Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Nobel Fisika 2021 untuk Tiga Ilmuwan Pemodelan Iklim dan Fenomena yang Kompleks

image-gnews
Efek Rumah Kaca diyakini oleh para ahli sebagai salah satu sebab berakhirnya kehidupan di Bumi. Efek Rumah Kaca disebabkan naiknya konsentrasi gas karbon dioksida (CO2), nitrogen monoksida (NO), nitrogen dioksida (NO2), klorofluorokarbon (CFC), dan gas-gas lainnya di atmosfer. Sejak Revolusi Industri, manusia telah disalahkan sebagai penyebab terganggunya keseimbangan atmosfer sehingga terjadi perubahan iklim yang sangat ekstrem di bumi, suhu air laut dan permukaan bumi naik. Para ilmuwan memperingatkan bahwa efek rumah kaca akan menyebabkan suhu melambung beberapa ratus derajat Celsius, membuat laut mendidih dan kehidupan di Bumi akan berakhir. rightnow.org.au
Efek Rumah Kaca diyakini oleh para ahli sebagai salah satu sebab berakhirnya kehidupan di Bumi. Efek Rumah Kaca disebabkan naiknya konsentrasi gas karbon dioksida (CO2), nitrogen monoksida (NO), nitrogen dioksida (NO2), klorofluorokarbon (CFC), dan gas-gas lainnya di atmosfer. Sejak Revolusi Industri, manusia telah disalahkan sebagai penyebab terganggunya keseimbangan atmosfer sehingga terjadi perubahan iklim yang sangat ekstrem di bumi, suhu air laut dan permukaan bumi naik. Para ilmuwan memperingatkan bahwa efek rumah kaca akan menyebabkan suhu melambung beberapa ratus derajat Celsius, membuat laut mendidih dan kehidupan di Bumi akan berakhir. rightnow.org.au
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Akademi Sains Kerajaan Swedia memutuskan memberikan Hadiah Nobel Fisika 2021 untuk sejumlah kontribusi besar terhadap pemahaman kita tentang sistem fisik yang kompleks. Akademi merujuk kepada fisika dari iklim dan fenomena kompleks lainnya.

“Sebanyak tiga ilmuwan berbagi Hadiah Nobel Fisika tahun ini untuk sejumlah studi yang mereka lakukan tentang fenomena-fenomena chaos dan kelihatannya acak,” bunyi pengumuman di website NOBEL PRIZE yang dirilis, Selasa 5 Oktober 2021, waktu setempat.

Ketiga ilmuwan itu adalah Syukuro Manabe dari Princeton University, Amerika Serikat, dan Klaus Hasselmann dari Max Planck Insitute for Meteorology, Hamburg, Jerman. Keduanya disebut telah meletakkan dasar untuk pemahaman kita terhadap iklim di Bumi dan bagaimana manusia bisa mempengaruhinya.

Keduanya akan berbagi separuh pertama dari Hadiah Nobel senilai 10 juta Kronor atau setara Rp 16,2 miliar. Sedang separuh yang kedua diberikan kepada Giorgio Parisi dari Sapienza University of Rome, Italia. Parisi dianggap berhak atas hadiah tersebut untuk kontribusi revolusionernya untuk teori tak beraturan dan proses acak.

Akademi Sains Kerajaan Swedia memuji peran studi dan temuan dari dua ilmuwan yang pertama, “Untuk pemodelan fisik iklim Bumi, meng-kuantifikasi variabilitas dan memprediksi pemanasan global dengan cara yang bisa diandalkan.” Sedang terhadap Parisi, panitia yang sama mengatakan jasanya, “Untuk penemuan interaksi dari fluktuasi dan ketidakberaturan dalam sistem-sistem fisik, mulai dari skala atom sampai planet.”

Sistem yang kompleks dicirikan oleh tingkat acak dan ketidak-beraturan dan sulit dipahami. Hadiah Nobel Fisika tahun ini memberi pengakuan metode-metode baru untuk melukiskan sistem tersebut dan memprediksi perilakunya dalam jangka Panjang.

Satu sistem kompleks yang sangat vital untuk umat manusia adalah iklim Bumi. Manabe, kini berusia 90 tahun, dinilai telah mendemonstrasikan bagaimana kadar karbondioksida yang meningkat di atmosfer membimbing kepada meningkatnya suhu di permukaan Bumi.

Pada 1960-an, dia memimpin pengembangan model-model fisika dari iklim Bumi dan orang pertama yang mengeksplorasi interaksi antara keseimbangan radiasi dan transportasi vertikal massa udara. Risetnya itu meletakkan landasan untuk pengembangan pemodelan-pemodelan iklim saat ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sekitar sepuluh tahun kemudian, Hasselmann menciptakan sebuah model yang saling menghubungkan antara cuaca dan iklim. Dia menjawab pertanyaan kenapa model-model iklim bisa dipercaya meski cuaca memiliki pola yang berubah-ubah dan chaos. Pria yang juga akan genap berusia 90 tahun pada 25 Oktober nanti tersebut mengembangkan motode yang saat ini digunakan untuk membuktikan bahwa meningkatnya suhu di atmosfer adalah karena emisi karbondioksida oleh manusia.

Pada sekitar 1980, Parisi menemukan pola tersembunyi dalam material kompleks tak beraturan. Penemuan dari ilmuwan yang sekarang berusia 73 tahun ini adalah termasuk di antara kontribusi paling penting terhadap teori sistem kompleks.

Teori ini memungkinkan kita memahami dan melukiskan banyak fenomena dan material yang berbeda dan kelihatannya sepenuhnya acak. Tidak hanya dalam fisika tapi juga di bidang lain yang sangat berbeda, seperti matematika, biologi, ilmu saraf dan machine learning.

“Peraih Nobel Fisika tahun ini seluruhnya telah berkontribusi untuk kita bisa lebih dalam memahami sifat dan evolusi dari sistem fisik yang kompleks,” kata Thors Hans Hansson, Ketua Komite Nobel Fisika.

NOBEL PRIZE

Baca juga:
Capsaicin dalam abai Antar Ilmuwan Ini Raih Hadiah Nobel Kedokteran 2021

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Peringatan Dini Cuaca BMKG, Simak Sebaran Wilayah Berpotensi Hujan Lebat Hari Ini

11 jam lalu

Ilustrasi Cuaca DKI Jakarta yang berawan. Tempo/Tony Hartawan
Peringatan Dini Cuaca BMKG, Simak Sebaran Wilayah Berpotensi Hujan Lebat Hari Ini

Dalam peringatan dini cuaca BMKG 28-30 Maret 2023 tampak daftar wilayah berpotensi hujan lebat terus berkurang dari hari ke hari.


Khawatir Terimbas Cuaca Buruk, Yogya Gelar Sidak Serentak Pantau Stok Pangan Menjelang Lebaran

2 hari lalu

Wisatawan mancanegara menyambangi Pasar Beringharjo Yogyakarta. (Dok. Istimewa)
Khawatir Terimbas Cuaca Buruk, Yogya Gelar Sidak Serentak Pantau Stok Pangan Menjelang Lebaran

Kekhawatiran kurangnya stok pangan pada masa libur Lebaran 2024 sempat muncul akibat kondisi cuaca buruk.


Waspada Dampak Penguapan Air Selama Kemarau, Diperkirakan Berlangsung di Jakarta dan Banten pada Juni-Agustus 2024

2 hari lalu

Warga beraktivitas di pinggir Waduk Cacaban, Kedung Banteng, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Selasa, 11 September 2018. Akibat musim kemarau tahun ini, volume air di salah satu waduk penyuplai di wilayah Pantura itu menyusut hingga lebih dari puluhan meter sehingga mengancam kekeringan, terutama persawahan di sejumlah wilayah itu. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah
Waspada Dampak Penguapan Air Selama Kemarau, Diperkirakan Berlangsung di Jakarta dan Banten pada Juni-Agustus 2024

Fenomena penguapan air dari tanah akan menggerus sumber daya air di masyarakat. Rawan terjadi saat kemarau.


Rp 19.842 triliun Kredit Global ke Grup Perusahaan Berisiko Iklim, Ada RGE dan Sinarmas

2 hari lalu

Pemandangan udara terlihat dari kawasan hutan yang dibuka untuk perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia, 6 Juli 2010. REUTERS/Crack Palinggi/File Foto
Rp 19.842 triliun Kredit Global ke Grup Perusahaan Berisiko Iklim, Ada RGE dan Sinarmas

Walhi dan Greenpeace Indonesia mengimbau lembaga keuangan tidak lagi mendanai peruhasaan yang terlibat perusakan lingkungan dan iklim.


Kemarau Mundur, Libur Lebaran di Yogyakarta Diprediksi Masih Masuk Musim Hujan

8 hari lalu

Wisatawan menyambangi kawasan Kaliurang Park Sleman Sabtu (30/12). Tempo/Pribadi Wicaksono
Kemarau Mundur, Libur Lebaran di Yogyakarta Diprediksi Masih Masuk Musim Hujan

Meskipun akhir Maret ini hujan mulai terasa jarang turun di Yogyakarta, namun musim kemarau diprediksi mundur untuk wilayah itu.


Awan Hujan Minim, Kondisi Perairan Selatan Yogyakarta Juga Diprediksi Lebih Ramah Pekan Ini

9 hari lalu

Gunung Merapi di Yogyakarta. Dok. BPPTKG Yogyakarta.
Awan Hujan Minim, Kondisi Perairan Selatan Yogyakarta Juga Diprediksi Lebih Ramah Pekan Ini

Wisatawan yang berencana melancong ke Yogyakarta pekan ini diprediksi dapat menikmati kondisi cuaca yang lebih cerah dibanding pekan lalu.


Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

9 hari lalu

Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto mengecek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur, Senin (18/3/2024), yang direncanakan menjadi lokasi upacara HUT Ke-79 RI pada 17 Agustus 2024. ANTARA/HO-Biro Humas Setjen Kemhan RI.
Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

AMAN mengidentifikasi belasan masyarakat adat di IKN Nusantara dan sekitarnya. Mereka terancam rencana investasi proyek IKN dan dampak krisis iklim.


13 Persen Resort Ski Dunia Diprediksi Gundul dari Salju Pada 2100

9 hari lalu

Australia dalam sepekan harus menyiapkan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus corona di resor ski. Foto: @thredboresort
13 Persen Resort Ski Dunia Diprediksi Gundul dari Salju Pada 2100

Studi hujan salju di masa depan mengungkap ladang ski dipaksa naik ke dataran lebih tinggi dan terpencil. Ekosistem pegunungan semakin terancam.


Empat Kebijakan Badan Meteorologi Dunia Diadopsi 94 Negara, Apa Saja?

9 hari lalu

Siklon Tropis Megan (BMKG)
Empat Kebijakan Badan Meteorologi Dunia Diadopsi 94 Negara, Apa Saja?

Sebanyak 94 negara peserta salah satu forum meteorologi dunia, SERCOM Ke-3, mengadopsi empat kebijakan terkait layanan cuaca dan iklim.


Melemah, Begini Pengaruh Bibit dan Siklon Tropis untuk Cuaca di Indonesia Hari Ini

10 hari lalu

Ilustrasi Siklon Tropis. bmkg.go.id
Melemah, Begini Pengaruh Bibit dan Siklon Tropis untuk Cuaca di Indonesia Hari Ini

Di Pulau Jawa, Banten dan Jawa Timur saja yang berpotensi hujan lebat hari ini. Simak prediksi cuaca dari BMKG selengkapnya.