TEMPO.CO, Jakarta - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, menyatakan masih mempelajari penyebab awan panas guguran dari erupsi Gunung Semeru pada Sabtu sore, 4 Desember 2021, berdampak sangat luas. Erupsi Semeru yang lebih besar daripada itu sebenarnya tercatat pernah terjadi 1 Desember 2020 lalu, tapi dampaknya tidak sebesar Sabtu lalu.
“Kalau kita lihat erupsi Semeru pada 1 Desember 2020, awan panas guguran saat itu mencapai 11 kilometer dari puncak. Yang terjadi kemarin masih pada jarak sekitar 4 kilometer," kata Kepala PVMBG, Andiani, Minggu 5 Desember 2021.
Pada erupsi Sabtu lalu, Andiani menuturkan, peralatan seismograf merekam getaran yang disusul munculnya awan panas guguran pada pukul 14.50 WIB. Awan panas guguran teramati sejauh 4 kilometer dari puncak, atau 2 kilometer dari ujung aliran lava ke arah tenggara.
Belum juga sebaran dan jarak luncurnya itu bisa dipastikan, awan panas guguran terulang lagi pada Minggu, 5 Desember 2021. "Pagi tadi jam 5 dan jam 10 tapi dengan jarak luncur tidak sejauh seperti kemarin,” kata dia.
Andiani langsung mengirim tim untuk verifikasi di lapangan. Mereka sekaligus memeriksa lokasi ditemukannya korban jiwa akibat erupsi dan awan panas yang terjadi Sabtu, menyesuaikannya dengan peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) letusan Gunung Semeru yang sudah dimiliki.
"Teman-teman masih sulit mencapai lokasi," kata Andiani mengabarkan. Per Minggu malam, jumlah korban jiwa akibat awan panas Semeru berjumlah 14 orang dan puluhan lainnya luka-luka.
Warga menyelamatkan diri saat Gunung Semeru meletus di Desa Sumberwuluh, Candipuro, Lumajang, Jawa Timur, Sabtu 4 Desember 2021. Gunung Semeru meletus dan mengeluarkan awan panas yang mengakibatkan hujan abu di Kabupaten Lumajang dan Malang. ANTARA FOTO/Hermawan
Peringatan dini awan panas guguran Gunung Semeru, menurut Andiani, sudah disampaikan mulai 1 dan 2 Desember lalu. Awan panas pada 1 Desember teramati memiliki jarak luncur 1700 meter dari puncak, atau 700 meter dari aliran lava dengan arah luncuran menuju tenggara.
Kendati saat itu tidak bisa teramati secara visual karena puncak tertutup kabut, tapi peningkatan aktivitas berupa awan panas guguran telah dapat dipastikan. Laporannya, kata Andiani, sudah dibuat pula ditujukan ke pemerintah daerah setempat.
Foto udara guguran awan panas Gunung Semeru terlihat dari Desa Sumber Wuluh, Lumajang, Jawa Timur, Ahad, 5 Desember 2021. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat bahwa pada hari ini sedikitnya terjadi dua kali guguran awan panas. ANTARA/Zabur Karuru
Andiani mengatakan, saat ini status aktivitas gunung api di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, itu masih dipertahankan dalam status Level 2 atau Waspada. Pertimbangannya, aktivitas kegempaan yang dominan berupa gempa dangkal.
“Dari kegempaan tidak menunjukkan adanya gempa-gempa tektonik dalam yang menunjukkan pergerakan magma ke permukaan," katanya sambil menjelaskan gempa-gempa yang sifatnya permukaan seperti gempa awan panas guguran, embusan, dan gempa-gempa letusan.
Andiani mengatakan, terjadi letusan Gunung Semeru dengan ketinggalan kolom abu vulkanik tidak lebih dari 500 meter.
Baca juga:
Peneliti: Abu Vulkanik Semeru Bisa Percepat Awan Badai Tumbuh
KOREKSI:
Artikel ini telah diubah pada Senin 6 Desember 2021, Pukul 20.20 WIB, untuk memperbaiki kesalahan penulisan nama Kepala PVMBG Andiani. Terima kasih.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.