TEMPO.CO, Mukomuko - Harimau pemangsa induk sapi dan anaknya diduga masih berkeliaran di wilayah Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) Lubuk Talang Kecamatan Malin Deman, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu. Warga setempat mengantisipasi sapi lain menjadi korban dengan cara menambat dan tidak membiarkannya merumput di kebun sawit.
"Sejak harimau memangsa ternak, warga ketakutan melepas ternak di kebun sawitnya. Warga mengikat hewan ternak dan mencarikan pakannya," kata Isran Efendi, warga UPT Lubuk Talang dalam keterangannya di Mukomuko, Selasa 4 Januari 2022.
Ia menyebutkan sebanyak dua ekor hewan ternak yakni induk sapi dan anak sapi milik warga setempat dimangsa oleh harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) dekat lahan perkebunan kelapa sawit di wilayah ini. Anak sapi itu hingga kini tidak diketahui keberadaannya, kemungkinan di bawa oleh harimau tersebut ke dalam hutan.
"Saat ini bangkai induk sapi masih ada tetapi lokasinya terus berpindah hingga lima meter kemungkinan ditarik oleh harimau tersebut," ujarnya sambil menambahkan, "Kemungkinan tiga hari lagi bangkai induk sapi tersebut habis dimakan oleh harimau tersebut."
Ia menyatakan ada tiga kali kejadian sapi milik warga yang dimangsa harimau, terakhir tiga bulan yang lalu. Warga telah melaporkan kejadian ini kepada BKSDA dan meminta penanganan. "Kalau bisa harimau tersebut dipindah dari wilayah ini agar warga nyaman melakukan aktivitas dan melepas hewan ternaknya di kebun sawit," ujar Isran.
Ia meminta BKSDA cepat menanganinya untuk mengantisipasi konflik antara manusia dan harimau di wilayah ini. Menurutnya, warga bisa saja memasang jerat harimau atau menembak satwa yang dilindungi tersebut.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Bengkulu, Said Jauhari, sebelumnya menyarankan warga setempat untuk berhati-hati karena wilayah kebun memang dekat dengan habitat harimau Sumatera. "Dekat kawasan Hutan Produksi Air Rami, habitatnya di sana, harimau cuma melintas, tetapi kami sarankan masyarakat untuk berhati-hati berkebun di sana," ujarnya.
Untuk sementara ini, Said mengatakan, BKSDA belum memasang kerangkeng atau perangkap. Alasannya, jarak perjalanan harimau biasanya sejauh 17 kilometer per hari. "Dia tidak menetap di satu tempat, dia cuma melintas di wilayah ini," ujarnya menerangkan.
Baca juga:
Ular Sanca Bermunculan ke Luar dari Sarangnya di Jalan Lingkar Selatan Rangkasbitung
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.