TEMPO.CO, Jakarta – Sampah plastik menjadi salah satu permasalahan lingkungan terbesar di dunia yang dihadapi di abad ke-21. Sifatnya yang sukar terurai dan mengandung bahan kimia berbahaya, membuat limbah plastik bersifat merusak ekosistem dan keanekaragaman hayati laut, Selain itu, sampah plastik turut serta dalam menciptakan perubahan iklim di dunia.
Meskipun demikian, plastik merupakan bahan yang multifungsi dan mudah digunakan. Sebelum menjadi bahan yang banyak digunakan dalam sehari-hari, ternyata plastik memiliki sejarah panjang yang mengiringinya. Lantas, bagaimana sejarah ditemukannya plastik?
Plastik merupakan akronim dari plianle and easily shaped, atau dalam bahasa Indonesia bermakna lentur dan mudah dibentuk. Melansir laman sciencehistory.org, sejatinya, plastik mengarah kepada bahan yang disebut polimer. Bahan ini mudah ditemukan di alam bebasm salah satunya di bahan pembentuk dinding sel tumbuhan bernama selulosa.
Seiring perkembangan waktu, manusia akhirnya menemukan polimer sintetik berbahan dasar atom karbon yang disediakan oleh minyak bumi dan bahan bakar fosil. Polimer inilah yang saat ini dikenal dengan nama plastik tang memiliki sifat tahan lama, kuat, ringan, dan fleksibel.
Penemu polimer sintetis tersebut adalah John Wesley Hyatt pada 1869. Penemuannya diilhami oleh sayembara yang diadakan perusahaan New York berupa hadiah 10.000 USD bagi siapa saja yang dapat menemukan bahan pengganti gading gajah liar sebagai bahan utama. Hyatt pun mencampurkan selulosa dengan kapur barus yang akhirnya dapat meniru fungsi bahan alam, seperti kulit penyu, tanduk, dan gading. Hyatt menamakan bahan plastiknya seluloid.
Penemuan Hyatt dianggap sebagai penemuan revolusioner yang dapat membuat materi baru sekaligus menjadi bahan subtitusi dari bahan alam. Berbagai iklan memuji penemuannya karena dianggap melindungi kelangkaan sumber daya alam. Sejak saat itu, plastik terus mengalami revolusi.
Dilansir laman plasticseurope.org, perkembangan plastik ditemukan oleh Leo Baekeland bernama Bakelite yang dikenal dengan slogan ‘bahan seribu kegunaan’. Berbeda dengan penemuan Hyatt sebelumnya, Leo benar-benar menemukan plastik sintetis penuh pertama tanpa kandungan molekul alam. Kelebihan penemuannya yakni dapat dijadikan isolator listrik, tahan panas, tahan lama, dan dapat diproduksi masal mekanis.
Keberhasilan kedua tokoh ini membuat banyak perusahaan kimia berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan polimer baru. Dijelaskan laman waste4change.com, selama Perang Dunia II, ditemukan beberapa bahan baru dari polimer sintesis diantaranya, Nylon ditemukan oleh Wallace Carothers pada 1935 sebagai sutra sintetis. Di Amerika Serikat, produksi plastik meningkat hingga 300 persen. Saat ini, bahan plastik menjadi bahan yang banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan sampah plastik menjadi persoalan lingkungan hidup.
NAOMY A. NUGRAHENI