TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah alat isap yang ditempatkan di permukaan kulit, mirip pengobatan alternatif bekam, sedang diteliti sebagai metode baru pemberian vaksin Covid-19. Alat isap sedang diujikan pada manusia dari sebuah vaksin eksperimental berbasis DNA melawan SARS-CoV-2. Uji praklinis pada tikus telah mendapati vaksinasi menggunakan pendekatan ala bekam ini mampu memperkuat respons imun tubuh.
Teknik ini menggunakan cangkir yang dipanaskan kemudian ditelungkupkan di atas permukaan kulit. Ini biasanya akan membuat kulit memerah pertanda pembuluh darah yang melebar. Lalu, kondisi semi vakum tercipta seiring suhu udara dalam cangkir menurun dan menarik kulit.
Teknik memuaikan dan menegangkan pembuluh darah seperti ini berkembang dari pengobatan tradisional di Cina. Tujuannya—meski belum ada cukup bukti kalau teknik itu benar bisa bekerja--telah digunakan dalam beberapa jenis pengobatan atau terapi mengurangi rasa sakit dan peradangan. Bahkan juga menyerap ke luar racun dalam darah.
Untuk tujuan vaksinasi, mengisap atau menyedot kulit bertujuan membuat sel-sel dermis menyerap lebih banyak partikel vaksin. Alat yang digunakan dalam uji vaksin Covid-19 dibuat perusahaan bioteknologi dari Korea Selatan, GeneOne Life Science. Vaksinnya dibuat berbasis butiran-butiran DNA yang disebut plasmid dan mengkodekan protein paku dari SARS-CoV-2.
Pertama, vaksin disuntikkan ke lengan seperti umum dilakukan dalam vaksinasi. Kemudian, alat bekam yang memiliki lubang pipa berdiameter enam milimeter, digunakan di lokasi bekas suntikan selama 30 detik. “Tidak sakit dan tidak meninggalkan bekas,” kata Hao Lin dari Rutgers University di New Jersey, Amerika Serikat.
Lin mengaku telah mencoba alat dan teknik vaksinasi itu sendiri. Sebelumnya, pada 5 November 2021, Lin dkk mempublikasikan hasil eksperimennya pada tikus. Hasil uji praklinis itu menyebutkan penggunaan alat isap itu menambah banyak jumlah antibodi yang diproduksi hewan itu sampai 100 kali lipat.
Tim penelitinya menerangkan bahwa peningkatan itu mungkin terjadi karena mekanisme menegangkan-melenturkan kulit mendorong membran sel untuk tertarik ke arah dalam, “Menyerap partikel-partikel yang sebelumnya berada di luar sel,” kata Lin.
Teknik ini dinilai dapat menolong mendorong aplikasi yang lebih luas dari vaksin DNA dan terapi gen berbasis DNA. Namun harapan sebenarnya, diungkapkan anggota tim peneliti yang lain, Jonathan Singer, juga dari Rutgers University, "Adalah bahwa (metode vaksinasi) sangat murah dan mudah dilakukan sehingga bisa direalisasikan di dunia negara berkembang.”
NEW SCIENTIST, SCIENCE
Baca juga:
3 Hasil Manis dari Uji Kandidat Vaksin Covid-19 dari Antibodi Ayam
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.