TEMPO.CO, Bandung - Tim dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang bangunan khusus untuk tempat pengeringan kopi bertenaga surya. Bangunan itu hasil pengembangan green house yang difungsikan untuk menjebak energi sinar matahari.
“Tujuannya agar kadar air buah kopi menyusut hingga tersisa 10-12 persen,” kata Yayat Hidayat, ketua tim Pengabdian pada Masyarakat Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB, Senin 1 November 2021.
Bangunan didesain agar panas dari sinar matahari yang masuk ke bangunan itu terperangkap di dalam. Untuk menciptakan kondisi itu, bangunan harus tertutup rapat, termasuk akses hanya dari sebuah pintu. Pengecualian kerapatan bangunan hanya untuk penempatan ventilator untuk mencegah udara basah atau beruap masuk dalam sirkulasi udara.
Bangunan itu kini sudah didirikan oleh Komunits Petani Kopi Gunung Geulis di Desa Jatiroke Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang pada Sabtu, 30 Oktober 2021. Menurut Yayat, pembangunan itu dilakukan secara mandiri oleh warga mulai dari desain, penggunaan bahan, hingga selesai. "Tim dosen hanya menyampaikan ilmunya dalam pertemuan dengan komunitas," katanya
Tempat pengeringan buah kopi itu seluas 11 x 4 meter dengan tinggi 2 meter --menyesuaikan kapasitas produksi kopi hasil panen yang akan dikeringkan. Kerangkanya dari bahan bambu. Sementara penutupnya dari atap hingga sekeliling bangunan dari plastik ultraviolet bening atau transparan. Plastik itu lazim digunakan petani untuk penyemaian tanaman.
“Prinsipnya hemat energi dan ramah lingkungan disingkat Herang,” ujar Yayat. Herang dalam bahasa Sunda berarti jernih atau bercahaya.
Di dalam ruangan, dibuat rak-rak panjang dari bilah bambu setinggi tiga tingkat untuk tempat mengeringkan buah kopi. Dari perhitungan tim, panas matahari yang terjebak di ruangan itu bisa mencapai 40-60 derajat Celcius. Hawa panas selebihnya akan dikeluarkan lewat ventilator.
Agar mendapat panas matahari sepanjang bersinar dari pagi hingga petang, posisi bangunan mengarah utara-selatan dan bagian atasnya tidak terhalangi oleh bangunan lain atau pepohonan. Karena sangat tergantung pada alam, pengeringan yang efektif dilakukan pada musim kemarau. “Kalau musim hujan, petani menyimpan dulu kopinya,” kata dia.
Latar belakang pembuatan green house pengering kopi itu, kata Yayat, karena proses pengeringan buah kopi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas produk kopi olahan. Kualitas hasil pengeringan diketahui saat biji kopi disangrai (roasting).
“Problem utama pengeringan buah kopi adalah terjadinya suatu kondisi di mana di luarnya kering tapi di dalamnya masih basah,” katanya.
Selain itu ada juga proses pengeringan buah kopi yang tidak berhasil menurunkan kadar airnya. Meskipun sudah dijemur, tapi kadar airnya masih tetap tinggi. “Itu karena uap air yang sudah keluar masuk lagi ke buah kopi,” ujarnya sambil menambahkan Green House Herang berusaha mengatasi permasalahan pengeringan kopi itu.