Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Setelah Jawa-Bali-Sunda, PANDI Akan Daftarkan Aksara Lampung dan Pegon ke BSN

Reporter

Editor

Erwin Prima

image-gnews
PANDI akan mendaftarkan aksara Pegon ke ICANN. Kredit: PANDI
PANDI akan mendaftarkan aksara Pegon ke ICANN. Kredit: PANDI
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Setelah sukses mengusung aksara Sunda, Jawa, dan Bali mendapatkan Standar Nasional Indonesia (SNI), Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) berencana mengusung aksara Lampung dan Pegon ke Badan Standardisasi Nasional (BSN). Kedua aksara tersebut dianggap paling potensial dalam penetapan SNI melalui amandemen.

Wakil Ketua Bidang Pengembangan Usaha, Kerjasama dan Pemasaran PANDI, Heru Nugroho, mengatakan bahwa nantinya BSN akan membuat amendemen yang akan disepakati bersama dalam pengajuan aksara Lampung dan Pegon.  "Nantinya akan digelar kegiatan sekelas kongres bagi kedua aksara tersebut dalam rangka menyepakati pembakuan," kata Heru, dalam keterangannya, Jumat, 10 Desember 2021.

Menurut Heru, ada sejumlah aksara Nusantara yang masih diupayakan agar bisa ditransformasikan ke ranah digital sesuai hasil kesepakatan dengan para pegiat aksara Nusantara, yaitu Jawa, Sunda, Bali, Pegon, Lampung, Lontaraq, Serang, Batak, Rejang, Kawi, Incung, Lota, Bima, Arab Melayu, Jontal, Buda, dan Palawa.

"Tiga di antaranya, yakni Jawa, Sunda dan Bali, sudah memperoleh SNI untuk kemudian bisa dibangkitkan kembali pemanfaatannya di masa mendatang. Meskipun beberapa aksara seperti Lontaraq dan Batak sudah tercantum dalam daftar konsorsium Unicode, tetapi masih perlu langkah kesepakatan pembakuan secara nasional, agar punya peluang untuk tahapan digitalisasi," tambah Heru.

Di sisi lain, Dadan Sutisna, Sekretaris Yayasan Budaya Nusantara Digital, yang sejauh ini ikut mengamati perkembangan digitalisasi aksara Nusantara mengatakan  jika tidak segera beradaptasi dengan teknologi digital, beberapa aksara Nusantara berada di ambang kepunahan. Aksara tersebut pernah hadir di masa lalu, akan tetapi tidak lagi digunakan oleh masyarakat digital dan hanya menjadi artefak.

“Ada beberapa kekeliruan di masyarakat tentang digitalisasi aksara itu sendiri. Misalnya, dengan dapat digunakan untuk mengetik di perangkat lunak pemroses kata, aksara tersebut dinyatakan sudah memenuhi digitalisasi. Padahal esensi digitalisasi bukan itu, melainkan ada standarnya sehingga dapat diterapkan di semua platform, termasuk bahasa pemrograman,” ungkap Dadan.

Menurut Dadan, hal pertama yang perlu dilakukan menuju digitalisasi aksara adalah mempersempit kontroversi di antara pemilik aksara tersebut. Jika dalam satu aksara terdapat beberapa varian, maka harus dibakukan, salah satunya melalui hasil musyawarah di antara komunitas. Kesepakatan bentuk aksara merupakan modal penting untuk mencapai tahap awal digitalisasi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Saat ini ada 17 aksara Nusantara yang berpotensi untuk didigitalisasikan. Beberapa di antaranya sudah memenuhi standar Unicode, misalnya aksara Batak, Lontaraq dan Rejang. Namun masih memerlukan langkah berikut, yakni tahapan pembakuan pada papan ketik, transliterasi, selain tentunya bentuk fon aksara tersebut pada media digital," tambah Dadan.

Bagi yang belum masuk dalam daftar di UNICODE, dituntut keseriusan dan kesepakatan dari berbagai pihak, terutama komunitas pegiat aksara, untuk segera didaftarkan. Aksara-aksara tersebut, antara lain Pegon, Lampung, Serang, Kawi, Incung, Lota, Bima, Arab Melayu, Jontal, Buda, dan Palawa.

“Bagi aksara yang berpotensi untuk didigitalitasikan, pendaftaran ke Unicode mesti menjadi prioritas. Unicode merupakan gerbang menuju digitalisasi, karena lama-kelamaan bukti-bukti keberadaan aksara tersebut dapat hilang,” kata Dadan.

Menurutnya, hal lain yang cukup prinsip adalah persoalan adaptasi aksara. Secara umum, aksara Nusantara awalnya hanya digunakan untuk menuliskan bahasa setempat. Oleh karena itu, aksara Nusantara memiliki variasi huruf yang berbeda-beda. Namun, saat ini dunia digital sudah lintas bahasa. Hal ini akan menjadi kendala jika aksara dengan keterbatasan jumlah karakter tidak beradaptasi dengan kebutuhan dunia digital. “Oleh karena itu, berkaitan dengan pengembangan aksara Nusantara, sebenarnya kita hanya punya dua pilihan, mau beradaptasi atau mati dengan sendirinya,” pungkas Dadan.

Baca:
Kongres Aksara Pegon Masuk Kegiatan Resmi Muktamar Ke-34 NU

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kemenkop UKM Bakal Susun Standarisasi Penggunaan Knalpot Motor

4 hari lalu

Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM Hanung Harimba Rachman di Kantor Kementerian Koperasi dan UKM, Sabtu, 26 Desember 2020. Sumber: Istimewa
Kemenkop UKM Bakal Susun Standarisasi Penggunaan Knalpot Motor

Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) akan segera menyusun standarisasi penggunaan knalpot aftermarket di Indonesia.


Hampir Sejuta Pelanggan, Pemakaian Domain .id Masih yang Tertinggi di Asia Tenggara 2023

57 hari lalu

Jumlah pengguna domain .id tertinggi di ASEAN. Kredit: PANDI
Hampir Sejuta Pelanggan, Pemakaian Domain .id Masih yang Tertinggi di Asia Tenggara 2023

Pengelola Nama Domain Internet Indonesia atau PANDI mencatat penggunaan nama domain '.id' masih yang tertinggi di Asia Tenggara per 31 Desember 2023


Tunjangan Kinerja ASN Naik di 3 Lembaga, Ini Besarannnya

28 Januari 2024

Ilustrasi pegawai negeri sipil (PNS). TEMPO/Subekti
Tunjangan Kinerja ASN Naik di 3 Lembaga, Ini Besarannnya

Presiden Jokowi telah menaikkan tunjangan kinerja bagi ASN di tahun 2024


Belajar ala di Pesantren Pakai Aplikasi Pegon Keyboard Virtual dan Rumah Kitab

9 Januari 2024

Aplikasi aksara Pegon yang diluncurkan Kemenag. Dok. Kemenag
Belajar ala di Pesantren Pakai Aplikasi Pegon Keyboard Virtual dan Rumah Kitab

Menurut Menteri Agama, aksara pegon dan kitab kuning merupakan dua hal yang identik dengan pembelajaran di pondok pesantren.


Kemenag Rilis Dua Aplikasi Digitalisasi Kekhasan Pesantren, Pegon Virtual Keyboard dan Rumah Kitab

8 Januari 2024

Aplikasi aksara Pegon yang diluncurkan Kemenag. Dok. Kemenag
Kemenag Rilis Dua Aplikasi Digitalisasi Kekhasan Pesantren, Pegon Virtual Keyboard dan Rumah Kitab

Dua aplikasi yang dikembangkan tersebut merupakan bagian dari transformasi digital di Kemenag.


Kemenag Luncurkan Pegon Virtual Keyboard pada Januari 2024, Ini Manfaatnya

24 Desember 2023

Kitab Babad Cirebon yang ditulis dengan huruf Arab pegon dipamerkan di Museum Sri Baduga, Bandung, Jawa Barat, 4 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Kemenag Luncurkan Pegon Virtual Keyboard pada Januari 2024, Ini Manfaatnya

Inovasi ini akan diluncurkan Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama (Kemenag) pada 6 Januari 2024.


Dukung 30 Juta UMKM Go Digital, PANDI Beri Harga Spesial Akhir Tahun untuk Domain .id

22 Desember 2023

Ilustrasi domain .id (PANDI)
Dukung 30 Juta UMKM Go Digital, PANDI Beri Harga Spesial Akhir Tahun untuk Domain .id

PANDI memberikan harga spesial untuk Domain .id di akhir tahun ini yang dapat dibeli melalui Registrar PANDI pada link pandi.id/partner-registrar.


5 Merek Rice Cooker yang Akan Dibagikan Kementerian ESDM, Apa Saja?

12 Desember 2023

Ilustrasi Jejeran Rice Cooker. shutterstock.com
5 Merek Rice Cooker yang Akan Dibagikan Kementerian ESDM, Apa Saja?

Kementerian ESDM mengatakan, ada lima merek rice cooker yang dibagikan dalam program hibah alat memasak listrik. Merek apa saja?


Sagu Disebut Bisa Jadi Bahan Pembalut dan Popok Ramah Lingkungan

12 November 2023

Ilustrasi pembalut. Freepik.com
Sagu Disebut Bisa Jadi Bahan Pembalut dan Popok Ramah Lingkungan

Sampah pembalut dan popok dikenal kerap menjadi masalah. Sagu disebut-sebut bisa membuat dua benda itu ramah lingkungan


Produk Impor Ilegal di Cikarang Dimusnahkan, Nilainya Tembus Rp 50 Miliar

26 Oktober 2023

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dalam konferensi pers pemusnahan produk-produk impor ilegal di Tempat Penimbunan Pabean (TPP) Bea dan Cukai Cikarang, Cikarang Utara, Bekasi. TEMPO/Riani Sanusi Putri
Produk Impor Ilegal di Cikarang Dimusnahkan, Nilainya Tembus Rp 50 Miliar

Pemerintah kembali melakukan pemusnahan produk-produk impor ilegal di Tempat Penimbunan Pabean (TPP) Bea dan Cukai Cikarang, Cikarang Utara, Bekasi.