TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti klimatologi dari Pusat Riset Sains dan Teknologi Atmosfer di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin menduga ada pengaruh sepasang pusaran angin berskala luas terhadap peristiwa yang mendahului banjir bandang di Kota Batu, Jawa Timur, pada Kamis 4 November 2021. Vorteks yang besar dan utama ada di Samudera Hindia dekat barat daya Jawa dan Laut Jawa.
Kedua vorteks itu selanjutnya mengubah sirkulasi angin permukaan sehingga terjadi wilayah pembelokan angin dari utara Laut Jawa menuju Jawa Timur. “Kondisi ini, didukung dengan pembentukan dan pertumbuhan awan yang cepat, telah memicu hujan dalam durasi singkat,” kata Erma lewat keterangan tertulis, Selasa, 9 November 2021.
Data pengamatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjukkan pada kurun pukul 11.00-14.00 WIB intensitas curah hujan di Kota Batu mencapai 70 milimeter. Masalahnya, Erma mengatakan, tidak diketahui kapan atau jam berapa curah hujan dalam rentang waktu itu mulai mengalami kenaikan secara drastis atau dalam model prediksi cuaca disebut dengan istilah Rapid Rainfall Onset (RRO).
“RRO merupakan kunci pengetahuan yang harus dimiliki oleh ilmuwan agar dapat melakukan prediksi akurat hujan yang dapat memicu banjir bandang,” katanya.
Menurut hasil penelitian terbaru tim peneliti dari Pusat Riset Sains dan Teknologi Atmosfer dan BMKG terkait banjir bandang di Luwu, Sulawesi Selatan, 13 Juli 2020, mekanisme yang membentuk RRO itu harus diketahui lebih dulu untuk memodifikasi model prediksi cuaca. Pada kasus Luwu, pengaruh datang dari dua badai kembar skala meso yang terbentuk di atas Sulawesi pada 13-14 Juli.
Erma menuturkan, banjir bandang Luwu dipicu oleh peningkatan hujan yang terjadi secara drastis menjadi tiga kali lipat dari curah hujan sebelumnya. "Dalam durasi waktu sekitar enam jam, curah hujannya naik dari 33 menjadi 93 milimeter," kata dia.
Pada kasus banjir bandang Kota Batu, kata Erma, hipotesis tentang pembentukan dua vorteks merupakan pengetahuan awal mengenai mekanisme gangguan skala meso yang terjadi di sekitar Jawa. Gangguan-gangguan semacam itu yang bersifat sangat singkat, dari skala jam hingga harian, hanya dapat ditangkap jika model prediksi cuaca memiliki resolusi tinggi dalam skala ruang satu kilometer dan waktu setiap jam.
Baca juga:
Banjir Bandang Didahului Hujan Sangat Lebat, Ini Kata BMKG
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.