Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengenali Keunikan Tiga Hewan Nokturnal Ini, Kelelawar, Burung Hantu, Tarsius

Reporter

Editor

Bram Setiawan

image-gnews
Ilustrasi kelelawar. Bats.org.uk
Ilustrasi kelelawar. Bats.org.uk
Iklan

TEMPO.CO, JakartaKelelawar merupakan satu-satunya mamalia yang berkemampuan terbang. Aktivitas hidup kelelawar menunjang kelangsungan ekosistem di antaranya penyerbukan dan penyebaran biji tanaman. Mamalia terbang ini beraktivitas hidup saat malam atau nokturnal.

Kelelawar merupakan inang untuk lebih dari 100 jenis virus. “Kami berfokus mengamati daya tahan alami kelelawar untuk melihat bagaimana mereka merespons berbagai virus mematikan,” kata Michelle Baker, ahli imunologi dari Australian Animal Health Laboratory, seperti dikutip dari Medical Express.

Hewan nokturnal ini hanya memiliki interferon –protein yang dilepaskan tubuh saat mendeteksi virus– lebih sedikit daripada manusia. Meski demikian, interferon memiliki sistem pertahanan yang lebih tangguh.

Burung hantu juga hewan nokturnal. Mengutip dari Britannica, hewan ini ditemukan di semua benua, kecuali Antarktika. Burung hantu mampu bertahan di habitatnya, karena beraktivitas saat malam yang minim gangguan spesies lainnya.

Burung hantu memiliki ciri khas mata yang besar menghadap ke depan. Burung hantu biasanya memangsa tikus. Burung predator ini merupakan binatang yang beraktivitas saat malam (nokturnal).

Burung hantu memiliki semacam cermin di bagian belakang matanya yang disebut tapetum lucidum. Ketika cahaya mengenai cermin akan dipantulkan kembali. Itu sebabnya, burung hantu bisa melihat dalam gelap. Mengutip dari UCSB Science Line, cara mata burung hantu bekerja, yakni cahaya masuk ke pupil ditangkap oleh reseptor. Saraf membawa informasi cahaya ke otak untuk memahami informasi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tarsisus juga hewan nokturnal, tapi dari spesies primata. Tak seperti hewan nokturnal lainnya, Tarsius tidak memiliki pemantul cahaya (tapetum lucidum) di matanya. Hewan ini merupakan salah satu dari 13 spesies primata lompat kecil yang hanya ada di Asia Tenggara.

Di Indonesia, tarsius hidup di Sulawesi, Kalimantan, dan Bangka Belitung. Hewan ini memiliki tubuh mungil dengan panjang 15 sentimeter. Tarsius jantan memiliki bobot sekitar 128 gram, sedangkan yang betina memiliki bobot 117 gram.

AMELIA RAHIMA SARI

Baca: Tarsius, Hewan Malam yang Matanya Tak Memiliki Pemantul Cahaya

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Bahaya Pakai SocialSpy WhatsApp dan Cara Menghapusnya

2 hari lalu

Cara transfer chat Whatsapp ke HP baru. Foto: Canva
Bahaya Pakai SocialSpy WhatsApp dan Cara Menghapusnya

Ketahui sederet bahaya dari penggunaan aplikasi SocialSpy WhatsApp yang harus diwaspadai. Jika sudah menginstal, ketahui cara menghapusnya ini.


Cara Kerja Nyamuk Wolbachia

13 hari lalu

Pengamatan sampel nyamuk Aedes aegipty ber-Wolbachia di Laboratorium WMP Yogyakarta. Riset ini dipimpin Profesor Adi Utarini dari UGM yang terpilih menjadi satu di antara 100 orang paling berpengaruh 2021 versi Majalah Time. Dok Tim WMP
Cara Kerja Nyamuk Wolbachia

Ada cara lain dalam pencegahan demam berdarah, yaitu menyebar virus wolbachia di kelompok nyamuk aedes aegepty menjadi nyamuk wolbachia


Masih Misteri, Satu Pasien Flu Burung di Amerika Belum Diketahui Asal Penularannya

14 hari lalu

Ilustrasi flu burung. REUTERS/Dado Ruvic
Masih Misteri, Satu Pasien Flu Burung di Amerika Belum Diketahui Asal Penularannya

Salah satu kemungkinan yang diantisipasi para ahli adalah penularan flu burung dari air susu sapi yang diminum si pasien.


Berkaca dari Kasus Nyoman Sukena, Kenapa Landak Jawa Kategori Satwa Dilindungi?

29 hari lalu

Seekor landak Jawa (Hystrix javanica) dalam kandang habituasi saat akan dilepas ke habitat alaminya di Cagar Alam Gunung Tilu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 24 Oktober 2023. Tepat di hari Owa Internasional, Aspinnal Foundation Indonesia melepas liar 16 satwa endemik Pulau Jawa yang terdiri diri 2 ekor owa Jawa, 11 ekor landak Jawa (Hystrix javanica), 3 ekor kukang Jawa (Nycticebus javanicus), seekor trenggiling Jawa (manis javanica), termasuk 2 ekor elang ular bido (Spilornis cheela) di Gunung Tilu. TEMPO/Prima Mulia
Berkaca dari Kasus Nyoman Sukena, Kenapa Landak Jawa Kategori Satwa Dilindungi?

Nyomanb Sukena terancam dbui 5 tahun akibat pelihara 4 landak Jawa. Kenapa hewan ini termasuk satwa dilindungi?


Penyakit yang Umum Menular di Sekolah dan Cara menghindarinya

29 hari lalu

Ilustrasi anak sakit flu/pilek. Shutterstock.com
Penyakit yang Umum Menular di Sekolah dan Cara menghindarinya

Bergulat dengan penyakit seperti pilek, sakit perut, dan flu membuat anak-anak stres. Berikutsaran agar anak tak gampang tertular penyakit di sekolah.


Penularan Hepatitis, dari Malas Cuci Tangan sampai Hubungan Seksual

30 hari lalu

Ilustrasi hepatitis. Shutterstock
Penularan Hepatitis, dari Malas Cuci Tangan sampai Hubungan Seksual

Hepatitis bisa menular melalui makanan dan minuman yang tercemar virus vepatitis, tangan kotor, hingga hubungan seksual.


Awas, Makanan Mentah dan Lingkungan Kotor Bisa Sebabkan Hepatitis A

30 hari lalu

Ilustrasi Virus Hepatitis. shutterstock.com
Awas, Makanan Mentah dan Lingkungan Kotor Bisa Sebabkan Hepatitis A

Makanan dan minuman yang tidak matang atau jajan di lingkungan yang kotor dapat menyebabkan hepatitis A, jadi waspadalah.


Cina Umumkan Temukan Virus Baru akibat Gigitan Kutu, Menyerang Otak!

31 hari lalu

Pasien berbaring di tempat tidur di samping loket tertutup di bagian gawat darurat Rumah Sakit Zhongshan, di tengah wabah penyakit coronavirus (COVID-19) di Shanghai, Cina, 3 Januari 2023. Karena kondisi yang penuh, beberapa tempat tidur pasien terpaksa ditempatkan di lorong RS. REUTERS/Staff
Cina Umumkan Temukan Virus Baru akibat Gigitan Kutu, Menyerang Otak!

Cina mengumumkan telah menemukan virus baru yang resisten terhadap antibiotik dan dapat menyerang otak.


Tangkal Virus Japanese Encephalitis, Dinkes Yogyakarta Gelar Imunisasi untuk Ratusan Ribu Anak

35 hari lalu

Sejumlah warga membawa anaknya saat menunggu giliran pada Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio 2024 di Kantor Desa Sumerta Kelod, Denpasar, Bali, Selasa 13 Agustus 2024. Pemerintah Kota Denpasar menyediakan sebanyak 896 pos untuk pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio tahun 2024. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
Tangkal Virus Japanese Encephalitis, Dinkes Yogyakarta Gelar Imunisasi untuk Ratusan Ribu Anak

Dinas Kesehatan DIY menggelar imunisasi Japanese Encephalitis (JE) pada 3 September hingga 31 Oktober 2024. JE bisa memicu peradangan otak.


WHO Pastikan Virus Mpox Dapat Dikendalikan

46 hari lalu

Ilustrasi MPOX. Shutterstock
WHO Pastikan Virus Mpox Dapat Dikendalikan

WHO dan mitranya telah mengembangkan Rencana Strategis Kesiapsiagaan dan Respons Global untuk Virus Mpox demi menghentikan wabah melalui upaya global.