TEMPO.CO, Bandung - Tim peneliti cuaca dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan pola angin yang terkait dengan banjir di Jakarta dan sekitarnya pada musim hujan di awal tahun. Contoh terbaru pada 2020 dan 2021, banjir didahului oleh hujan ekstrem pada dinihari antara pukul 01.00-04.00 WIB.
“Hampir dalam setiap kejadian banjir Jakarta, ada peran dominan hujan ekstrem yang terjadi pada dinihari sebagai pemicu utamanya,” kata Erma Yulihastin dari tim peneliti itu, Rabu, 13 Oktober 2021.
Menurut tim, hujan ekstrem yang turun pada dinihari itu berkaitan erat dengan aktivitas angin permukaan dari utara yang sangat kuat melintasi ekuator. Fenomena itu disebut sebagai Cross-Equatorial Northerly Surge (CENS).
CENS dapat meningkatkan hujan di pesisir utara Jakarta dan sekitarnya dengan memodulasi angin background, yaitu angin yang berada di area sekitar lokasi terjadinya hujan pada jangkauan area luas berkisar 200-500 kilometer persegi. Lokasi angin itu berada di area Laut Jawa sebelah utara Jawa Barat pada koordinat 105,5–108,5 derajat Bujur Timur dan 3–7,5 derajat Lintang Selatan.
“Area tersebut merupakan kunci untuk mengukur arah dan kekuatan angin yang paling berpengaruh terhadap tingkat ekstremitas hujan dinihari pada wilayah Jakarta dan sekitarnya,” katanya.
Pada studi ini, tim peneliti mengkaji sampel data 50 kejadian hujan dinihari selama musim hujan Januari-Februari pada kurun 2000-2019 di kawasan utara Jawa bagian barat. Hasilnya ditemukan bahwa angin dari utara yang kuat maupun lemah, sama-sama dapat memicu hujan dinihari melalui propagasi atau perambatan hujan.
Angin background dari utara yang kuat, akan membuat propagasi hujan yang dominan terbentuk dari laut ke darat atau disebut propagasi darat dan berpengaruh membuat hujan terkonsentrasi di kawasan Jabodetabek dan sekitarnya. Sementara jika anginnya lemah, propagasi hujan yang terbentuk merupakan kombinasi dari propagasi darat dan laut, juga membuat hujan terkonsentrasi di Jabodetabek.
“Penelitian ini memberikan penjelasan perbedaan dua mekanisme angin dari utara yang kuat dan lemah,” ujar Erma. Selama ini peneliti terpaku pada indeks CENS saja yang lokasi anginnya dihitung di wilayah Laut Jawa ekuator. “Padahal alat ukur yang lebih valid adalah angin background ini, sebab lokasinya lebih dekat dengan Jakarta,” kata Erma.
Hasil studi soal angin ini selengkapnya dimuat dalam makalah yang diterbitkan Journal of the Meteorological Society of Japan (JMSJ) pada 4 Oktober 2021. Berjudul Propagation of Convective Systems Associated with Early Morning Precipitation and Different Northerly Background Winds over Western Java, penelitinya selain Erma juga Tri Wahyu Hadi, Muhammad Rais Abdillah, Irineu Rakhmah Fauziah, dan Nining Sari Ningsih.
Baca juga:
BRIN: Kota Depok Pusat Badai Skala Meso, Warga Agar Waspada