TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengawas Obat dan Makanan, Amerika Serikat atau FDA telah mengeluarkan izin penggunaan darurat (EUA) untuk obat Covid-19 paxlovid dan juga molnupiravir. Kedua obat antivirus ditujukan untuk pengobatan pasien gejala ringan hingga sedang saat kasus baru Covid-19 di negara itu sudah dikuasai varian Omicron.
Paxlovid dibuat Pfizer dengan cara mengemas kombinasi tablet nirmatrelvir dan ritonavir. FDA merekomendasikan penggunaan obat ini untuk pasien berusia lebih dari 12 tahun dan berat badan di atas 40 kilogram. Diharapkan mampu menekan gejala yang parah, termasuk kebutuhan rawat inap di rumah sakit.
“Kami memperkenalkan pengobatan pertama untuk Covid-19 dalam bentuk pil yang bisa diminum secara oral. Ini menjadi langkah maju dalam memerangi pandemi global,” ujar Direktur untuk Riset dan Evaluasi Obat di FDA, Patrizia Cavazzoni, di website resminya, Rabu, 22 Desember.
Menurut FDA, paxlovid bisa menghambat protein SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19, dan menghentikan replikasi virus. Paxlovid diberikan sebanyak tiga tablet (dua tablet nirmatrelvir dan satu tablet ritonavir) diminum bersamaan dua kali sehari selama lima hari, dengan total 30 tablet (tidak diizinkan digunakan lebih dari lima hari berturut-turut).
Sedangkan EUA untuk molnupiravir menyusul keesokan harinya, Kamis, 23 Desember. Namun, obat ini hanya diperbolehkan digunakan untuk orang dewasa dengan hasil tes positif Covid-19, yang berisiko tinggi, termasuk pasien rawat inap. Obat ini tidak diizinkan untuk pasien berusia kurang dari 18 tahun karena dianggap mempengaruhi pertumbuhan tulang dan tulang rawan.
Cavazzoni menjelaskan, molnupiravir menjadi opsi pengobatan tambahan untuk pasien Covid-19 berupa pil yang bisa diminum secara oral. Namun, kata dia, obat itu digunakan terbatas pada situasi di mana pengobatan lain yang disetujui FDA untuk Covid-19 tidak dapat diakses atau tidak sesuai secara klinis.
“Dan akan menjadi pilihan pengobatan yang berguna untuk beberapa pasien dengan Covid-19 yang berisiko tinggi dirawat di rumah sakit,” ujar dia dalam website resmi FDA, Kamis.
Merck, pembuat molnupiravir, telah mengajukan izin edar begitu didapat hasil uji klinis final pada Oktober lalu--sebulan lebih cepat daripada paxlovid. Saat itu molnupiravir menunjukkan mampu memangkas hingga 50 persen peluang gejala berat seseorang yang telah terinfeksi Covid-19.
Bekerja dengan memasukkan kesalahan ke dalam kode genetik SARS-CoV-2 sehingga mencegah virus itu bereplikasi lebih lanjut, molnupiravir diberikan empat kapsul 200 miligram yang diminum setiap 12 jam sebatas lima hari.
“Ketika varian baru terus muncul, sangat penting memperluas gudang terapi Covid-19 salah satunya menerbitkan EUA, sambil terus menghasilkan data tambahan tentang keamanan dan efektivitasnya,” kata Cavazzoni.
Logo Pfizer dengan cetakan 3D diletakkan di dekat obat-obatan dari produsen yang sama dalam ilustrasi ini yang diambil pada 29 September 2021. [REUTERS/Dado Ruvic]
Untuk menentukan mengeluarkan EUA, FDA menyatakan mengevaluasi bukti ilmiah yang tersedia dan dengan hati-hati, menyeimbangkan risiko yang diketahui dengan manfaat produk yang diketahui. Berdasarkan tinjauan bukti ilmiah yang ada, FDA menentukan paxlovid dan molnupiravir bisa efektif sebagai pengobatan Covid-19.
Kedua obat itu hanya tersedia dengan resep dokter dan harus dimulai sesegera mungkin setelah diagnosis Covid-19 dan dalam waktu lima hari setelah timbulnya gejala. FDA juga mengingatkan bahwa obat itu bukan pengganti vaksin dan mendesak masyarakat untuk segera mendapatkan vaksinasi dan menerima booster jika memenuhi syarat.
FDA | CNBC | NEW YORK TIMES
Baca juga:
Melesat, Omicron Kini Kuasai 73 Persen Kasus Baru Covi-19 di AS
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.