TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah temuan kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia telah bertambah. Di negara lain, varian ini telah memicu ledakan kasus baru dan di negara yang lain lagi lockdown total siap diberlakukan kembali.
Pernyataan terkini dari WHO, diberikan Sabtu 18 Desember 2021, menyatakan penyebaran kasus baru Covid-19 yang disebabkan infeksi varian baru ini terus berlipat ganda setiap 1,5-3,0 hari. Hasil awal dari sebuah studi menyebut peluang seseorang bisa terinfeksi varian Omicron bahkan lima kali lebih tinggi daripada varian Delta yang selama ini dikenal paling agresif.
“Covid-19 varian Omicron sedang menyebar dengan kecepatan yang belum pernah kita saksikan pada varian-varian sebelumnya, dan diperparah dengan sebagian kalangan yang menyepelekan dengan menganggap infeksinya ringan saja,” kata Tedros Adhanom Ghebreyesus dari WHO.
Begitulah SARS-CoV-2 varian Omicron sedang mencekam dunia di akhir tahun ini. Berikut 9 pertanyaan dan jawabannya yang bisa menerangkan tentang kemunculan varian Omicron beserta dugaan-dugaan asal mutasi genetiknya yang membuatnya menakutkan, dikutip dari NEW SCIENTIST.
1. Bagaimana varian Omicron ditemukan?
Para peneliti di Afrika Selatan awalnya mengamati sedikit lonjakan kasus di Provinsi Gauteng dan memutuskan melakukan pengurutan gen pada lebih banyak sampel. Mereka kemudian menemukan sebuah varian baru dengan sejumlah besar mutasi yang membuat khawatir, lalu membunyikan alarm kepada dunia pada 25 November lalu. Para ahli di lokasi lain langsung bisa mengidentifikasi varian itu dari data sekuensing gen yang diunggah ke basisdata yang terbuka bagi publik.
2. Apa yang membuatnya berbeda dari varian lain?
Varian Omicron memiliki sekitar 50 mutasi jika dibandingkan urutan genetik virusnya yang orisinal di Wuhan, Cina. Sebanyak 30 mutasi di antaranya terjadi pada protein paku si virus—bagian yang sangat vital untuk virus itu untuk bisa menginfeksi sel manusia. Mutasi-mutasi itu menjadi penting karena protein paku itulah yang ditarget antibodi. Kalau susunan genetik protein itu berubah drastis tentu akan mengurangi efektivitas antibodi yang sudah dihasilkan dari vaksinasi maupun dari infeksi varian sebelumnya.
3. Lalu bagaimana varian ini bisa mendapatkan begitu banyak mutasi gen?
Ada dua dugaan terbesarnya. Pertama, mutasi-mutasi itu berkembang dalam tubuh seseorang yang sistem imunnya sedang melemah. Normalnya, seluruh virus terbunuh ketika respons imun tubuh kita beraksi secara penuh. Beda bila kekebalan seseorang melemah, beberapa virus bisa tetap bereplikasi dan dalam beberapa bulan berkembang menjadi virus dengan kemampuan yang lebih baik dalam mengidentifikasi sistem imun tubuh dan antibodinya itu.
4. Apakah ada buktinya kalau itu yang terjadi?