TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Australia melaporkan rekor jumlah kasus Covid-19 harian. Kabar tersebut muncul ketika Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO memperingatkan penyebaran varian Omicron yang meningkatkan risiko munculnya varian baru yang lebih berbahaya.
Inggris melaporkan lebih dari 200.000 kasus untuk pertama kalinya pada Selasa, 4 Januari 2021, sedang Australia mencatat hampir 50.000 dan Prancis mencatat lebih dari 270.000. Angka tersebut masih sangat jauh jika dibandingkan 1.080.211 yang dilaporkan oleh Amerika pada Senin, 3 Januari yang menjadi sebuah rekor global.
Sejuta kasus dalam sehari di Amerika itu memang sangat tinggi, karena penundaan penghitungan akhir pekan—kemungkinan meningkat lebih lanjut setelah liburan akhir pekan Tahun Baru selama tiga hari. “Rata-rata bergulir selama tujuh hari—yang menurut para ahli lebih andal—adalah 486.000 kasus per hari pada Senin malam,” tulis laporan Johns Hopkins University, Selasa.
Varian Omicron yang sangat bermutasi, yang paling menular hingga saat ini, menyumbang sekitar 59 persen dari kasus Amerika menjelang akhir tahun lalu. Tingkat kematian dan rawat inap Omicron lebih rendah di seluruh dunia, meningkatkan harapan virus tersebut dapat berkembang menjadi penyakit musiman yang relatif jinak.
Namun, WHO di Eropa mengeluarkan peringatan yang tidak menyenangkan, yaitu tingkat infeksi yang melonjak dapat memiliki efek sebaliknya. Senior Emergencies Officer di WHO, Catherine Smallwood, menerangkan bahwa semakin banyak Omicron menyebar, semakin banyak transmisi dan replikasi, maka semakin besar kemungkinan untuk mengeluarkan varian baru.
"Sekarang, Omicron bisa menyebabkan kematian, mungkin sedikit lebih rendah dari Delta, tapi siapa bilang varian berikutnya tidak akan muncul,” katanya sambil menambahkan, bahkan dalam sistem kesehatan yang canggih dan berkapasitas baik ada perjuangan nyata yang terjadi saat ini.
Skenario seperti itu ditakuti di Inggris, di mana pemerintah mengatakan bahwa rumah sakit telah beralih ke ‘kondisi perang’ karena kekurangan staf. Setelah Inggris mencapai rekor 218.724 kasus dalam 24 jam, Perdana Menteri Boris Johnson menjanjikan tindakan untuk menutup kesenjangan staf di daerah-daerah yang paling parah dilanda, termasuk menyusun sukarelawan medis yang didukung oleh tentara.
Australia, yang sebelumnya berhasil menekan infeksi untuk sebagian besar pandemi, juga memecahkan rekor beban kasus sebelumnya dengan 47.738. Infeksi yang melonjak telah mendorong serbuan pada kit antigen cepat yang dikelola sendiri yang semakin langka dan menciptakan antrian berjam-jam di pusat-pusat yang menyediakan tes PCR yang lebih andal.
"Saya pikir pada titik ini kita semua tahu seseorang yang terkena Covid-19 atau kita memiliki rekan kerja yang tidak bekerja karena mereka dikarantina atau diisolasi," tutur Deputy Chief Medical Officer, Australia, Sonya Bennett.
Negara-negara kaya telah bergegas untuk memberikan suntikan booster ketiga kepada populasi mereka untuk melawan kasus yang meningkat, sementara banyak di negara-negara miskin belum dapat menerima yang pertama. Namun, berbeda dengan Israel yang bahkan sudah mulai meluncurkan dosis keempat vaksin minggu lalu.
“Sebuah penelitian kecil Israel menunjukkan bahwa vaksinasi keempat virus corona meningkatkan antibodi hingga lima kali lipat,” ujar Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett.
MEDICAL XPRESS | AFP | NEW YORK TIMES
Baca:
Inggris Buat Rencana Darurat Penanganan Omicron untuk Rumah Sakit hingga Sekolah
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.