Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Komitmen Baru Emisi Karbon Cina Menjelang COP26, Seperti Apa Detil dan Efeknya?

image-gnews
Sejumlah orang menunggu bus ditengah udara dingin yang tercemar polusi di Ulaanbaatar, Mongolia, 19 Januari 2017. Kualitas udara di Mongolia menjadi yang terburuk mengalahkan Cina, karena asap yang dikeluarkan dari cerobong pembakaran batu bara.  REUTERS/B. Rentsendorj
Sejumlah orang menunggu bus ditengah udara dingin yang tercemar polusi di Ulaanbaatar, Mongolia, 19 Januari 2017. Kualitas udara di Mongolia menjadi yang terburuk mengalahkan Cina, karena asap yang dikeluarkan dari cerobong pembakaran batu bara. REUTERS/B. Rentsendorj
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Cina memberi pernyataan terbaru untuk janjinya menurunkan emisi karbon nasional sebelum 2030. Cina memperbarui rencana kontribusinya dalam upaya menekan dampak perubahan iklim global tersebut tiga hari menjelang dimulainya agenda konferensi perubahan iklim PBB, COP26, di Glasgow, Skotlandia, Minggu 31 Oktober 2021.

Revisi rencana perubahan iklim yang dikirim ke PBB itu mem-formal-kan beberapa janji yang sebelumnya disampaikan Presiden Xi Jinping di awal tahun ini maupun 2020 lalu. Dalam revisi itu Cina berkomitmen kalau puncak emisi karbonnya sudah akan tercapai sebelum 2030, bukan lagi sekitar 2030 seperti komitmen sebelumnya.

Pembaruan komitmen yang diberikan Cina adalah juga termasuk kesiapan mereduksi intensitas karbon—ukuran emisi per unit gross domestic product—sebesar 65 persen per 2030. Pembandingnya adalah intensitas karbon 2005. Angka 65 persen adalah kisaran maksimal dari janji pengurangan intensitas yang pernah dinyatakan dalam proposal sebelumnya.

Bernice Lee dari Chatham House, Inggris, menilai janji terbaru Cina untuk lebih cepat memangkas emisi karbon nasionalnya menjadi sebelum 2030 adalah sebuah langkah positif. Namun, dia menyatakan kalau dunia sebenarnya berharap lebih kepada Cina dalam mengerem kontribusi besarnya terhadap emisi karbon global. “Anda tidak bisa pura-pura bersikap manis, ini mengecewakan,” kata Lee.

Revisi dari Cina juga termasuk rencana memangkas porsi bahan bakar fosil dalam konsumsi energi nasionalnya menjadi 75 persen pada 2030 nanti, berubah dari janji sebelumnya yang 80 persen. Revisi terbaru juga mengkonfirmasi dua pengumuman yang pernah dibuat tentang batu bara, jenis bahan bakar fosil paling polutif. Penggunaan batu bara menyumbang lebih dari 60 persen suplai energi di Cina.

Pengumuman pertama adalah menurunkan konsumsi jenis bahan bakar itu antara 2025 dan 2030. Kedua, tidak lagi membiayai skema baru pembangkit energi tenaga batu bara di luar Cina—saat ini Cina adalah negara pembiayaan terbesar untuk proyek PLTU di dunia.

Secara keseluruhan, komitmen baru yang disodorkan Beijing berisi penegasan atas janji-janji yang pernah disampaikan sebelumnya, dan bukan merupakan kejutan atau peningkatan ambisi yang besar. Ini seperti yang disampaikan Isabel Hilton dari China Dialogue, sebuah organisasi non-profit. “Sisi positifnya adalah ini berarti ketidakhadiran Xi Jinping (di Glasgow) bukan pertanda Cina tidak tertarik atau tak serius berkomitmen,” katanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Li Shuo dari Greenpeace Asia Timur juga menuntut Cina datang dengan rencana implementasi yang lebih kuat untuk memastikan puncak emisi karbonnya sudah terjadi sebelum 2025. Dia memberi catatan bahwa saat ini Cina adalah negara peng-emisi karbon terbesar di dunia. Sumbangannya yang sebesar 27 persen emisi global membuat Cina memainkan peran kunci yang akan mempengaruhi apakah dunia bisa memenuhi tujuan dari Kesepakatan Paris yang dibuat dalam COP21 pada 2015.

Ratusan aktivis lingkungan mengatur tubuh mereka untuk membentuk tulisan pesan harapan di depan Menara Eiffel di Paris, Prancis, 6 Desember 2015. Aksi ini bersamaan dengan diselenggarakannya Konferensi Perubahan Iklim Dunia 2015 (COP21) terus di Le Bourget, Prancis. REUTERS/Benoit Tessier

Paris Agreement berisi antara lain kesepakatan jangka panjang untuk mencegah kenaikan suhu udara global lebih dari dua derajat Celsius dari besarannya saat praindustri. Ambisinya bahkan membatas kenaikan suhu maksimal 1,5 derajat Celsius.

Tujuan dari agenda COP26 adalah untuk mendorong pemerintahan negara-negara di dunia semakin dekat kepada jalur pencapaian target-target itu, “Dan rencana dari Cina saja tidak akan membuatnya berhasil,” kata Li Shuo. Dalam analisis PBB, berdasarkan komitmen yang diberikan negara-negara di dunia saat ini, suhu udara di Bumi bakal naik sekitar 2,7 derajat Celsius.

NEW SCIENTIST

Baca juga:
Perubahan Iklim: Kesehatan Lansia di Indonesia Termasuk Paling Terdampak

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

2 jam lalu

Menko Marves Luhut Pandjaitan mengunggah sejumlah foto ketika bersama Menlu Cina Wang Yi sebelum memulai Dialog Tingkat Tinggi dan Mekanisme Kerja Sama Keempat Indonesia-China (HDCM) di Labuan Bajo, Sabtu, 20 April 2024. Instagram
Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

Berita terpopuler bisnis pada 24 April 2024, dimulai rencana Cina memberikan teknologi padi untuk sejuta hektare lahan sawah di Kalimantan.


Benarkah Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Akan Lebih Sukses Dibanding Jakarta-Bandung?

2 jam lalu

Suasana mudik lebaran di Stasiun Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) Halim, Jakarta, Sabtu, 6 April 2024. Kereta cepat Whoosh untuk pertama kalinya bakal melayani penumpang mudik lebaran. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Benarkah Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Akan Lebih Sukses Dibanding Jakarta-Bandung?

Pengamat dari MTI membeberkan alasan proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya bakal lebih sukses ketimbang Jakarta-Bandung.


Jamaika secara Resmi Mengakui Palestina sebagai Negara

10 jam lalu

Gang bendera di markas besar PBB Eropa terlihat selama Dewan Hak Asasi Manusia di Jenewa, Swiss, 11 September 2023. REUTERS/Denis Balibouse
Jamaika secara Resmi Mengakui Palestina sebagai Negara

Jamaika secara resmi mengumumkan pengakuan Palestina sebagai sebuah negara setelah musyawarah kabinet.


Ratusan Mayat Ditemukan di Dua RS di Gaza, PBB Serukan Penyelidikan

16 jam lalu

Orang-orang bekerja untuk memindahkan jenazah warga Palestina yang terbunuh selama serangan militer Israel dan dimakamkan di rumah sakit Nasser, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Khan Younis di selatan Jalur Gaza, 21 April 2024. REUTERS/  Ramadhan Abed
Ratusan Mayat Ditemukan di Dua RS di Gaza, PBB Serukan Penyelidikan

PBB menyerukan dilakukannya penyelidikan atas temuan ratusan mayat di dua rumah sakit di Gaza.


Lahan Sejuta Hektar untuk Padi Cina: Upaya Luhut, Keheranan Pakar IPB dan Contoh Sukses di Gurun Dubai

20 jam lalu

Cuplikan video padi di gurun Dubai, yang dikembangkan CIna,  7 April 2024 (Asia Hot Topics)
Lahan Sejuta Hektar untuk Padi Cina: Upaya Luhut, Keheranan Pakar IPB dan Contoh Sukses di Gurun Dubai

Menko Luhut mengatakan, Cina bersedia untuk mengembangkan pertanian di Kalimantan Tengah dengan memberikan teknologi padinya.


Luhut Rencanakan Kereta Cepat Jakarta-Surabaya dengan Cina, Apa Bedanya dengan Kereta Cepat Jakarta-Bandung?

20 jam lalu

Rute Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Bakal Diubah
Luhut Rencanakan Kereta Cepat Jakarta-Surabaya dengan Cina, Apa Bedanya dengan Kereta Cepat Jakarta-Bandung?

Luhut menggadang-gadang proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya dengan Cina. Berikut perbedaan spesifikasi dan lainnya dari Kereta Cepat Jakarta-Bandung.


Pengamat Pertanian Ragu Benih dari Cina Cocok di Indonesia

1 hari lalu

Sejumlah buruh tani menanam benih padi. TEMPO/Budi Purwanto
Pengamat Pertanian Ragu Benih dari Cina Cocok di Indonesia

Pengamat Pertanian Khudori meragukan sistem usaha tani dari Cina yang akan diterapkan di Indonesia.


Cina Garap Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Pengamat: Hati-hati, Jangan Pakai APBN Lagi

1 hari lalu

Cina akan garap Kereta Cepat Jakarta-Surabaya.
Cina Garap Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Pengamat: Hati-hati, Jangan Pakai APBN Lagi

Indonesia kembali menggandeng Cina di proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya. Jangan sampai menggunakan APBN lagi seperti kereta cepat Jakarta-Bandung.


Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

1 hari lalu

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi (kiri) berdialog dengan pelajar saat Kegiatan Edukasi Keuangan di Indonesia Banking School, Jakarta, Senin, 22 Januari 2024. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyelenggarakan kegiatan Edukasi Keuangan terkait investasi, pinjaman hingga perencanaan keuangan yang diikuti sekitar 1.500 pelajar secara luring dan daring guna meningkatkan literasi keuangan masyarakat khususnya bagi pelajar. TEMPO/Tony Hartawan
Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

Kepala Eksekutif OJK Friderica Widyasari Dewi memberikan sejumlah tips yang dapat diterapkan oleh ibu-ibu dalam menyikapi isi pelemahan rupiah.


Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

1 hari lalu

Ilustrasi panen padi di sawah. TEMPO/Prima Mulia
Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) mengkritik wacana penggunaan lahan 1 juta hektare di Kalimantan untuk adaptasi sawah padi dari Cina.