TEMPO.CO, Jakarta - Fenomena hujan es sudah sering terjadi di Indonesia. Selain hujan es, Indonesia juga sering dilanda dengan hujan lebat yang disertai angin kencang. Fenomena ini banyak terjadi pada masa transisi atau pancaroba baik dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya.
Dilansir dari laman bmkg.go.id, satu hari sebelum terjadi hujan lebat dan hujan es, udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah. Udara yang panas dan gerah ini disebabkan adanya radiasi matahari yang cukup kuat disertai dengan kelembaban yang cukup tinggi ditunjukkan.
Mulai pukul 10.00 pagi, biasanya akan terlihat awan cumulus yang mulai tumbuh. Awan ini kemudian akan cepat berubah warna menjadi abu-abu atau hitam yang dikenal dengan awan Cb (Cumulonimbus). Pepohonan di sekitar juga akan bergoyang dengan cepat disertai dengan hembusan udara dingin di sekitar tempat kita.
Biasanya, hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras secara tiba-tiba. Apabila hujan pertama yang turun sekadar gerimis, ada kejadian angin kencang yang lokasinya jauh dari tempat kita.
Apabila dalam 1-3 hari berturut-turut tidak ada hujan pada musim transisi/pancaroba/penghujan, ada potensi hujan lebat yang akan turun dengan diikuti angin kencang, baik yang masuk dalam kategori puting beliung maupun yang tidak.
NAUFAL RIDHWAN ALY
Baca juga: Mengapa Hujan Es Bisa Terjadi di Indonesia? Begini Penjelasannya