TEMPO.CO, Jakarta - Pelacak asteroid dari Lembaga Antariksa dan Penerbangan Amerika Serikat (NASA) melaporkan sebuah asteroid berdiameter 120-260 meter akan menuju orbit Bumi pada 29 Desember. Sebagai pembanding, pada perkiraan ukuran maksimumnya, itu akan mendekati dua kali ukuran Piramida Agung Giza di Mesir dan sekitar 1,15 kali tinggi Golden Gate Bridge, San Francisco.
Menurut NASA, setiap asteroid dengan diameter 140 meter atau lebih besar dapat memiliki potensi dampak bencana jika menabrak Bumi. “Namun, Asteroid yang dikenal 2017 AE3 itu tidak mungkin untuk menyerang planet ini,” ujar NASA, 5 Desember 2021.
Menurut penelitian Davidson Institute of Science, cabang pendidikan Weizmann Institute of Science Israel, sebuah asteroid berukuran lebih dari 140 meter akan melepaskan sejumlah energi setidaknya seribu kali lebih besar daripada energi yang dilepaskan oleh bom atom pertama jika Bumi yang terkena dampak. Sesuatu yang lebih besar—lebih dari 300 meter lebarnya seperti asteroid Apophis—dapat menghancurkan seluruh benua.
Asteroid berukuran lebih dari satu kilometer dapat memicu bencana alam di seluruh dunia. Terakhir kali asteroid yang menghantam planet ini adalah pada 2013 di Rusia ketika asteroid setinggi 17 meter meledak di atmosfer.
Tabrakan terakhir dari asteroid sebesar ini terjadi pada tahun 1908 di atas Sungai Tunguska Podkamennaya di Rusia, yang sekarang dikenal sebagai peristiwa Tunguska. Ketika asteroid itu meledak di udara beberapa kilometer di atas daerah itu, ia menghasilkan ledakan besar 12 megaton, menyebabkan kehancuran yang meluas hingga ribuan kilometer.
Itu akan membuatnya sekitar 800 kali lebih kuat daripada ‘Little Boy’, bom atom sekitar 15 kiloton yang diledakkan selama Perang Dunia II di Hiroshima, dan 600 kali lebih banyak dari ‘Fat Man’, bom 20 kiloton yang diledakkan di Nagasaki, Jepang.
Namun, jumlah korban tewas dari peristiwa Tunguska sangat rendah, ada sekitar tiga orang yang diperkirakan tewas di dalamnya, karena betapa terpencil dan jarangnya penduduk di wilayah tersebut. Namun, kerusakan masih terlihat, dengan sekitar 80 juta pohon rata dengan tanah.
Getaran dan gelombang udara terasa sampai ke Washington, Amerika, bahkan Indonesia. Beberapa saksi mata yang ada menceritakan ledakan mengerikan, angin kencang, getaran dan suara yang sangat keras.
JERUSALEM POST | NASA
Baca:
Puncak Hujan Meteor Geminid Pekan Depan, Ini Waktunya
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.