Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Seminggu Matahari di Atas Pulau Jawa, Ini Jadwal Hari Tanpa Bayangan

Reporter

Editor

Erwin Prima

image-gnews
Hari tanpa bayangan. ANTARA
Hari tanpa bayangan. ANTARA
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Selama seminggu ini, mulai tanggal 8 Oktober hingga 14 Oktober mendatang, Matahari berada di atas Pulau Jawa. Fenomena ini terjadi karena sumbu rotasi Bumi yang miring 66,6° terhadap ekliptika.

Peneliti Pusat Riset Sains Antariksa (Pussainsa) Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa (LAPAN) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang menjelaskan hal ini membuat Matahari tidak selalu berada di atas garis katulistiwa (lintang 0°) melainkan berada di lintang 23,4°LU (garis balik utara) hingga 23,4°LS (garis balik selatan).

Wilayah yang terletak di antara dua garis balik ini memungkinkan akan mengalami Matahari di atas tempat tersebut ketika tengah hari sebanyak dua kali setahun. Kasus khusus, untuk wilayah sekitar garis katulistiwa akan mengalami Matahari di atas garis katulistiwa ketika Ekuinoks Maret dan Ekuinoks September.

Pulau Jawa terletak di antara lintang 6°-8°LS atau berada di sebelah selatan garis katulistiwa. Sehingga, Matahari akan berada di atas pulau Jawa beberapa hari setelah Ekuinoks September dan beberapa hari sebelum Ekuinoks Maret,” ujar Andi dalam keterangannya yang diterima akhir pekan ini.

Andi menyebutkan dampak fenomena ini adalah ketika tengah hari, tidak ada bayangan yang terbentuk dari benda tegak tak berongga (seperti tongkat, tiang, dsb). Oleh karenanya, fenomena ini disebut juga sebagai Hari Tanpa Bayangan di Pulau Jawa.

Selain itu, saat tengah hari, ketika sinar Matahari datang tegak lurus permukaan Bumi, intensitas radiasi Matahari akan maksimum. Sehingga, ketika tutupan awan sangat minim, suhu permukaan Bumi saat siang hari akan maksimum. Hal ini tidak berlaku saat tutupan awan cukup besar sehingga suku permukaan Bumi cenderung menurun, meskipun hawa gerah tetap dapat dirasakan akibat berkurangnya kelembaban.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menyikapi hal tersebut, Andi mengimbau sobat Antariksa dan masyarakat pada umumnya agar tidak panik, kondisikan tubuh agar selalu terhidrasi dengan baik, dan menggunakan alat pelindung seperti tabir surya, payung, topi ataupun alat pelindung lainnya.

“Untuk mengecek hilangnya bayangan saat tengah hari ketika Hari Tanpa Bayangan, siapkan benda tegak seperti tongkat, tiang, spidol, botol. Letakkan benda di permukaan yang rata. Jika tidak ada, dapat menggunakan bandulan dalam keadaan setimbang. Kalibrasikan jam yang akan digunakan untuk menandai waktu melalui http://jam.bmkg.go.id. Kemudian amati bayangan yang dihasilkan oleh benda pada tanggal dan jam yang sudah ditentukan,” terang Andi.

Berikut tanggal-tanggal Hari Tanpa Bayangan di Pulau Jawa untuk kota-kota besar di Pulau Jawa dan Madura:

Merak: Jumat, 08 Oktober 2021 pukul 11.43.34 WIB
Serang: Jumat, 08 Oktober 2021 pukul 11.42.55 WIB
Karimunjawa: Jumat, 08 Oktober 2021 pukul 11.25.47 WIB
Tangerang Kota: Sabtu, 09 Oktober 2021 pukul 11.40.45 WIB
Depok: Sabtu, 09 Oktober 2021 pukul 11.39.57 WIB
Jakarta: Sabtu, 09 Oktober 2021 pukul 11.39.54 WIB
Bekasi Kota: Sabtu, 09 Oktober 2021 pukul 11.39.19 WIB
Karawang: Sabtu, 09 Oktober 2021 pukul 11.37.52 WIB
Indramayu: Sabtu, 09 Oktober 2021 pukul 11.34.00 WIB
Bogor: Minggu, 10 Oktober 2021 pukul 11.39.51 WIB
Subang: Minggu, 10 Oktober 2021 pukul 11.36.01 WIB
Sumedang: Minggu, 10 Oktober 2021 pukul 11.35.02 WIB
Cirebon: Minggu, 10 Oktober 2021 pukul 11.32.47 WIB
Losari: Minggu, 10 Oktober 2021 pukul 11.31.45 WIB
Tegal: Minggu, 10 Oktober 2021 pukul 11.30.27 WIB
Pekalongan: Minggu, 10 Oktober 2021 pukul 11.28.19 WIB
Jepara: Minggu, 10 Oktober 2021 pukul 11.24.17 WIB
Pelabuhan Ratu: Senin, 11 Oktober 2021 pukul 11.40.32 WIB
Sukabumi: Senin, 11 Oktober 2021 pukul 11.39.02 WIB
Bandung : Senin, 11 Oktober 2021 pukul 11.36.19 WIB
Semarang: Senin, 11 Oktober 2021 pukul 11.25.07 WIB
Purwodadi: Senin, 11 Oktober 2021 pukul 11.23.05 WIB
Lasem: Senin, 11 Oktober 2021 pukul 11.21.12 WIB
Bojonegoro: Senin, 11 Oktober 2021 pukul 11.19.13 WIB
Lamongan: Senin, 11 Oktober 2021 pukul 11.17.05 WIB
Surabaya: Senin, 11 Oktober 2021 pukul 11.15.44 WIB
Sampang : Senin, 11 Oktober 2021 pukul 11.13.48 WIB
Sumenep: Senin, 11 Oktober 2021 pukul 11.11.18 WIB
Kep. Kangean: Senin, 11 Oktober 2021 pukul 11.04.45 WIB
Garut: Selasa, 12 Oktober 2021 pukul 11.34.56 WIB
Tasikmalaya: Selasa, 12 Oktober 2021 pukul 11.34.56 WIB
Banjar: Selasa, 12 Oktober 2021 pukul 11.32.21 WIB
Majenang: Selasa, 12 Oktober 2021 pukul 11.31.26 WIB
Purbalingga: Selasa, 12 Oktober 2021 pukul 11.29.02 WIB
Wonosobo: Selasa, 12 Oktober 2021 pukul 11.26.53 WIB
Magelang: Selasa, 12 Oktober 2021 pukul 11.25.38 WIB
Surakarta: Selasa, 12 Oktober 2021 pukul 11.23.10 WIB
Madiun: Selasa, 12 Oktober 2021 pukul 11.20.24 WIB
Nganjuk: Selasa, 12 Oktober 2021 pukul 11.18.53 WIB
Jombang: Selasa, 12 Oktober 2021 pukul 11.17.34 WIB
Pasuruan: Selasa, 12 Oktober 2021 pukul 11.14.54 WIB
Pameungpeuk: Rabu, 13 Oktober 2021 pukul 11.35.42 WIB
Pangandaran: Rabu, 13 Oktober 2021 pukul 11.31.39 WIB
Cilacap: Rabu, 13 Oktober 2021 pukul 11.30.05 WIB
Kebumen: Rabu, 13 Oktober 2021 pukul 11.27.31 WIB
Yogyakarta: Rabu, 13 Oktober 2021 pukul 11.24.27 WIB
Wonogiri: Rabu, 13 Oktober 2021 pukul 11.22.25 WIB
Ponorogo: Rabu, 13 Oktober 2021 pukul 11.20.24 WIB
Kediri: Rabu, 13 Oktober 2021 pukul 11.18.11 WIB
Malang: Rabu, 13 Oktober 2021 pukul 11.15.44 WIB
Bondowoso: Rabu, 13 Oktober 2021 pukul 11.10.59 WIB
Situbondo: Rabu, 13 Oktober 2021 pukul 11.10.13 WIB
Pacitan: Rabu, 14 Oktober 2021 pukul 11.21.44 WIB
Trenggalek: Rabu, 14 Oktober 2021 pukul 11.19.12 WIB
Blitar: Kamis, 14 Oktober 2021 pukul 11.17.21 WIB
Kepanjen: Kamis, 14 Oktober 2021 pukul 11.15.44 WIB
Lumajang: Kamis, 14 Oktober 2021 pukul 11.13.07 WIB
Jember: Kamis, 14 Oktober 2021 pukul 11.11.13 WIB
Banyuwangi: Kamis, 14 Oktober 2021 pukul 11.08.35 WIB

Baca:
Hari Tanpa Bayangan Kembali Hadir, Dimulai dari Aceh Siang Ini

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Benarkah Bumi Akan Alami Kegelapan pada 8 April 2024?

39 menit lalu

Penampakan gerhana bulan sebagian atau Parsial di langit Jakarta, Minggu, 29 Oktober 2023. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) peristiwa gerhana bulan parsial terjadi saat posisi Bulan, Matahari dan Bumi sejajar membuat sebagian piringan bulan masuk ke umbra (bayangan gelap) Bumi sehingga saat puncak gerhana terjadi Bulan akan terlihat gelap sedikit kemerahan di bagian yang terkena umbra Bumi. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S.
Benarkah Bumi Akan Alami Kegelapan pada 8 April 2024?

Ahli Astronomi dan Astrofisika BRIN Thomas Djamaluddin mengatakan informasi yang menybut Bumi akan mengalami kegelapan pada 8 April 2024 tidak benar.


Peneliti BRIN: Butuh Jutaan Tahun Supaya Selat Muria Bisa Terbentuk Lagi

17 jam lalu

Foto udara permukiman warga terendam banjir di samping Sungai Wulan yang tanggulnya jebol di permukiman yang terendam banjir di Desa Ketanjung, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Senin 18 Maret 2024. Banjir yang kembali melanda Kabupaten Demak itu karena curah hujan tinggi yang menyebabkan sejumlah tanggul sungai jebol sehingga mengakibatkan ribuan rumah terendam banjir di 89 desa dari 11 kecamatan, 24.946 jiwa mengungsi, serta terputusnya jalur utama pantura Demak-Kudus. ANTARA FOTO/Aji Styawan
Peneliti BRIN: Butuh Jutaan Tahun Supaya Selat Muria Bisa Terbentuk Lagi

Peneliti BRIN menepis kemungkinan Selat Muria akan terbentuk lagi dalam waktu dekat.


Pengelolaan Hutan Didominasi Negara, Peneliti BRIN Usul Cegah Deforestasi melalui Kearifan Lokal

23 jam lalu

Pemandangan udara terlihat dari kawasan hutan yang dibuka untuk perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia, 6 Juli 2010. REUTERS/Crack Palinggi/File Foto
Pengelolaan Hutan Didominasi Negara, Peneliti BRIN Usul Cegah Deforestasi melalui Kearifan Lokal

Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan seringkali tidak mendapatkan hak akses yang cukup untuk memanfaatkan sumber daya di dalamnya.


BRIN: Satelit LAPAN Bantu Proses Komunikasi Wilayah Terlanda Bencana

1 hari lalu

Satelit rakitan dalam negeri bernama LAPAN A2/LAPAN ORARI yang akan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Bogor, Jawa Barat, Kamis, 3 September 2015. Peluncurannya sendiri akan dilakukan di pusat antariksa Satish Dhawan, Sriharikota, India. Nantinya, satelit akan dibawa ke orbit dengan ditumpangkan pada roket India bersama satelit penelitian astronomi milik Organisasi Riset Antariksa India. [TEMPO/Subekti; SB2015090312] KOMUNIKA ONLINE
BRIN: Satelit LAPAN Bantu Proses Komunikasi Wilayah Terlanda Bencana

Satelit LAPAN-A2/LAPAN-ORARI merupakan salah satu hasil riset karya anak bangsa yang dikembangkan oleh BRIN.


Isu Munculnya Selat Muria Mengemuka, BRIN: Perlu Riset Cuaca Ekstrem dan Penurunan Tanah

1 hari lalu

Peta satelit wilayah sebaran banjir di pantai utara Jawa Tengah pada Maret 2024 dari Google Earth Engine yang dihubungkan dengan muncul kembalinya Selat Muria. Istimewa
Isu Munculnya Selat Muria Mengemuka, BRIN: Perlu Riset Cuaca Ekstrem dan Penurunan Tanah

Selat Muria merupakan selat yang pernah ada, yang memisahkan Pulau Jawa dan Pulau Muria.


Cegah Kepunahan, BRIN Meriset dan Mengkonservasi Anggrek Dendrobium capra J.J. Smith

1 hari lalu

Kondisi bunga anggrek yang ditanam di atap sebuah rumah di kawasan Matraman, Jakarta, Selasa, 4 Januari 2022. Pemanfaatan atap rumah (rooftop) menjadi solusi untuk bercocok tanam di tengah minimnya lahan terbuka di Jakarta. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Cegah Kepunahan, BRIN Meriset dan Mengkonservasi Anggrek Dendrobium capra J.J. Smith

BRIN meriset dan mengkonservasi anggrek langka Dendrobium capra J.J. Smith yang ditetapkan sebagai spesies dengan status terancam punah.


Mitos La Ode Wuna, Siluman Separuh Ular yang Menjadi Nenek Moyang Migrasi Masyarakat Sulawesi Tenggara ke Maluku

2 hari lalu

Tangkapan gambar presentasi soal Mitos La Ode Wuna millik Dosen Universitas Indonesia (UI), Geger Riyanto (Dok. Beranda BRIN)
Mitos La Ode Wuna, Siluman Separuh Ular yang Menjadi Nenek Moyang Migrasi Masyarakat Sulawesi Tenggara ke Maluku

Dosen UI, melalui BRIN, mengangkat kajian mengenai mitos siluman setengah ular. Erat kaitannya dengan sejarah pergerakan masyarakat Sulawesi Tenggara.


Profesor ITS Kembangkan Cat Pengecoh Radar dari Pasir Erupsi Gunung Semeru

2 hari lalu

Sejumlah kapal perang Republik Indonesia (KRI) yang tergabung dalam Latihan Operasi Amfibi (Latopsfib) TNI Angkatan Laut (AL) 202i  di Dabo Singkep, Kepulauan Riau. TNI AL mengerahkan 33 kapal perang, 16 pesawat udara, 39 material tempur Korps Marinir, dan 4.300 prajurit dalam latihan tersebut. Foto : TNI
Profesor ITS Kembangkan Cat Pengecoh Radar dari Pasir Erupsi Gunung Semeru

Guru besar dari ITS membuat bahan pelapis antiradar untuk alat pertahanan. Terinspirasi dari armada asing yang mampir ke Indonesia tanpa terdeteksi.


Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Buntut Pencabutan Artikel Gunung Padang, Fitur Edit Gambar dan Stiker AI WhatsApp, Suara Kontra Arkeolog Asing

3 hari lalu

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Buntut Pencabutan Artikel Gunung Padang, Fitur Edit Gambar dan Stiker AI WhatsApp, Suara Kontra Arkeolog Asing

Topik tentang pencabutan artikel Gunung Padang bisa mencoreng nama penulis dan reviewer menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.


Cara BRIN Meneliti Jejak Harimau Jawa di Sukabumi, Spesies yang Dikategorikan Punah Selama 40 Tahun

3 hari lalu

Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) beraktivitas di kandangnya di Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) atau Solo Zoo, Solo, Jawa Tengah, Rabu, 3 Juni 2020. Kredit: ANTARA FOTO/Maulana Surya
Cara BRIN Meneliti Jejak Harimau Jawa di Sukabumi, Spesies yang Dikategorikan Punah Selama 40 Tahun

Peneliti BRIN menelisik DNA pada temuan rambut yang diduga milik Harimau Jawa, hewan yang dkategorikan punah sejak puluha tahun lalu.