TEMPO.CO, Jakarta - Ada kesamaan antara astrologi dan astronomi, yakni mempelajari bintang dan benda langit. Tapi, sesungguhnya kedua bidang ilmu itu berlainan, semenjak pengaruh pemikiran Galileo Galilei, astronomi menjadi disiplin ilmu tersendiri. Hal itu, karena metode dan tujuan dalam astronomi berbeda dengan astrologi.
Astronomi mempelajari bintang dan benda langit untuk mengenali lebih jelas mekanisme yang berlaku dalam alam semesta. Sedangkan astrologi, selain mempelajari bintang dan benda langit juga memberikan tafsiran untuk menghubungkan kehidupan manusia.
Dahulu memang astrologi dan astronomi masih belum berlainan, sebagaimana dikutip dari Time. Seorang astronom abad ke-17, Johannes Kepler pun pernah disebut sebagai astrolog. Semasa hidupnya, Kepler pun dikenal sebagai tokoh penting dalam revolusi ilmiah.
Pemisahan antara astrologi dan astronomi terjadi di pengujung abad ke-17. Saat itu Isaac Newton memerinci gerak planet, sehingga menemukan teori gravitasi. “Hal ini menunjukkan pendekatan ilmiah baru dalam mengamati luar angkasa, khususnya terhadap gerak planet dan Bumi,” kata Sten Odenwald, selaku ahli astrofisika dari Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) Space Science Education Consortium, sebagaimana dikutip dari Time.
Astronomi, sebagai sains bukan saja karena metodenya yang terukur dan dapat dipertanggungjawabkan. Tapi, juga karena adanya sikap ilmiah sebagaimana yang dikatakan oleh Lee McIntyre dikutip dari buku Mengapa Sains Layak Dipercaya?.
Sikap ilmiah menghargai upaya berdasarkan pengalaman (empiris) dan rasional daripada praduga-praduga yang bersifat disederhanakan (simplistis) dalam menjelaskan persoalan. Sikap ilmiah berkomitmen terhadap dua prinsip dasar, yaitu peduli pada bukti empiris. Adapun sikap ilmiah juga bersedia menata ulang pendapat jika ditemukan bukti empiris baru yang membuktikan bahwa teori sebelumnya sudah tak lagi tepat atau keliru.
Contoh sikap ilmiah dalam astronomi ketika Pluto tak lagi diakui sebagai planet, karena tidak memenuhi kriterianya. Ketika terjelaskan buktinya melalui verifikasi yang dapat dipertanggungjawabkan, maka astronomi sebagai sains memperbarui teorinya.
Mengutip dari Relatively Interesting, pengujian subjektif terjadi ketika dua peristiwa acak dianggap terkait satu sama lain, karena keyakinan atau harapan. Ramalan zodiak atau horoskop misalnya, merujuk hubungan antara persepsi kepribadian atau semacam pengujian (validasi) menurut pandangan sendiri (subjektif).
NAUFAL RIDHWAN ALY