Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Babi Bernapas Lewat Rektum dan Terapi Saturasi Pasien Covid-19

image-gnews
ilustrasi babi/REUTERS/Ronen Zvulun
ilustrasi babi/REUTERS/Ronen Zvulun
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Injeksi triliunan gelembung mikro berisi gas oksigen ke dalam rektum (anus) menunjukkan kemampuannya meningkatkan kadar oksigen dalam darah pada babi. Bukan itu saja, kadar karbon dioksida pada babi yang organ paru-parunya rusak karena asap tersebut juga berkurang.

Para peneliti kini berupaya menguji keamanan dari prosedur injeksi itu pada relawan manusia yang sehat. Harapannya, bisa diadopsi untuk menolong orang-orang yang didiagnosis dengan tingkat saturasi (kadar oksigen dalam darah) rendah—apapun pemicunya.

“Sebagai contoh, orang dengan Covid-19 kerap datang ke rumah sakit dengan kondisi saturasi rendah, bahkan sangat rendah,” kata Robert Scribner dari Respirogen, perusahaan di Colorado, Amerika Serikat, yang sedang berupaya membuat prosedur itu komersil.

Menurutnya, uji itu akan menjadi terapi yang sangat baik untuk memompa saturasi pada pasien Covid-19. “Dan sangat mungkin para pasien tak perlu lagi ditempatkan pada mesin ventilator,” kata Scribner yang bersama timnya telah mengirim hasil studinya ke server preprint bioRxiv dan diunggah pada 9 Desember 2021.

Pada babi, uji disebutkan hanya memerlukan waktu beberapa jam. Terapi saturasi pada manusia nanti, menurut Keely Buesing, anggota tim peneliti dari Pusat Medis di University of Nebraska, AS, bisa dilakukan untuk jangka waktu yang lebih panjang. Dia meyakini gelembung-gelembung isi oksigen itu bisa disirkulasi masuk-ke luar tubuh dengan mudah.

“Dengan metode injeksi lewat usus besar, secara teori ini bisa menjadi terapi dengan manfaat jangka panjang untuk para pasien yang bergejala parah, kita cuma belum pernah mencobanya saja,” kata Buesing.

Kunci dari pendekatan terapi ini adalah oksigen yang diperangkap dalam gelembung lemak berukuran mikrometer. Mark Borden, anggota tim peneliti dari University of Colorado, adalah yang pertama mengembangkan microbubble itu pada 1990-an. Saat itu untuk meningkatkan performa alat pindai dengan gelombang frekuensi ultrasonic (ultrasound).

Dibandingkan dengan gas oksigen murni, Borden menerangkan, “gelembung-gelembung yang sangat kecil secara berlimpah meningkatkan area permukaan dan memungkinkan jauh lebih banyak oksigen yang berdifusi menembus usus besar masuk ke dalam darah.”

Uji pada babi melibatkan 12 ekor hewan itu yang berbobot antara 40 dan 50 kilogram dan mendapat paparan asap. Setelah dua hari, kadar oksigen dalam darah (saturasi) mereka drop sampai 66 persen. Infusi oksigen lewat usus besar pada enam babi kemudian mampu meningkatkan kembali tingkat saturasi menjadi 81 persen dalam 150 menit.

Pada babi yang tidak mendapatkan terapi itu, saturasi oksigennya ada di angka 53 persen. Sebagai catatan, babi-babi dijaga dalam kondisi tenang selama uji dilakukan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kadar karbon dioksida dalam darah pada babi yang mendapat asupan gelembung oksigen lewat rektumnya juga terukur menurun. Sebaliknya, kadarnya terus naik pada mereka yang tak dapat perlakuan infusi oksigen.

Hasil itu, menurut Buesing, sangat penting karena karbon dioksida berkadar tinggi memiliki banyak efek merugikan termasuk menurunkan kemampuan berpikir. “Kesehatan mental menurun sampai ke sebuah titik di mana saluran pernapasan Anda tak lagi dapat dilindungi,” katanya.

Pekerja medis berpakaian pelindung memindahkan seorang pasien Covid-19 di bangsal terisolasi sebuah rumah sakit di distrik Caidian di Wuhan, provinsi Hubei, Cina 6 Februari 2020.  China Daily via REUTERS

Sebelumnya, masih di tahun ini, Takanori Takebe di Tokyo Medical and Dental University melakukan studi yang mirip. Bedanya Takebe menggunakan cairan yang disebut perfluorocarbon yang dapat mengikat sejumlah besar konsentrasi oksigen.

Menggunakan metode gelembung mungkin lebih mudah untuk mendapatkan perizinan terapinya tapi, Takebe mengatakan, masih butuh studi lanjutan untuk memastikan efektivitas metode itu. Takebe masih melanjutkan pengembangan terapi dengan pendekatan metodenya sendiri dengan mendirikan perusahaan EVA Therapeutics dan merancang uji klinis pada tahun ini.

Sementara, tim Respirogen yakin gelembung-gelembung oksigen akan jauh lebih efektif daripada perfluorocarbon. “Perfluorocarbon dapat mengikat oksigen dalam jumlah besar tapi tidak bisa melepas semuanya, dan mungkin tidak menurunkan kadar karbondioksida,” kata Borden.

NEW SCIENTIST, BIORXIV

Baca juga:
Ada Babi Berjanggut, Satwa Hutan Kalimantan Bukan Cuma Orang Utan


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


IPB Buka Fasilitas Penitipan Hewan Peliharaan, dari Kucing sampai Babi

11 hari lalu

Rumah Sakit Hewan Pendidikan (RSHP) milik Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University membuka fasilitas penitipan hewan peliharaan pada saat hari raya. Fasilitas tersebut merupakan yang terbesar se-Asia Tenggara. IPB.ac.id
IPB Buka Fasilitas Penitipan Hewan Peliharaan, dari Kucing sampai Babi

Fasilitas milik Rumah Sakit Hewan Pendidikan Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB University ini diklaim yang terbesar se-ASEAN.


Mengenal 12 Shio dan Maknanya dalam Kalender Cina

9 Februari 2024

Ilustrasi shio. Foto: Freepik.com/Zale
Mengenal 12 Shio dan Maknanya dalam Kalender Cina

Setiap shio mencerminkan sifat dan karakteristik unik yang diyakini mempengaruhi nasib seseorang berdasarkan tahun kelahirannya.


Kemenkes: Dua Pasien Covid Omicron JN.1 di Batam Meninggal Dunia

26 Desember 2023

Warga melakukan vaksin Covid-19 dengan jenis vaksin Inavac atau yang dikenal sebagai Vaksin Merah Putih merupakan vaksin COVID-19 di RSUD Tarakan, Jakarta, Rabu 20 Desember 2023. Dinas Kesehatan DKI Jakarta memprediksi kenaikan kasus Covid-19 bakal terjadi sampai dua pekan ke depan atau bertepatan dengan libur Natal dan Tahun Baru. Sebagai langkah antisipasi, Dinas Kesehatan DKI akan terus memantau perkembangan kasus hariannya. Pemerintah fokus mengimbau dan menyediakan vaksinasi dan pemeriksaan PCR gratis. Utamanya, untuk segera melengkapi vaksinasi booster ke-4 dan deteksi dini Covid-19 bagi kelompok rentan. TEMPO/Subekti.
Kemenkes: Dua Pasien Covid Omicron JN.1 di Batam Meninggal Dunia

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan dua pasien Covid-19 terinfeksi subvarian Omicron JN.1 dan XBB.2.3.10.1 (GE.1) di Batam meninggal.


Kasus Pasien Covid-19 Baru di RSHS Bandung, Sebagian Punya Riwayat Pulang Umroh

13 Desember 2023

Ilustrasi Covid-19 varian Pirola. Shutterstock
Kasus Pasien Covid-19 Baru di RSHS Bandung, Sebagian Punya Riwayat Pulang Umroh

Sebanyak empat pasien di antaranya terjangkit virus Covid-19 jenis Omicron.


Inggris Laporkan Virus Mirip Flu Babi Terdeteksi pada Manusia

28 November 2023

Daging babi yang dijual di sebuah pasar di Bangkok, Thailand, 11 Januari 2022. Pihak berwenang Thailand mengatakan bahwa mendeteksi kasus pertama flu babi Afrika pada 11 Januari 2022 di sebuah rumah potong di provinsi Nakhon Pathom. REUTERS/Chalinee Thirasupa
Inggris Laporkan Virus Mirip Flu Babi Terdeteksi pada Manusia

Inggris telah mendeteksi kasus pertama virus flu pada manusia yang serupa dengan virus flu babi.


Mengenal Fitoplankton, Penghasil Oksigen Terbesar di Bumi

1 November 2023

Mengenal Fitoplankton, Penghasil Oksigen Terbesar di Bumi

Penghasil oksigen utama di bumi bukanlah tumbuhan, melainkan mikroorganisme yang ada dalam ekosistem laut yang disebut fitoplankton.


Indonesia Masuk Era Pasar Karbon, Ini 10 Tanaman yang Dapat Menyerap Karbon dengan Baik

28 September 2023

Anak-anak sekolah dasar Ambulu bersiap untuk menanam pohon mangrove dalam rangka penanaman mangrove untuk Indonesia di Kawasan Pesisir Desa Ambulu Kab. Cirebon 12 November 2022. Jurnalis Mancing Indonesia (JMI) bersama anak-anak sekolah SD Ambulu dan Nelayan melakukan gerakan tanam pohon mangrove dikawasan pesisir pantai Ambulu Cirebon untuk mencegah abrasi pantai dengan tema Mangrove untuk Indonesia. Dalam kegiatan ini JMI menyalurkan bantuan sosial yang disumbangkan oleh perusahaan-perusahaan yang peduli lingkungan. Tempo/Amston Probel
Indonesia Masuk Era Pasar Karbon, Ini 10 Tanaman yang Dapat Menyerap Karbon dengan Baik

Indonesia memasuki era pasar karbon, Inilah beberapa tanaman penghasil oksigen dan penyerap karbon yang baik di sekitar rumah Anda.


Nipah Ancam Kerala India, Virus Mematikan Ini Muncul di Malaysia pada 1999

13 September 2023

Staf memasang tanda bertuliskan
Nipah Ancam Kerala India, Virus Mematikan Ini Muncul di Malaysia pada 1999

Negara bagian Kerala di India selatan menutup sekolah, kantor dan transportasi umum untuk mengendalikan penyebaran virus Nipah.


Biaya Pengobatan Pasien Covid-19 Beralih ke BPJS Kesehatan per 1 September 2023, Apa Artinya?

12 September 2023

Ilustrasi BPJS Kesehatan. Dok.TEMPO/Aditia Noviansyah
Biaya Pengobatan Pasien Covid-19 Beralih ke BPJS Kesehatan per 1 September 2023, Apa Artinya?

Biaya pengobatan pasien Covid-19 per 1 September 2023 tak lagi ditanggung oleh pemerintah dan beralih ke BPJS Kesehatan. Apa maksudnya?


Tips Pelihara Ikan Koi, Apa Saja yang Harus Diperhatikan?

12 September 2023

Pedagang menjajakan ikan hias jenis koi di Pasar Jatinegara, Jakarta, 30 Juli 2015. Indonesia mendapatkan kembali fasilitas Generalized System of Preference (GSP) untuk ekspor ikan ke Amerika Serikat. Salah satu produk ikan yang mendapat GSP adalah ikan hias, yang mendapatkan penurunan tarif bea masuk sebesar 0,5 persen sampai 15 persen. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Tips Pelihara Ikan Koi, Apa Saja yang Harus Diperhatikan?

Mau memelihara ikan koi? Perhatikan langkah-langkah berikut.