Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tiga Spesies Baru Ikan Gobi Air Tawar Ditemukan di Jepang dan Filipina

image-gnews
Spesies baru ikan gobi ditemukan, yaitu Lentipes bunagaya (atas kiri), Lentipes palawanirufus (atas kanan), Lentipes armatus (bawah). Kredit: Ken Maeda
Spesies baru ikan gobi ditemukan, yaitu Lentipes bunagaya (atas kiri), Lentipes palawanirufus (atas kanan), Lentipes armatus (bawah). Kredit: Ken Maeda
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah tim ahli biologi dari Jepang dan Filipina telah mengidentifikasi tiga spesies baru ikan gobi, yang termasuk dalam genus Lentipes. Temuan itu dijelaskan dalam penelitian yang diterbitkan di jurnal Systematics and Biodiversity pada Selasa, 5 Oktober 2021.

Salah satu spesies baru ditemukan hidup di kepulauan Filipina Palawan dan telah diberi nama ilmiah Latin Lentipes palawanirufus, yang berarti lentipes gobi merah Palawan. Dua spesies baru lainnya ditemukan di Okinawa, sebuah pulau sub-tropis di Jepang, dan diberi nama Lentipes kijimuna dan Lentipes bunagaya.

Ken Maeda, penulis studi yang juga ilmuwan Marine Eco-Evo-Devo Unit, Okinawa Institute of Science and Technology Graduate University (OIST), mengatakan nama itu terinspirasi oleh Kijimuna dan Bunagaya, roh kayu dalam mitologi rakyat Okinawa yang biasanya digambarkan memiliki rambut atau kulit merah. "Seperti nama mereka, kedua spesies baru ini memiliki tanda merah di tubuh mereka,” ujar dia, dilansir Phys, Selasa.

Lentipes kijimuna adalah spesies pertama yang ditemukan pada tahun 2005, ketika Maeda menemukan ikan gobi jantan yang tampak asing saat melakukan penelitian lapangan untuk gelar Ph.D di University of the Ryukyus, Jepang. Dia mengaku terkejut melihat kepala dan bagian tubuh bawahnya yang merah menyala.

“Bentuknya mirip dengan Lentipes armatus yang sampai sekarang merupakan satu-satunya spesies Lentipes yang dikenal di Jepang, tapi pola warnanya benar-benar berbeda,” kata Maeda. 

Pola warna adalah karakteristik yang mudah diamati, tapi hubungan antara warna tubuh dan spesies tidak jelas. Dalam beberapa kasus, dua spesies ikan yang berbeda dapat terlihat identik dalam pola warna, tapi di lain waktu, ikan dari spesies yang sama dapat menunjukkan banyak variasi dalam pola warna yang dikenal sebagai morf warna. 

Untuk mengetahui apakah ikan ini hanya morf warna langka dari Lentipes armatus, atau spesies baru sama sekali, para peneliti perlu memeriksa DNA-nya secara ekstensif. Tapi pertama-tama, mereka membutuhkan lebih banyak spesimen. 

Baru pada 2010, setelah bergabung dengan OIST sebagai peneliti, Maeda menemukan tiga ikan jantan lagi di Okinawa dengan warna merah unik yang sama dan mengumpulkan salah satunya untuk penelitian selanjutnya. Kemudian pada 2012, dia membuat penemuan lain—morf warna kedua, juga jantan. Yang ini memiliki dua pita merah di tubuh bagian bawah.

Selama survei ikan air tawar di Palawan dari 2015-2018 dalam proyek kolaborasi antara OIST dan Western Philippines University, Maeda menemukan jantan yang menunjukkan variasi warna ketiga. Dengan kepala merah cerah dan tubuh bagian bawah coklat kemerahan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Setelah mengumpulkan sampel yang cukup, Maeda dan rekannya mengungkap hubungan evolusi antara ikan dengan pola yang berbeda. Mereka menganalisis semua DNA mitokondria, dan kemudian melihat lokasi spesifik di seluruh genom, termasuk nukleus. 

Para peneliti tidak menemukan perbedaan dalam DNA dari mitokondria, tapi menemukan bahwa perubahan kecil pada DNA di seluruh genom memisahkan ikan menjadi empat spesies berbeda, sejalan dengan pola warnanya. ”Kami pikir ikan ini pasti telah menyimpang baru-baru ini, sehingga gen mitokondria tidak memiliki cukup waktu untuk bermutasi," kata Hirozumi Kobayashi, mahasiswa Ph.D di University of the Ryukyus yang menganalisis DNA nuklir.

Maeda juga menegaskan bahwa ikan tersebut tampak berbeda dalam bentuk tubuh dan pola warna dari 19 spesies Lentipe yang dikenal di dunia.

Para peneliti percaya bahwa pola warna yang berbeda dari jantan Lentipes memainkan peran penting dalam mempertahankan garis keturunan mereka yang terpisah. Tim juga melaporkan bahwa selama berhubungan, jantan menunjukkan warna yang lebih cerah dari biasanya dan menunjukkan perilaku khusus yang menonjolkan pola warna spesifik mereka saat mendekati betina.

“Betina mungkin tidak menerima jantan dari spesies lain dengan pola warna yang berbeda, meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memverifikasi ini,” tertulis dalam penelitian.

PHYS | SYSTEMATICS AND BIODIVERSITY

Baca:
Peneliti BRIN dan NUS Temukan 27 Spesies Baru dalam Ekspedisi SJADES

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Inilah 5 Alasan Kucing Takut Air

2 hari lalu

Ilustrasi kucing (Pixabay)
Inilah 5 Alasan Kucing Takut Air

Ada beberapa hal yang membuat kucing takut dengan air. Salah satunya karena sifat genetik yang dibawa dari nenek moyang spesiesnya.


Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

11 hari lalu

Peneliti dan Wakil Direktur Asia Maritime Transparency Initiative CSIS Harrison Prtat. Sumber: istimewa
Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

Cukup banyak kerusakan yang telah terjadi di Laut Cina Selatan, di antaranya 4 ribu terumbu karang rusak.


Studi: Pengguna Instagram dan Snapchat Cenderung Ingin Operasi Kosmetik

17 hari lalu

Logo Instagram. Kredit: TechCrunch
Studi: Pengguna Instagram dan Snapchat Cenderung Ingin Operasi Kosmetik

Hasil studi menunjukkan adanya korelasi penggunaan Instagram dan Snapchat terhadap keinginan untuk operasi kosmetik.


4 Ikan Beracun yang Berbahaya jika Dikonsumsi

17 hari lalu

Ikan buntal. telegraph.co.uk
4 Ikan Beracun yang Berbahaya jika Dikonsumsi

Tak semua ikan bisa dimakan lantaran ada berbagai ikan yang mengandung racun dan mengakibatkan fatal bagi siapa pun yang mengonsumsinya.


Inilah 4 Ikan Paling Beracun di Dunia

19 hari lalu

Ikan buntal. telegraph.co.uk
Inilah 4 Ikan Paling Beracun di Dunia

Ikan stonefish, lionfish, pufferfish (buntal), dan surgeonfish dikenal karena racunnya mematikan.


Permintaan Ikan Meningkat Selama Ramadan dan Lebaran, KKP: Harganya Terjangkau dan Stabil

20 hari lalu

Para pekerja membongkar muat ikan di Pelabuhan Muara Baru, Jakarta, Selasa, 23 Januari 2024. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan nilai ekspor hasil perikanan di dalam negeri pada 2024 sebesar USD7,20 miliar atau setara Rp112,1 triliun. Angka tersebut naik signifikan dari realisasi ekspor produk perikanan hingga November 2023, di mana nilai sementara ada di kisaran USD5,6 miliar atau setara Rp87,25 triliun. TEMPO/Tony Hartawan
Permintaan Ikan Meningkat Selama Ramadan dan Lebaran, KKP: Harganya Terjangkau dan Stabil

KKP mengklaim harga ikan terkendali meski permintaannya meningkat menjelang Ramadan dan Lebaran 2024.


Studi Queen Mary University of London Ungkap Dampak Baik Puasa bagi Tubuh Manusia

23 hari lalu

Umat muslim menikmati makanan dalam acara buka puasa selama bulan suci Ramadhan, di Katedral Manchester, di Manchester, Inggris, 29 Maret 2023. REUTERS/Molly Darlington
Studi Queen Mary University of London Ungkap Dampak Baik Puasa bagi Tubuh Manusia

Peneliti di Queen Mary University of London membuat studi soal bagaimana puasa berdampak bagi tubuh manusia.


6 Kegiatan Seru di Jakarta Aquarium untuk Liburan Akhir Pekan

26 hari lalu

Pengunjung menyentuhkan tangannya ke bintang laut (Asteroidea) di Jakarta Aquarium dan Safari, Jakarta, Selasa 3 Mei 2022. Warga Jakarta dan sekitarnya memanfaatkan libur lebaran untuk berekreasi bersama keluarga ke tempat-tempat wisata di Ibu Kota. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
6 Kegiatan Seru di Jakarta Aquarium untuk Liburan Akhir Pekan

Salah satu kegiatan seru di akhir pekan yang bisa Anda coba adalah dengan mengunjungi Jakarta Aquarium. Berikut harga tiket, lokasi, dan jam bukanya.


Polusi Udara Dapat Mengubah Aroma Bunga, Membuat Bingung Serangga

37 hari lalu

Gedung-gedung diselimuti polusi udara di kawasan Kota Jakarta, Selasa 24 Oktober 2024. Kualitas udara di Jakarta pada Selasa (24/10/2023) pagi tidak sehat dan menempati peringkat ke 4 terburuk di dunia. Berdasarkan data IQAir, tingkat polusi di Ibu Kota berada di angka 170 AQI US pada pukul 06.00 WIB. Peringkat kualitas udara Jakarta saat ini berada di posisi ke-4 di dunia dengan indikator warna merah, yang artinya tidak sehat. Adapun indikator warna lainnya yaitu ungu yang berarti sangat tidak sehat, hitam berbahaya, hijau baik, kuning sedang, dan oranye tidak sehat bagi kelompok sensitif. TEMPO/Subekti.
Polusi Udara Dapat Mengubah Aroma Bunga, Membuat Bingung Serangga

Polusi udara telah mendegradasi senyawa kimia di balik aroma memikat bunga-bunga. Simak hasil studi tim peneliti di Amerika Serikat ini.


Studi Baru Ungkap Dampak TikTok terhadap Kesejahteraan Mental Remaja

38 hari lalu

Studi Baru Ungkap Dampak TikTok terhadap Kesejahteraan Mental Remaja

Studi baru Universitas Normal Tianjin Cina mengungkap dampak TikTok terhadap kesejahteraan mental remaja.