Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengapa Astrologi dan Astronomi Berlainan?

Reporter

Editor

Bram Setiawan

Pengunjung menyaksikan instalasi di Museum Astronomi Shanghai di Shanghai, Cina timur, pada 17 Juli 2021. Planetarium itu merupakan cabang dari Museum Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Shanghai. (Xinhua/Fang Zhe)
Pengunjung menyaksikan instalasi di Museum Astronomi Shanghai di Shanghai, Cina timur, pada 17 Juli 2021. Planetarium itu merupakan cabang dari Museum Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Shanghai. (Xinhua/Fang Zhe)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Ada kesamaan antara astrologi dan astronomi, yakni mempelajari bintang dan benda langit. Tapi, sesungguhnya kedua bidang ilmu itu berlainan, semenjak pengaruh pemikiran Galileo Galilei, astronomi menjadi disiplin ilmu tersendiri. Hal itu, karena metode dan tujuan dalam astronomi berbeda dengan astrologi.

Astronomi mempelajari bintang dan benda langit untuk mengenali lebih jelas mekanisme yang berlaku dalam alam semesta. Sedangkan astrologi, selain mempelajari bintang dan benda langit juga memberikan tafsiran untuk menghubungkan kehidupan manusia.

Dahulu memang astrologi dan astronomi masih belum berlainan, sebagaimana dikutip dari Time. Seorang astronom abad ke-17, Johannes Kepler pun pernah disebut sebagai astrolog. Semasa hidupnya, Kepler pun dikenal sebagai tokoh penting dalam revolusi ilmiah.

Pemisahan antara astrologi dan astronomi terjadi di pengujung abad ke-17. Saat itu Isaac Newton memerinci gerak planet, sehingga menemukan teori gravitasi.  “Hal ini menunjukkan pendekatan ilmiah baru dalam mengamati luar angkasa, khususnya terhadap gerak planet dan Bumi,” kata Sten Odenwald, selaku ahli astrofisika dari Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) Space Science Education Consortium, sebagaimana dikutip dari Time.

Astronomi, sebagai sains bukan saja karena metodenya yang terukur dan dapat dipertanggungjawabkan. Tapi, juga karena adanya sikap ilmiah sebagaimana yang dikatakan oleh Lee McIntyre dikutip dari buku Mengapa Sains Layak Dipercaya?.

Sikap ilmiah menghargai upaya berdasarkan pengalaman (empiris) dan rasional daripada praduga-praduga yang bersifat disederhanakan (simplistis) dalam menjelaskan persoalan. Sikap ilmiah berkomitmen terhadap dua prinsip dasar, yaitu peduli pada bukti empiris. Adapun sikap ilmiah juga bersedia menata ulang pendapat jika ditemukan bukti empiris baru yang membuktikan bahwa teori sebelumnya sudah tak lagi tepat atau keliru.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Contoh sikap ilmiah dalam astronomi ketika Pluto tak lagi diakui sebagai planet, karena tidak memenuhi kriterianya. Ketika terjelaskan buktinya melalui verifikasi yang dapat dipertanggungjawabkan, maka astronomi sebagai sains memperbarui teorinya.

Mengutip dari Relatively Interesting, pengujian subjektif terjadi ketika dua peristiwa acak dianggap terkait satu sama lain, karena keyakinan atau harapan. Ramalan zodiak atau horoskop misalnya, merujuk hubungan antara persepsi kepribadian atau semacam pengujian (validasi) menurut pandangan sendiri (subjektif).

NAUFAL RIDHWAN ALY

Baca: Menilik Kaitan Zodiak dan Astrologi

Iklan




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.




Video Pilihan


Legenda Monster Bintang di Alam Semesta, Jejak Kimianya Sudah Ditemukan

7 hari lalu

Gugus bola Messier 13, atau Gugus Hercules, seperti yang terlihat oleh Teleskop Luar Angkasa Hubble.  Di suatu tempat di tengah kerumunan bintang yang padat ini mungkin terdapat monster kosmik yang dikenal sebagai superstar.  (Kredit gambar: NASA, ESA, dan Hubble Heritage Team (STScI/AURA); Pengakuan: C. Bailyn (Universitas Yale), W. Lewin (Institut Teknologi Massachusetts), A. Sarajedini (Universitas Florida), dan W  .van Altena (Universitas Yale)) Kosmik
Legenda Monster Bintang di Alam Semesta, Jejak Kimianya Sudah Ditemukan

Sebagai perbandingan, bintang-bintang supermasif berukuran 5.000 sampai 10.000 kali lebih besar daripada bintang di tata surya kita, Matahari.


Astronom Rekam Detik-Detik Bintang Lahap Planet

21 hari lalu

Astronom Rekam Detik-Detik Bintang Lahap Planet

Sebuah bintang melahap planet yang jaraknya 12.000 tahun cahaya, kemudian mengeluarkan debu-debu sisa serdawa.


Untuk Pertama Kalinya, Terlihat Bintang Sedang Memakan Planetnya

28 hari lalu

Gambar artistik dari sebuah planet yang akan ditelan bintang induknya. K. Miller and R. Hurt/Caltech/IPAC-NewScientist.com
Untuk Pertama Kalinya, Terlihat Bintang Sedang Memakan Planetnya

Astronom menemukan sebuah bintang yang sedang melahap salah satu planetnya. Preview dari nasib planet Bumi.


Peneliti BRIN Bikin Surat Permintaan Maaf ke Muhammadiyah

38 hari lalu

Papan nama Gedung BRIN di Jakarta. Foto: Maria Fransisca Lahur
Peneliti BRIN Bikin Surat Permintaan Maaf ke Muhammadiyah

Peneliti BRIN Andi Pangerang Hasanuddin meminta maaf kepada warga dan pimpinan Muhammadiyah atas postingannya yang bernada ancaman


Viral Peneliti BRIN Ancam Warga Muhammadiyah, Thomas Djamaludin: Dia Menyesal

38 hari lalu

Gedung BJ Habibie, BRIN, Jakarta Pusat. Foto: Maria Fransisca Lahur
Viral Peneliti BRIN Ancam Warga Muhammadiyah, Thomas Djamaludin: Dia Menyesal

Sebelumnya, nama Andi Pangerang ramai di media sosial karena diduga mengunggah komentar bernada ancaman kepada Muhammadiyah.


Gerhana Matahari Total dari Pantai Timor Leste, Peneliti: Magnificent

41 hari lalu

Tim ITERA yang terdiri tiga orang dewasa dan satu anak memilih lokasi pengamatan gerhana di pantai Aerle, Umun-Ira , Desa Com, Distrik Lospalos. (ITERA)
Gerhana Matahari Total dari Pantai Timor Leste, Peneliti: Magnificent

Pantai di Timor Leste ini memiliki cuaca cerah yang mendukung pengamatan fenomena Gerhana Matahari Total.


Pernah ke Observatorium? Berikut Pengertian dan Fungsinya

44 hari lalu

Petugas mengoperasikan teleskop atau teropong bintang di Observatorium Bosscha, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 16 Januari 2023. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Pernah ke Observatorium? Berikut Pengertian dan Fungsinya

Pernah berkunjung ke observatorium? Berikut arti dan fungsinya.


Menyergap Gerhana Matahari Total dari Laut Lepas, Peneliti Bersiap di KRI Spica-934

44 hari lalu

Sebagian awak KRI Spica 934 dan peneliti salat magrib pada Minggu, 16 April 2023. Kapal perang ini mendukung penelitian dan pengamatan Gerhana Matahari Total pada 20 April 2023. ISTIMEWA
Menyergap Gerhana Matahari Total dari Laut Lepas, Peneliti Bersiap di KRI Spica-934

Komunitas astronomi tak hanya tersebar di darat dalam memburu fenomena Gerhana Matahari Total pada 20 April 2023.


Hari Pertama Idul Fitri 2023 Jumat atau Sabtu? Ini Prakiraan BMKG

44 hari lalu

Petugas menggunakan teropong untuk mengamati hilal di Bukit Syeh Bela-belu, Bantul, DI Yogyakarta, Senin, 3 Juni 2019. Dari hasil pemantauan hilal sebagai syarat penentuan 1 Syawal 1440 H atau Idul Fitri 1440 H belum tampak karena tertutup awan mendung. ANTARA
Hari Pertama Idul Fitri 2023 Jumat atau Sabtu? Ini Prakiraan BMKG

Sejauh ini beredar dua kemungkinan untuk Idul Fitri 2023 atau 1 Syawal 1444 H. Pertama, dirayakan seragam pada Jumat 21 April 2023.


Gerhana Matahari 20 April, Komunitas Astronomi Berburu ke Berbagai Daerah Ini

49 hari lalu

Ilustrasi memotret gerhana matahari total. Nasa.gov
Gerhana Matahari 20 April, Komunitas Astronomi Berburu ke Berbagai Daerah Ini

Gerhana Matahari 2023 ini juga dinamakan Gerhana Matahari Hibrida terkait dengan keunikannya.