TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Indonesia saat ini tengah memantau Covid-19 varian AY.4.2 yang sudah ditemukan di negara tetangga, Malaysia. Hal itu disampaikan oleh Koordinator Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa-Bali, Luhut Binsar Pandjaitan, dalam acara konferensi pers virtual, Senin, 8 November 2021.
Menurut Luhut, AY.4.2 merupakan varian yang harus diwaspadai, sehingga berbagai kebijakan perlu dilakukan. “Orang yang datang dari luar negeri, nanti bisa dikarantina naik jadi tujuh hari, ini juga tidak tertutup kemungkinannya. Jadi jangan dikatakan bolak-balik. Kita sangat hati-hati di sini," ujar dia.
Untuk mengenal varian tersebut, Guru Besar di Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Tjandra Yoga Aditama, menjelaskan AY.4.2 adalah ‘turunan’ dari varian Delta atau B.1.671.2. Turunan dari varian Delta itu ada sekitar 75 jenis yang tergolong sebagai AY, dan di antaranya yang paling banyak dibahas adalah AY.4.
Data di Inggris, kata Tjandra, menunjukkan bahwa AY.4 sudah mendominasi di negara itu, sekitar 63 persen dari kasus baru dalam sebulan terakhir. Sementara, AY.4.2 juga terus meningkat angkanya di Inggris, pada data 4-11 Oktober ada 8,5 persen kasus barunya, lalu naik menjadi 10,3 persen pada 11-18 Oktober, bahkan naik lagi menjadi 11,3 persen pada data mingguan 18-25 Oktober 2021.
Data dari GISAID yang mengkompilasi genom berbagai jenis virus Delta menunjukkan sudah ada 26.000 genom AY.4.2 yang dilaporkan. “Varian ini sudah dilaporkan dari 42 negara dan disebutkan mengandung mutasi A222V dan juga Y145H,” ujar Tjandra melalui pesan WhatsApp, Selasa, 9 November 2021.
Menurut Tjandra yang juga Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara periode 2018-2020 itu, jika ada varian baru virus SARS-CoV-2, maka ada lima kemungkinan dampaknya, yaitu pada penularan, beratnya penyakit, kemungkinan infeksi ulang, dampak diagnosis dan pada vaksin. “Untuk varian AY.4.2 ini memang data-datanya masih sangat awal dan bukti ilmiahnya masih terus dikumpulkan.”
Dari lima kemungkinan dampak tersebut, maka baru ada informasi tentang penularan, yaitu bahwa AY.4.2 tampaknya sekitar 10-15 persen lebih menular. Data dari Inggris menunjukkan penularan lanjutan (secondary attack rate) varian Delta di rumah tangga yang diteliti adalah 11 persen, sementara angkanya pada AY.4.2 meningkat menjadi 12,4 persen.
Selain itu, Tjandra melanjutkan, ada juga yang menyebut AY.4.2 sebagai Delta Plus. Menurutnya, hal itu bukan istilah baku, dan boleh saja digunakan karena memang merupakan turunan dari varian Delta. Hanya saja, yang perlu diingat adalah sebelum AY.4.2 sudah ada Delta Plus ‘yang lain’.
“Pada sekitar Mei dan Juni 2021 India menghadapi varian K417N yang juga merupakan turunan dari varian Delta, dan mereka sebut sebagai Delta Plus ketika itu,” tutur Tjandra yang saat ini menjabat sebagai Direktur Pascasarjana Universitas YARSI, Jakarta.
Baca:
Malaysia Catat 2 Kasus Pertama Covid-19 Varian Delta AY.4.2 dari Inggris
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.