laporan hasil studi mereka.
Eksperimen lebih lanjut menunjukkan bahwa domain pengikatan reseptor dari virus-virus itu memiliki afinitas atau ketertarikan tinggi untuk reseptor ACE2 manusia. Ini sebanding dengan afinitas galur SARS-CoV-2 yang ditemukan para ilmuwan pada awal pandemi, sehingga menunjukkan bahwa virus dari kelelawar di Laos ini pun dapat menginfeksi manusia secara langsung.
Tahun lalu, para ilmuwan mendeteksi virus serupa di Yunnan, di Cina Barat Daya. Itu 96,1 persen mirip dengan SARS-CoV-2, yang berarti makalah ini menggambarkan virus terdekat yang terdeteksi.
Profesor dari University of Sydney, Australia, Edward Holmes, yang telah mempelajari kemunculan dan penyebaran SARS-CoV-2, tapi tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan kepada MEDICAL NEWS TODAY bahwa makalah itu, “sangat signifikan.”
Seekor kelelawar yang tertangkap jaring yang dipasang oleh para ilmuwan di depan sebuah bangunan di Universitas Filipina Los Banos (UPLB), di Los Banos, provinsi Laguna, Filipina, 19 Februari 2021 . Sebagian besar dari mereka yang tertangkap adalah kelelawar tapal kuda yang diketahui mengandung virus corona. REUTERS/Eloisa Lopez
Menurutnya, virus ini tidak hanya ditemukan pada kelelawar dan trenggiling. “Ekologi tidak seperti itu. Saya menduga mereka juga akan ditemukan pada spesies mamalia lain, tapi belum diambil sampelnya,” tutur dia.
Holmes menerangkan, beberapa virus dari kelelawar di Laos sangat dekat dengan SARS-CoV-2 dalam domain pengikatan reseptor utama (bagian dari protein paku) virus. “Ini berarti inti fungsional virus ada di alam, jadi tidak perlu berpikir bahwa virus entah bagaimana diciptakan atau diadaptasi di laboratorium.”