Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pernah Mendunia, Kebun Pohon Kapur Barus Terancam Punah

image-gnews
Pohon kapur barus yang ditanam di Balai Penelitian dan Pengembangan Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK) Aek Nauli, Sumatera Utara. *Sumber foto: dokumentasi BP2LHK Aek Nauli.
Pohon kapur barus yang ditanam di Balai Penelitian dan Pengembangan Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK) Aek Nauli, Sumatera Utara. *Sumber foto: dokumentasi BP2LHK Aek Nauli.
Iklan

TEMPO.CO, Malang — Barus di Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara, tersohor sebagai daerah penghasil kapur barus dan kemenyan. Pamor kapur dan kemenyan dari Barus hingga ke penjuru dunia, terutama di Eropa dan Timur Tengah, jauh sebelum cengkih dan pala populer. 

"Kapurlah yang kemudian lebih membesarkan nama Barus di pentas perdagangan dunia masa silam sehingga terkenal dengan sebutan kapur barus,” kata Kepala Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, Ichwan Azhari.

Ichwan mengungkapnya dalam seminar daring bertema “Kapur Barus, Warisan yang Dilupakan” yang diselenggarakan oleh Teater Siklus, Kota Medan, Rabu sore, 13 Oktober 2021. Kegiatan seminar itu diselenggarakan bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi sebagai bagian dari kampanye Jalur Rempah oleh kementerian itu. 

Selain Ichwan, seminar itu menghadirkan Irfan Simatupang (Ketua Program Studi Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara), Ahmad Dani Sunandar (Peneliti Balai Penelitian dan Pengembangan Kementerian Lingkungan Hidup di Aek Nauli, Sumatera Utara), serta Anton Sujarwo, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah. 

Dalam artikel berjudul Politik Historiografi Sejarah Lokal: Kisah Kemenyan dan Kapur dari Barus, Sumatera Utara yang dipublikasikan melalui Jurnal Sejarah dan Budaya edisi 2017, Ichwan pernah menulis kalau kapur barus sudah menjadi komoditi penting sejak abad kedua Masehi.  

Begitu pun asal-usul penamaan kapur barus yang berasal dari wilayah bernama Barus, sebagaimana dikabarkan oleh Claudius Ptolemaeus (ahli geografi, astronom, dan astrolog yang hidup pada zaman Helenistik di Romawi) pada abad kedua Masehi melalui bukunya Geographyke Hyphegeiss. Ptolemaeus menyebut Barus dengan nama Barousai

Kepopuleran kapur mengundang banyak pedagang asing ke Barus di masa lampau terbukti pula dari informasi yang terpahat di Prasasti Tamil yang ditemukan di Desa Lobu Tua, yang sekarang bagian dari Kecamatan Andam Dewi. Prasasti yang kemudian dikenal dengan nama Prasasti Lobu Tua ini ditemukan oleh kontrolir Belanda bernama J. Brandes pada 1873 dan kini disimpan di Museum Nasional di Jakarta. 

“Namun, nasib pohon kapur atau kamper yang kita kenal sekarang justru terancam punah karena tidak diurus dan dilestarikan oleh pemerintah daerah setempat,” ujar Ichwan, yang juga Ketua Asosiasi Museum Indonesia Sumatera Utara itu, dalam seminar. 

Dalam materi berjudul Menyelamatkan Rumah Terakhir Kapur Barus yang ia sampaikan di seminar itu, Ichwan menyebutkan populasi pohon kapur barus tersisa di Desa Sioardang, Kecamatan Sirandorung, Kabupaten Tapanuli Tengah, yang berkontur dataran tinggi. Masyarakat setempat sering memanfaatkan batang kayu kapur barus sebagai bahan bangunan dan pembuatan kapal-kapal nelayan. 

Mengutip data hasil riset mahasiswanya, Ichwan menyebutkan, per 2018 lalu terdapat 575 pohon kapur mulai dari usia nol sampai usia tua. Rinciannya, pohon tua peninggalan akhir abad ke-19 atau sumber bibit (usia 80-100 tahun) sebanyak 25 pohon. Pohon sedang usia 20-60 tahun berjumlah sekitar 150 pohon. 

Ilustrasi kapur barus. TEMPO/Nufus Nita Hidayati

Lalu, pohon muda usia 10-15 tahun sebanyak lebih-kurang 200 pohon. Anakan pohon usia 2 hari sampai 5 tahun berjumlah 100 pohon, serta bibit pohon usia nol sampai 1 tahun sebanyak 100 tahun. 

“Padahal, pastilah zaman dulu jumlah pohonnya mencapai ribuan dan bahkan mungkin sampai ratusan ribu pohon," katanya sambil menambahkan, "Kalau tidak, bagaimana bisa memenuhi permintaan pasar ekspor kapur barus masa itu, yang sebarannya di banyak negara, terutama Eropa dan Timur Tengah.”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Petani Sebut Putusan PN Mukomuko tentang Konflik Lahan Sawit Tidak Ada Perintah Pengosongan

20 hari lalu

Shutterstock.
Petani Sebut Putusan PN Mukomuko tentang Konflik Lahan Sawit Tidak Ada Perintah Pengosongan

Petani Tanjung Sakti Mukomuko, Bengkulu, menyatakan akan tetap mempertahankan lahan yang berkonflik dengan perusahaan sawit.


Prabowo Janji Sejahterakan Petani Sawit: Pengakuan Legalitas Hingga Pembentukan Badan Khusus

17 Januari 2024

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto saat menghadiri Natal Bersama 2023 Kementerian BUMN di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Senin, 15 Januari 2024. Prabowo Subianto menghadiri perayaan Natal Bersama 2023 yang diselenggarakan oleh Kementerian BUMN. TEMPO/M Taufan Rengganis
Prabowo Janji Sejahterakan Petani Sawit: Pengakuan Legalitas Hingga Pembentukan Badan Khusus

TKN Prabowo-Gibran telah menyiapkan lima strategi untuk memastikan kesejahteraan petani sawit.


Rektor Unimed Bangga Kampusnya Tambah 19 Profesor, Nilai sebagai Prestasi Luar Biasa

27 September 2023

Mahasiswa Universitas Negeri Medan sedang memanen tanaman andaliman di Desa Parsoburan, Kecamatan Habinsaran, Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara, Selasa (28/5). (Antara Sumut/Foto Istimewa/Munawar.)
Rektor Unimed Bangga Kampusnya Tambah 19 Profesor, Nilai sebagai Prestasi Luar Biasa

Profesor Doktor Baharuddin, M.Pd, mengatakan Unimed menambah 19 guru besar atau profesor baru merupakan prestasi yang luar biasa.


Pemutihan Kebun Sawit Ilegal di Kawasan Hutan, Serikat Petani: Menguntungkan Perusahaan dan Tidak Transparan

21 September 2023

Shutterstock.
Pemutihan Kebun Sawit Ilegal di Kawasan Hutan, Serikat Petani: Menguntungkan Perusahaan dan Tidak Transparan

Serikat Petani Kelapa Sawit atau SPKS menilai rencana pemutihan kebun sawit ilegal di kawasan hutan tidak transparan.


Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan akan Diputihkan, Sawit Watch: Harusnya Dipidana

20 September 2023

Seorang petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau mencabut pohon kelapa sawit yang ditanam di Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil, yang merupakan zona intin Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu, Riau, 19 Mei 2019. (Antara/HO - BBKSDA Riau)
Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan akan Diputihkan, Sawit Watch: Harusnya Dipidana

Direktur Sawit Watch Achmad Surambo mengkritik rencana pemerintah untuk memutihkan 3,3 juta hektare lahan sawit ilegal di kawasan hutan.


2 Orang Utan Terjebak Karhutla Kalimantan, BKSDA: Induk dan Anak

12 September 2023

Seekor Orangutan betina bernama 'Kikan' sedang makan terong saat makan di lokasi rehabilitasi dan reintroduksi Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) Samboja Lestari yang terletak di dekat Ibu Kota Nusantara di Samboja, provinsi Kalimantan Timur, 9 Maret , 2023. REUTERS/Willy Kurniawan
2 Orang Utan Terjebak Karhutla Kalimantan, BKSDA: Induk dan Anak

BKSDA masih mencari dua individu orang utan yang terjebak kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada areal kebun sawit di Kabupaten Ketapang.


Malaysia Minta Perusahaan Negerinya yang Beroperasi di Indonesia Tak Bakar Lahan

30 Agustus 2023

Ilustrasi - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) melanda kawasan Gunung Ile Mandiri di Larantuka, ibu kota Kabupaten Flores Timur, NTT, pada November 2019. (ANTARA/HO-Roland Tuanaen)
Malaysia Minta Perusahaan Negerinya yang Beroperasi di Indonesia Tak Bakar Lahan

Menteri Lingkungan Malaysia minta perusahaan perkebunan Malaysia yang beroperasi di Indonesia menghentikan pembakaran lahan.


Mentan Dorong Sinergi Perkebunan Sawit Berkelanjutan di Kalsel

23 Agustus 2023

Mentan Dorong Sinergi Perkebunan Sawit Berkelanjutan di Kalsel

Industri minyak sawit, dalam perspektif makroekonomi Indonesia, memiliki peranan penting


6 Bau yang Tidak Disukai Tikus, Ada Kayu Manis dan Serai

12 Juli 2023

Ilustrasi tikus. mirror.co.uk
6 Bau yang Tidak Disukai Tikus, Ada Kayu Manis dan Serai

Tikus dapat dijauhkan dengan menggunakan antara lain aroma minyak peppermint, kayu manis, cuka, serai, amonia, dan kapur barus.


Luhut Sebut 3,3 Juta Hektare Sawit di Kawasan Hutan Bakal Dilegalkan, Walhi: Pemerintah Tunduk terhadap Korporasi

28 Juni 2023

Foto udara kondisi hutan dan lahan yang terbakar berdampingan dengan lahan kebun sawit milik salah satu perusahaan sawit di Indonesia, di Desa Tuah Indrapura, Kabupaten Siak, Riau, Rabu, 18 September 2019. Kebakaran hutan dan lahan yang melanda daerah tersebut menghanguskan ratusan hektar lahan. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Luhut Sebut 3,3 Juta Hektare Sawit di Kawasan Hutan Bakal Dilegalkan, Walhi: Pemerintah Tunduk terhadap Korporasi

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia atau Walhi buka suara soal pemutihan atau pengampunan 3,3 juta hektare lahan sawit di kawasan hutan.