Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Edisi Akhir Tahun Tempo: Para Pejuang Vaksin di Lapangan

Reporter

image-gnews
Anggota kepolisian saat mengikuti apel pengawalan dan pelepasan tim vaksinator di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis, 11 Februari 2021. Kapolri memerintahkan seluruh jajarannya untuk mengawal dan mengamankan program vaksinasi COVID-19. TEMPO/Muhammad Hidayat
Anggota kepolisian saat mengikuti apel pengawalan dan pelepasan tim vaksinator di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis, 11 Februari 2021. Kapolri memerintahkan seluruh jajarannya untuk mengawal dan mengamankan program vaksinasi COVID-19. TEMPO/Muhammad Hidayat
Iklan

Steven De Nachs

Steven De Nachs adalah satu-satunya dokter di Puskesmas Sarereiket di pedalaman Mentawai, Sumatera Barat, yang wilayah kerjanya meliputi dua desa: Madobag dan Matotonan. Pemuda berusia 27 tahun ini mengisahkan pernah mendapat pengalaman tak mengenakkan, dikelabui masyarakat setempat untuk pelaksanaan vaksinasi.

Di tengah gencarnya upaya vaksinasi Covid-19 secara massal, masyarakat memintanya untuk membawakan vaksin untuk vaksinasi di gereja di Madobag, seusai ibadah Minggu. Mereka menyatakan kesediaannya disuntik setelah bajak atau pengurus gereja membantu mendorong para jemaatnya tersebut.

“Lima menit sebelum ibadah selesai saya ke luar duluan dari gereja dan pergi mengambil vaksin, tapi ketika saya sampai di gereja lagi ternyata semua jemaat sudah pulang dan tersisa Bajak Gereja seorang diri. Vaksinasi pun gagal,” kata Steven sambil tertawa.

Sejak saat itu, ia dan dua tenaga kesehatan yang membantunya di Puskesmas Sarereiket memutuskan mengubah pendekatan kepada masyarakat setempat. Steven tidak pernah lagi memaksakan warga agar datang ke satu lokasi seperti gereja, apalagi puskesmas, untuk divaksin.

Jika ada warga yang mau divaksin, barulah Steven mendatanginya di dusun tempat mereka tinggal. Itu artinya Steven harus siap bolak-balik pula menjemput stok dosis vaksin yang akan disuntikkan ke Puskesmas Muara Siberut, di ibu kota Kecamatan Siberut Selatan. Di sinilah, stok vaksin jatah Sarereiket disimpan.

Dari Muara Siberut, vaksin disimpan dalam coldbox dan dibawa menggunakan sepeda motor lewat darat melalui Dusun Rogdog, Madobag, yang ditempuh selama satu jam. Dari Rogdog, perjalanan masih mungkin dilanjutkan dengan sepeda motor, tapi lebih sering disambung naik pompong (perahu kecil dengan mesin tempel) lewat sungai selama satu jam. 

Dengan cara itu, vaksin yang dibawa bisa dipakai habis di dusun tujuan. Kalaupun masih ada yang bersisa, vaksin akan dititip di kulkas milik sebuah warung di Madobag karena tak tersedia di Puskesmas Sarereiket. Persoalan pasokan listrik yang hanya ada malam, pukul 18-23 WIB, disiasati dengan memindahkan vaksin ke freezer dalam kulkas saat listrik sudah terputus. “Jadi vaksin tetap dingin,” kata Steven.

Dokter kelahiran Padang pada 26 April 1994, putra dari seorang bidan, ini menyadari besarnya resistensi masyarakat di pedalaman yang dihadapinya tersebut terhadap fakta wabah Covid-19. Ia masih ingat saat pertama bertugas di Puskesmas Sarereiket Juli tahun lalu, tepat saat Covid-19 di Tanah Air sedang menggila.

“Saat mereka lihat saya lewat pakai masker, mereka langsung berteriak, ‘tak anai (tidak ada) corona di sini dokter’,” kata Steven.

Pun saat vaksinasi. Menurut pemilik akun Dokter Mentawai di kanal YouTube ini, masih banyak yang menolak karena tak menganggap Covid-19 berbahaya. Padahal kasus terkonfirmasi positif tak terkecuali telah menjamah warga Desa Madobag dan Matotonan. Steven menghitung tak kurang dari enam kasusnya yang tercatat sepanjang tahun ini.

Seluruhnya berhasil sembuh kembali dan sebagian tanpa menunjukkan gejala. Kalaupun yang mengalami gejala seperti anosmia (hilangnya indera penciuman) dianggap gejala yang biasa dialami menjelang musim buah. “Bukan karena corona,” kata Steven.

Menghadapi keyakinan itu, Steven beralih mengedepankan sasaran vaksinasi kepada murid sekolah SD dan SMP yang ada di Madobag dan Matotonan. Murid SD banyak yang divaksin karena telah berusia 12 tahun atau lebih. Dia mengungkapkan, tidak ada kendala dalam memberikan vaksin ke kelompok ini dan bisa langsung mencakup 100 persen.

Dokter Steven De Nachs berfoto setelah menyuntikkan vaksin Covid-19 kepada warga di Puskesmas Sarereiket, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, 8 Desember 2021. Dok. Pribadi'

Sedang kepada orang dewasanya, Steven kini mengandalkan menitip ajakan melalui beberapa sikerei, ahli pengobatan tradisional dan tokoh ritual, yang sudah mau divaksin. Seperti yang dilakukannya melalui Ogo Toitet Samoanmuntei. Pria berusia 60 tahun ini adalah sikerei pertama yang bersedia divaksin, itupun baru terjadi pada 8 Desember lalu.

Pada hari itu Ogo Toitet meringis saat lengan kanannya disuntik oleh Steven. “Hanya sakit sedikit," katanya setelahnya. Dia ditemani seorang sikalabai (istri sikerei) yang tampak cemas menunggu giliran divaksin. Dia juga meringis sambil memejamkan matanya kuat-kuat saat disuntik.

Steven tersenyum puas melihat keduanya. Menurutnya, kehadiran Ogo Toitet berpengaruh untuk kehadiran peserta vaksinasi di Desa Matotonan pada pagi itu yang sebanyak 160 orang. Terbit harapan sang dokter muda bahwa cakupan vaksinasi bakal segera meningkat dari saat ini yang masih sekitar 40 persen.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


2.700 Perawat Dikerahkan di Tengah Mogok Massal Dokter Korea Selatan

4 hari lalu

Para dokter saat protes terhadap rencana penerimaan lebih banyak siswa ke sekolah kedokteran, di depan Kantor Kepresidenan di Seoul, Korea Selatan, 22 Februari 2024. REUTERS/Kim Soo-Hyeon
2.700 Perawat Dikerahkan di Tengah Mogok Massal Dokter Korea Selatan

Korea Selatan masih didera pemogokan massal para dokter. Ribuan perawat disiagakan.


Aksi Mogok Dokter, Skandal Tas Dior hingga Daun Bawang: Riuh Pemilu Legislatif Korea Selatan

5 hari lalu

Seorang wanita keluar dari tempat pemungutan suara di tempat pemungutan suara saat pemilihan parlemen ke-22 di Seoul, Korea Selatan, 10 April 2024. REUTERS/Kim Soo-hyeon
Aksi Mogok Dokter, Skandal Tas Dior hingga Daun Bawang: Riuh Pemilu Legislatif Korea Selatan

Sekitar 44 juta warga Korea Selatan akan memberikan suaranya dalam pemilu yang akan menentukan sisa masa kepemimpinan Presiden Yoon Suk yeol.


Dokter Penjara Israel: Tahanan Palestina Harus Diamputasi karena Diborgol 24 Jam

11 hari lalu

Ilustrasi napi di penjara. Shutterstock
Dokter Penjara Israel: Tahanan Palestina Harus Diamputasi karena Diborgol 24 Jam

Dokter Israel di rumah sakit lapangan di dalam penjara yang menampung warga Palestina asal Gaza menyebut hal ini merupakan pelanggaran hukum


Gejala Flu Singapura dan Cara Mengatasinya

13 hari lalu

Flu Singapura.
Gejala Flu Singapura dan Cara Mengatasinya

Flu Singapura merupakan infeksi yang diakibatkan oleh virus. Penyakit ini sering menjangkiti anak-anak, terutama di bawah 7 tahun.


Perpustakaan Harvard Menghilangkan Kulit Manusia dari Buku Koleksinya

18 hari lalu

Sebuah tanda tergantung di gerbang sebuah gedung di Universitas Harvard di Cambridge, Massachusetts, AS, 6 Juli 2023. REUTERS/Brian Snyder
Perpustakaan Harvard Menghilangkan Kulit Manusia dari Buku Koleksinya

Seorang dokter Prancis "mengikat buku itu dengan kulit manusia yang diambil tanpa persetujuan dari jasad pasien wanita," menurut Perpustakan Harvard


Dokter Masih Mogok, Rumah Sakit Besar di Korea Selatan Tutup Bangsal

18 hari lalu

Para dokter mengambil bagian dalam protes terhadap rencana penerimaan lebih banyak siswa ke sekolah kedokteran, di depan Kantor Kepresidenan di Seoul, Korea Selatan, 22 Februari 2024. REUTERS/Kim Soo-Hyeon
Dokter Masih Mogok, Rumah Sakit Besar di Korea Selatan Tutup Bangsal

Korea Selatan menutup bangsal rumah sakit besar karena tak ada dokter.


Polisi Tangkap Dokter Gadungan Pemilik Klinik di Bekasi, Sudah 5 Tahun Buka Praktek

28 hari lalu

Ilustrasi surat keterangan sakit / sehat dari dokter. Nieuwsblad.be
Polisi Tangkap Dokter Gadungan Pemilik Klinik di Bekasi, Sudah 5 Tahun Buka Praktek

Polisi menangkap dokter gadungan bernama Ingwy Tito Banyu yang membuka praktek di Klinik Pratama Keluarga Sehat, Cikarang Selatan, Kabupaten Bekasi.


Mau Tetap Olahraga Saat Puasa? FKUI Beberkan Tips, Risiko, dan Manfaatnya

30 hari lalu

Warga berolahraga di kawasan Jenderal Sudirman, Minggu, 10 April 2022. Masyarakat tetap berolahraga di kawasan Sudirman saat bulan puasa. TEMPO/M Taufan Rengganis
Mau Tetap Olahraga Saat Puasa? FKUI Beberkan Tips, Risiko, dan Manfaatnya

Untuk lansia, status hidrasinya harus lebih diperhatikan saat memutuskan tetap berolahraga di bulan puasa.


Korea Selatan Kirim Pemberitahuan Penangguhan Izin Praktik Dokter Muda

36 hari lalu

Para dokter saat protes terhadap rencana penerimaan lebih banyak siswa ke sekolah kedokteran, di depan Kantor Kepresidenan di Seoul, Korea Selatan, 22 Februari 2024. REUTERS/Kim Soo-Hyeon
Korea Selatan Kirim Pemberitahuan Penangguhan Izin Praktik Dokter Muda

Korea Selatan telah mengirimkan pemberitahuan awal tentang penangguhan izin praktik dokter pada 5 ribu dokter magang yang sedang mogok kerja.


Dokter Magang Masih Mogok kerja, Korea Selatan Kerahkan Dokter Militer

36 hari lalu

Jung Seung-yeon (kanan), 38, menunggu bersama putranya untuk menemui dokter di klinik anak di Seoul, Korea Selatan, 14 Juni 2023.  Reuters/Kim Hong-Ji
Dokter Magang Masih Mogok kerja, Korea Selatan Kerahkan Dokter Militer

Sebanyak 20 dokter bedah dari militer bersama 138 dokter dari pusat kesehatan masyarakat akan dikerahkan untuk mengatasi mogok kerja dokter magang