TEMPO.CO, Jakarta - Para ahli di Inggris sedang menyelidiki kejadian-kejadian yang diduga sebagai negatif palsu dari hasil tes PCR. Hasil tes menunjukkan negatif Covid-19 padahal Tes Lateral Flow sebelumnya menunjukkan hasil positif. Tes yang terakhir itu (LFT) adalah tes cepat Covid-19 dengan cara deteksi materi protein SARS-CoV-2.
Para ahli itu khawatir karena, berdasarkan aturan saat ini yang menetapkan hasil PCR sebagai standar tertinggi, setiap mereka yang dinyatakan negatif melalui reaksi rantai polimerase akan dibebaskan dari kewajiban isolasi. Sementara, beberapa penelitian menunjukkan bahwa hasil berbeda diduga false negative itu bisa terjadi kepada 30-40 persen orang yang benar-benar memiliki infeksi virus dalam tubuhnya.
“Namun, proporsi tes Lateral Flow positif yang dikonfirmasi oleh tes PCR turun dalam statistik National Health Service (NHS) Test and Trace terbaru, menunjukkan sesuatu selain false negative PCR sedang terjadi,” ujar Oliver Johnson dari University of Bristol, Inggris, Rabu 13 Oktober 2021.
Beberapa spekulasi menyebutkan bahwa varian baru tidak dapat dideteksi dengan tes PCR. Tapi hal ini dianggap tidak mungkin karena tes PCR menargetkan tiga bagian dari genom virus. Tidak mungkin muncul varian baru yang memiliki mutasi pada ketiganya.
Kemungkinan yang lebih besar adalah tes Lateral Flow merespons virus corona musiman yang berbeda. Atau, mungkin ada masalah dengan proses pengujian PCR, seperti batch reagent yang salah.
Temuan menarik lainnya muncul dari University College London (UCL) yang menjelaskan bahwa Tes Lateral Flow lebih akurat mendeteksi Covid-19 daripada yang dilaporkan sebelumnya. Dalam studi peer-reviewed yang diterbitkan Clinical Epidemiology baru-baru ini, peneliti menggunakan formula baru untuk menunjukkan bahwa tes Lateral Flow kemungkinan lebih dari 80 persen efektif dalam mendeteksi tingkat infeksi apa pun.
“Juga lebih dari 90 persen efektif dalam mendeteksi mereka yang paling menular saat menggunakan tes,” kata para peneliti sambil menambahkan, "Bahkan tingkat akurasi ini jauh lebih tinggi daripada yang disarankan oleh beberapa penelitian sebelumnya." Dalam penelitian sebelumnya di Liverpool validasi head-to-head menunjukkan sensitivitas Tes Lateral Flow hanya 40 persen.
Namun, laporan UCL juga menyebutkan Tes Lateral Flow tidak dapat dibandingkan dengan cara kerja tes PCR. LFT mendeteksi bahan dari protein permukaan virus dan sangat mungkin memberikan hasil positif ketika seseorang terinfeksi. Di sisi lain, tes PCR mendeteksi materi genetik virus, yang dapat hadir selama berminggu-minggu setelah seseorang tidak lagi menular.
Penulis utama, Profesor Irene Petersen di UCL Institute of Epidemiology and Health Care, menjelaskan, studi sebelumnya yang membandingkan keandalan Tes Lateral Flow dan PCR berpotensi menyesatkan. Karena, kata dia, tes PCR adalah penanda telah terinfeksi di beberapa titik dalam waktu tertentu dan tidak selalu berarti seseorang menularkan saat dites positif.
"Dalam sebagian besar studi validasi, individu diuji secara bersamaan dengan Tes Lateral Flow dan PCR, dengan PCR digunakan sebagai gold standard untuk mengatakan seseorang positif atau negatif Covid-19,” kata Petersen.
NEW SCIENTIST | SKY NEWS
Baca juga:
Tes Covid-19 Metode Ini Bisa Lampaui PCR, Hasil Kurang dari Sejam