TEMPO.CO, Yogyakarta - Dinas Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta belum bisa memastikan rencana pembelajaran tatap muka (PTM) penuh untuk sekolah pada Januari 2022.
“Kami masih melihat positivity rate kasus-kasus di sekolah saat ini untuk memutuskan PTM secara penuh, saat ini masih terbatas dari semua jenjang,” kata Kepala Dinas Pendidikan Yogyakarta, Didik Wardaya, Kamis, 25 November.
Sepanjang November ini temuan kasus di sekolah terus terjadi. Misalnya di Kabupaten Kulon Progo dari tes acak yang digencarkan 10-17 November 2021 dan menyasar 2.221 siswa ditemukan 94 siswa dari 54 sekolah berbagai jenjang yang positif.
Begitu pun di Kabupaten Bantul, dari tes acak yang berlangsung pada 16-22 November 2021, juga ditemukan 46 siswa dan guru positif Covid-19. Sedangkan di Kabupaten Sleman, Gunungkidul dan Kota Yogyakarta saat ini juga menggencarkan tes acak di sekolah.
Didik mengatakan saat ini tes acak digencarkan di semua jenjang sekolah Yogyakarta. “Dari 10 persen sekolah yang dites acak, ada satu sekolah yang positivity rate-nya di atas 5 persen, tapi kebanyakan di bawah 5 persen temuan kasusnya,” kata Didik.
Didik menuturkan dari 10 persen sekolah yang dites acak itu, tak sampai 50 persennya ditemukan kasus. Ia memperkirakan hanya 30 persennya. “Jadi masih kategori aman menurut kami,” kata dia.
Didik menuturkan, positivity rate kasus di sekolah ini yang akan terus dipantau. “Kalau membahayakan dan rekomendasi gugus tugas tetap PTM terbatas atau off, ya kami manut (patuh),” kata Didik.
Didik menambahkan, saat ini di seluruh kabupaten/kota Yogyakarta rata-rata sudah mengizinkan sekolah menggelar PTM secara terbatas atau hanya 50 persen dari jumlah siswa di tiap sekolah. “Tak hanya SMA dan SMP yang sudah menggelar PTM, untuk SD rata-rata sepertiganya juga sudah PTM,” kata Didik.
Soal pelaksanaan kurikulum yang disederhanakan di sejumlah sekolah yang dipilih sebagai percontohan, Didik menuturkan kewenangannya sepenuhnya diatur sekolah.
“Soal penyederhanaan kurikulum kami tidak menyeragamkan di semua sekolah, tapi sekolah kami beri kewenangan, agar guru bisa mengatur penyederhanaan itu sesuai kondisi di sekolah masing,” kata dia.
Sekretaris Yogyakarta Kadarmanta Baskara Aji mengatakan penularan di sekolah-sekolah Yogyakarta bukanlah klaster. Sebab penularan itu berasal dari luar dan menulari peserta didik. “Ada yang tertular dari adiknya, lalu siswa itu menulari teman sekolahnya,” kata dia.
Tingginya penularan di sekolah Yogya, kata Aji, juga dipengaruhi faktor jenis sekolah yang kebanyakan sekolah umum. “Bukan sekolah boarding yang lebih mudah dilacak,” kata dia.
Baca:
Covid-19 di Sekolah Meluas, Yogya Batasi Durasi PTM Terbatas 2,5 Jam
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.