TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti dari Indonesia dan Jerman berhasil mengidentifikasi 28 jenis baru kumbang moncong dari Pulau Sulawesi. Serangga mungil, tak bisa terbang, ini berasal dari genus Trigonopterus, dan melengkapi 103 jenis yang telah diidentifikasi sebelumnya oleh tim peneliti yang sama pada 2019.
Ditemukan sebagian besar di Gunung Dako dan Gunung Pompangeo, Sulawesi Tengah, ke-28 jenis baru kumbang moncong telah dipublikasi dalam Zookeys pada Oktober lalu. Tim penelitinya adalah Raden Pramesa Narakusumo dari Museum Zoologicum Bogoriense (MZB)-Pusat Riset Biologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Alexander Riedel dari Natural History Museum Karlsruhe, Jerman.
“Kami melakukan analisis fragmen DNA mitokondria 'barcode', COX I, kemudian komparasi morfologi terutama dengan cara diseksi genitalia dan juga makrofotografi beresolusi tinggi sebelum menarik kesimpulan delineasi atas jenis-jenis baru tersebut,” kata Pramesa dalam keterangan tertulis yang dibagikan BRIN, Jumat 5 November 2021.
Dia menerangkan, kumbang moncong Trigonopterus tinggal di lokasi-lokasi terisolir di hutan pegunungan dan telah berevolusi secara cepat selama jutaan tahun. Pramesa juga meyakini tingkat endemisitas dan biodiversitas serangga jenis ini sangat tinggi. Apa yang sudah diidentifikasi dan dipublikasi, menurut dia, hanya sebagian dari keseluruhan jenis Trigonopterus di Pulau Sulawesi.
Beberapa penamaan unik diberikan kepada 28 jenis terbaru yang berhasil diidentifikasi tersebut. Satu diantaranya diberi nama Trigonopterus gundala yang terilhami dari warna tubuh kumbang yang mirip dengan tokoh superhero Indonesia ‘Gundala Putra Petir’. Ada pula yang dinamakan Trigonotperus unyil karena memiliki tubuh yang sangat kecil dibandingkan jenis lainnya.
Selain itu, ada juga kumbang yang diberi nama Trigonopterus moduai, terilhami dari nama tarian khas Toli-toli. Trigonopterus ewok yang namanya diambil dari tokoh fiksi film Star Wars. Trigonopterus corona sesuai waktu ditemukannya yaitu saat pandemi Covid-19 melanda negeri.
Foto 28 kumbang moncong jenis baru yang ditemukan di Sulawesi
Pramesa menerangkan, penamaan unik memungkinkan menurut International Code of Zoological Nomenclature. “Oleh karena itu, selain menggunakan penamaan jenis dari karakter ataupun nama lokasi, dapat juga menggunakan nama-nama unik seperti nama dari tokoh fiksi, tarian daerah ataupun nama tokoh,” katanya.
Kepala Pusat Riset Biologi BRIN, Anang Setiawan Achmadi, menilai penemuan lebih banyak jenis kumbang moncong sangat penting sebagai langkah untuk terus mendapatkan informasi dan inventarisasi jenis fauna, khususnya serangga di Indonesia. “Sebagian besar biodiversitas kita masih belum ada yang meneliti, selain studi taksonomi dan sistematika adalah fondasi awal bagi studi lanjutan seperti konservasi hingga bioprospeksi,” ujar Anang.
Baca juga:
Video Merekam Kemampuan Serangga Kumbang Ini Berjalan Menempel di Balik Permukaan Air
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.