TEMPO.CO, Jakarta - Low-code platform untuk pengembangan aplikasi tanpa coding manual yang kompleks adalah teknologi masa depan perusahaan-perusahaan. Perkembangannya yang masif tidak lepas dari kebutuhan perusahaan dalam melakukan automasi proses bisnisnya sebagai fondasi dalam melakukan transformasi digital secara cepat.
Umar Darmaji, VP Product Management NEXTPLATFORM, salah satu perusahaan teknologi penyedia low-code platform, mengungkap itu dalam keterangan tertulis yang dibagikan Kamis 30 Desember 2021. Platform jenis ini dinilainya sangat relevan bagi instansi pemerintah dengan program Government 4.0 karena mempermudah proses transformasi.
Sedang bagi perusahaan rintisan atau startup, teknologi platform yang sama menyediakan jawaban atas sulitnya menemukan talenta programmer atau developer berkualitas untuk mengembangkan aplikasi secara cepat dan tepat.
“Selain menawarkan efisiensi dan kecepatan masuk pasar, low-code platform juga meningkatkan produktivitas serta membuat perusahaan lebih agile dan kolaborasi yang lebih efektif,” katanya.
Low-code adalah cara cepat mendesain dan mengembangkan aplikasi dengan sedikit coding manual karena sudah tersedia interface berbasis grafik dalam menghimpun dan mengkonfigurasi aplikasi. Sedangkan low-code platform merupakan serangkaian piranti lunak untuk membantu mengembangkan aplikasi web dan aplikasi mobile tanpa harus menulis ribuan baris code dan syntax yang kompleks.
Dengan mengadopsi low-code platform, Umar menambahkan, kebutuhan terhadap teknologi untuk pengembangan aplikasi lebih mudah terpenuhi. Tidak heran jika pasar kebutuhan platform itu disebutnya terus membesar.
Jika pada 2019, pasar global low-code platform masih USD 11,45 miliar atau setara lebih dari Rp 163 triliun, maka pada 2022 diperkirakan senilai USD 21,2 miliar. “Pertumbuhan akumulatif hingga 2027 mencapai 44,49 persen,” katanya.
Pertumbuhan itu tak lepas dari perkiraan Gartner bahwa sebanyak 75 persen perusahaan besar di dunia saat ini telah mengadopsi minimal 4 low-code platform. Mereka mengadopsinya untuk pengembangan aplikasi yang dilakukan oleh Departemen IT dan citizen developer perusahaan.
Penyedia low-code platform juga terus berkembang dengan beragam produknya. Selain NEXTPLATFORM, ada pula OutSystems, Mendix, Appian, Zoho Creator, PowerApps, App Maker, Quick Base, dan lain-lainnya. “NEXTPLATFORM diadopsi oleh lebih dari 50 perusahaan yang bergerak di bidang migas, perbankan, penerbangan, fast moving consumer good (FMCG), dan industri yang lainnya,” kata Umar.
Salah satu proyek pengembangan aplikasi berbasis NEXTPLATFORM adalah aplikasi vendor sistem manajemen CIVD yang digagas oleh konsorsium migas untuk melayani ribuan vendor dan kontraktor migas di seluruh Indonesia. Platform juga diadopsi dalam mempercepat penerapan transformasi digital di Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Provinsi Jawa Barat dalam proyek pilot digitalisasi pengelolaan pendapatan daerah.
Platform dengan coding minimal diprediksi menjadi teknologi mainstream dan teknologi masa depan untuk pengembangan aplikasi mobile maupun aplikasi web. Kemudahan, kecepatan, dan biaya yang lebih efisien untuk membangun dan mengembangkan aplikasi merupakan keunggulan low-code platform yang dibutuhkan perusahaan, startup, dan organisasi pemerintah.
Di sisi lain, perusahaan juga bisa memberikan kesempatan kepada karyawan di luar Departemen IT membangun aplikasi yang sesuai dengan tugasnya yang spesifik. Karyawan dengan kompetensi ini, biasa dikenal dengan citizen developer, dapat mengembangkan aplikasi di bawah supervisi departemen IT. “Hal ini jadi faktor pendorong transformasi digital perusahaan menjadi lebih cepat,” katanya.
Baca juga:
Cara Atur Toko Buka Jalan UMKM ke Marketplace dan Proyek di Pemda
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.